PALU, Suara Muhammadiyah – Gerakan komunitas telah tersebar luas di Indonesia, gerakan ini diinisiasi oleh kaum muda yang mengalami kegelisahan sosial terhadap ketimpangan realitas dan penuh ambiguitas. Melihat hal itu Bidang Ipmawati Pimpinan Pusat IPM mengundang Komunitas Sejenak Hening Sulawesi Tengah untuk mengisi acara wokrshop tentang pendidikan konselor dan mental bagi generasi muda di Balai Pelatihan Kesehatan Kota Palu, Sabtu(5/5/2018).
Uswatun Hasanah, Ketua Bidang Ipmawati PP IPM Uswah mengatakan dirinya ingin mendengar cerita tentang komunitas Sejenak Hening ini dalam memberikan pendidikan konselor kepada pelajar. “Kita juga ingin mengetahui bagaimana daya tahan dan prinsip komunitas ini,” tuturnya.
Ardi selaku founder Komunitas Sejenak Hening mengatakan komunitasnya senantiasa untuk menjadi penyembuh bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar, melalui kesederhanaan dan ketulusan dalam berkarya. “Kami bukan lembaga komunitas yang turun tangan ke masyarakat tetapi kami fokus kepada pengembangan komunitas atau organisasi sehingga mereka bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat tetapi kita juga memberikan pelayanan kepada masyarakat” kata Ardi.
Ia melihat ada tiga hal yang tidak ada pada komunitas di Sulawesi Tengah yakni, gerakan kesehatan mental, karakter dan gerakan sosial. “Kita telah memiliki layananan curhat online untuk anak muda, yang sejarahnya pada tahun 2015 awal, saya diminta sahabat saya yang kebetulan ibunya kepala dinas yang membidani urusan panti sosial. Komunitas Sejenak ini pertamanya didirikan oleh lima orang. Di panti itu anak-anaknya nakal, Kita selama lima bulan untuk memberikan pendidikan pengembangan diri anak,” ujarnya.
Sementara itu, masih menuru Ardi, gerakan pengembangan diri dilakukan melalui workshop, konseling dan psikoterapi di mana komunitas ini memiliki visi untuk memberikan pendidikan kesehatan mental kepada masyarakat, dengan melakukan kampanye ayok mendengarkan. “Dan kegiatan Di dalam komunitas ini belajar dengan mengalami. Kita menyebutnya ada sesi pemaknaan dan sesi pengalaman untuk mengikis ego orang. Namun, Gerakan Kita ini bukan hanya pembinaan tetapi advokasi Kepada pemerintah tentang pentingnya pendidikan kesehatan mental untuk remaja,” imbuh Ardi.
Workshop bersama ini dalam rangka untuk memperkuat gerakan konselor pelajar IPM di wilayah-wilayah agar kader memiliki pemahaman yang kuat tentang konselor. IPM juga membahas buku panduan peer counselor of IPM untuk gerakan pendampingan teman sebaya yang dibidani oleh Bidang Ipmawati PP IPM. “Karena gerakan pendampingan pelajar perempuan tidak dilakukan oleh bidang advokasi, yang cenderung hanya pada advokasi hukum,” kata Annisa Nurfitriana, Sekbid Ipmawati PP IPM.
Hanapi, selaku Direktur Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (Lapsi) PP IPM menilai bahwa gerakan kesehatan, konselor dan teman sabaya oleh bidang Ipmawati PP IPM adalah gagasan yang kebaharuan untuk memunculkan model gerakan pelajar yang kreatif sekaligus kontekstual terhadap persoalan yang dihadapi pelajar perempuan. Gerakan ini, menurutnya akan memperkuat gerakan gender IPM agar menjadi pelopor gerakan perempuan di tengah arus gerakan pelajar dan mahasiswa lainnya di Indonesia. (fie/rizq)
Baca juga:
Perkuat Pemberdayaan, PP IPM Buka Seminar dan Workshop Nasional PKK dan Ipmawati