Judul : Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia Belanda, Biografi Sayid Usman (1822-1914)
Penulis : Nico J.G. Kaptein
Penerjemah : M. Yuanda Zara
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Cetakan I : Desember 2017
Tebal Buku : xxxiv+418 hlm
Ukuran Buku : 15 x 23 cm
Sebuah permata tidak didapat dari suatu kebetulan. Demikian halnya dengan seorang ulama, tidak lahir dengan ketidaksengajaan. Kemilaunya digapai dengan proses panjang. Setelah melalui serangkaian perjalanan menempa diri, barulah mereka menjadi seorang ‘alim yang mampu menerangi semesta dan masyarakatnya.
Sayid Usman bin Aqil bin Yahya al-Alawi atau dikenal dengan Sayid Usman (bin Yahya) merupakan salah satu pelita umat yang lahir di Kampung Arab Pekojan (Jakarta Barat), Batavia, pada 17 Rabiul Awal 1238 Hijriah atau 1822 Masehi. Sosok ini turut berperan mewarnai mozaik Islam di Nusantara pada zamannya, bahkan pengaruhnya masih terasa hingga hari ini.
Ulama dengan gelar sayid –gelar kehormatan keturunan Rasulullah—ini memperoleh pendidikan mumpuni. Pengembaraannya menuntut ilmu dibimbing langsung sang kakek dari jalur ayah, Sayid Aqil, sebagai guru pertama. Berlanjut kepada kakeknya dari pihak ibu, Syeikh Abdurrahman, yang mengajarkannya ilmu nahwu, sharaf, fikih, hadis, tafsir, tasawuf, hingga ilmu falak. Sampai di usia 18 tahun, sang kakek wafat.
Usman muda melanjutkan pengembaraannya menuntut ilmu ke Mekah. Di antara gurunya di Mekah selain ayahnya sendiri adalah Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Ahmad Dimyathi dan Syeikh Muhammad bin Husein al-Habsyi. Setelah dari Mekah, Sayid Usman berlabuh ke kampung leluhurnya, Hadhramaut. Demikian sekilas perjalanan intelektual seorang ulama besar yang diulas lengkap dalam buku ini.
Mengenal para ulama Nusantara yang telah berjasa dalam membina umat pada masa awal merupakan langkah penting melihat wajah Islam di Nusantara secara utuh. Secara umum, doktrin Islam berangkat dari teks yang sama di seluruh dunia. Namun ekpresi beragama dan keterpengaruhan aspek lokalitas serta dialektika keagamaan dalam setiap komunitas masyarakat bisa sangat berbeda. Abad ke XIX dan awal abad XX, Islam Indonesia mengalami babakan baru. Sayid Usman termasuk salah satu aktor yang ikut berperan dalam masa ini.
Ulama dan sekaligus mufti ini memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Belanda. Bahkan berteman akrab dengan sosok orientalis terkenal Christian Snouck Hurgronje. Pilihannya berkolaborasi dengan pemerintah Hindia Belanda sempat menjadi perdebatan panjang. Namun, Sayid Usman bukanlah sosok oportunis, beliau punya alasan tersendiri. Buku ini akan memberi jawaban tentang hal itu.
Pengaruhnya semakin meluas karena menulis banyak karya dalam bahasa Melayu, Arab, dan arab pegon. Karyanya tentang perbaikan moral, teks puji-pujian, atlas Hadramaut, geneologi para sayid, hukum waris, panduan tentang adab, pengantar akidah, hingga pesan-pesan untuk jamaah haji, serta syair-syair lainnya diulas dalam buku karya Nico J.G. Kaptein, dosen di program islamic studies Universiteit Leiden ini. (Muhammad Ridha Basri)
Dapatkan buku Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia Belanda, Biografi Sayid Usman (1822-1914) hanya di Toko Suara Muhammadiyah Tlp (0274-376955 ext 2), WA/SMS (0819 0418 2008, 0888 283 2480)