PP Muhammadiyah: Puasa sebagai Momentum Transformasi Kekuatan Ruhani dan Moral Menuju Politik Mulia dan Santun

PP Muhammadiyah: Puasa sebagai Momentum Transformasi Kekuatan Ruhani dan Moral Menuju Politik Mulia dan Santun

Foto: PPMuh

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan seruan moral bagi segenap elit dan warga bangsa dalam menyongsong bulan suci Ramadhan 1439 Hijriah, yang jatuh pada Kamis, 17 Mei 2018. Terutama memasuki tahun politik yang kerap diwarnai ragam dinamika dan kontestasi.

“Muhammadiyah ingin menjadikan puasa ini momentum untuk transformasi ruhani sekaligus juga kekuatan penyeimbang sikap dalam menghadapi tahun politik,” tutur Haedar Nashir di kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, pada Senin, 14 Mei 2018.

Puasa Ramadhan melatih umat Islam untuk dewasa dan mampu menahan diri dari segala macam godaan dan syahwat, termasuk syahwat politik. “Kontestasi politik itu dalam pesan moral Ramadhan Muhammadiyah, agar tetap mengedepankan nilai-nilai etika keadaban, kedamaian, dan tidak memecah belah bangsa. Perbedaan pilihan politik harus dilakukan secara dewasa, sikap tengahan, dan tidak berpolitik menjadi serba ekstrim dan radikal,” urainya.

Di saat yang sama, Haedar mengajak untuk mengenyahkan segala macam sikap radikal, termasuk dalam berpolitik. “Sesungguhnya dalam berpolitik juga ada radikalisme. Sekali politik ekstrim dan radikal itu, nanti buahnya adalah konflik, keras sesama kontestan dan warga bangsa. Kita tidak mengharapkan itu. Jadikan ramadhan sebagai faktor peredam rohani,” ungkap Haedar.

Sementara itu, dalam pernyataan PP Muhammadiyah menyambut Ramadhan 1439 H, yang dibacakan ketua PP Muhammadiyah bidang Tarjih dan Tabligh Yunahar Ilyas, menambahkan bahwa Muhammadiyah mengajak seluruh umat Islam dan warga bangsa menjadikan puasa sebagai kekuatan ruhani dan moral yang mengedepankan politik mulia, santun, damai, rukun, dan menjujungtinggi kebaikan.

“Politik harus dijauhkan dari perangai yang menebar permusuhan, perpecahan, keretakkan, kegaduhan, korupsi, gratifikasi, politik uang, menggunakan segala cara, dan hal-hal yang merugikan kehidupan bangsa,”  katanya.

Perbedaan pilihan politik harus tetap mengedepankan toleransi, sikap bijak, dan kebersamaan serta tidak menjadikan antar komponen bangsa terbelah. “Dukung-mendukung politik dilakukan secara wajar, beretika, dan berkeadaban agar tidak terjebak pada eksteimisme dan radikalisme dalam berpolitik. Kedepankan sikap adil dan ihsan, serta sikap tengahan dalam berpartisipasi dan terlibat dalam kontestasi politik,” ulas Yunahar.

PP Muhammadiyah juga mengajak segenap tokoh untuk menjunjung sikap kenegarawanan yang mengutamakan kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan diri dan golongan. “Kedepankan sikap tulus dan penghidmatan tinggi dalam membimbing rakyat agar menjadi warga negara yang hidup rukun, damai, toleran, sabar, dan saling mencintai dalam persaudaraan dan kemajemukan menuju kehidupan yang berkemajuan dan berkeadaban utama,” tuturnya.

Selain Haedar Nashir dan Yunahar Ilyas, turut hadir dalam konferensi pers tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto, dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Oman Fathurrahman SW. (ribas)

Baca juga:

Ramadhan sebagai Momentum Membangun Karakter Uswah Hasanah dan Jiwa Ihsan

Jadwal Puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha 1439 Menurut Muhammadiyah

Haedar Nashir: Kontestasi Politik Harus dalam Koridor Konstitusi

Himbauan dan Pesan Moral Ketua Umum: Istiqamah di Garis Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah

Haedar Nashir: Muhammadiyah Memandu Umat di Tengah Arus Post Tradisionalis dan Post Modernis

Exit mobile version