Abdul Munir Mulkhan: Muhammadiyah jangan Terasing dari Kehidupan

Abdul Munir Mulkhan: Muhammadiyah jangan Terasing dari Kehidupan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Guru besar emiritus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Abdul Munir Mulkhan mengingatkan supaya Muhammadiyah terus melaju melampaui zamannya, bukan justru terasing dari kehidupan era kekinian.

Muhammadiyah harus bisa menyesuaikan diri dan harusnya selalu terdepan dalam setiap perubahan zaman. “Hidup dalam dunia global, jangan sampai terasing dari kehidupannya yang terus bergerak maju,” tutur Munir dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Jumat, 25 Mei 2018.

Munir menerjemahkan hadis yang menyebut Islam itu pada mulanya asing dan pada akhirnya akan kembali asing dengan arti kontekstual. “Asing atau gharib/ghuraba itu orang yang mendahului zamannya. Pembaharu dan mujadid itu terasing dari zamannya
Gagasan kiai Dahlan asing pada mulanya,” ulasnya. Gagasan asing yang dipelopori KH Ahmad Dahlan ini semisal sekolah modern, rumah sakit, penerjemahan kitab suci, hingga kedermawanan sosial.

Dakwah dan tajdid Muhammadiyah di setiap zaman dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. “Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah masyarakat yang nilai-nilai Islam menjadi maraji’ (rujukan),” ungkapnya. Nilai-nilai islami tersebut semisal hidup tertib, bersih, rapi, guyup, dan seterusnya.

Nilai-nilai Islam itu harus bisa tetap relevan dengan kehidupan modern. Ajaran agama dikontekstualisasikan sesuai perubahan zaman yang bergerak dengan tetap memegang teguh esensi pesan universalnya. “Perintah mengikuti perintah Allah dalam al-Quran dan sunnah tetap sama, tetapi konteksnya, situasi objektifnya, pola, dan model hubungan sosial-ekonomi-budaya-politik berbeda,” kata Munir.

Munir juga mengingatkan, supaya dalam dakwahnya mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah perlu untuk luwes dalam cara dakwah. Terutama dalam dakwah di institusi pendidikan. “Tujuan pendidikan Muhammadiyah bukan menjadikan orang menjadi kader. Tujuan umumnya adalah mendidik orang menjadi manusia baik. Dari jumlah besar manusia baik itu, sebagian besar jadi muslim yang baik. Dari sebagian besar muslim yang baik itu, sebagian jadi kader Muhammadiyah yang baik,” ungkapnya.

Di era media sosial, Munir juga mengingatkan Muhammadiyah untuk sadar dengan perubahan. Tiap perubahan besar dalam industri membawa perubahan pola hidup dan perilaku. manusia di seluruh dunia secara gradual
Bagi generasi milenial, dunia di dalam genggaman. “Ketergantungan terhadap medsos merupakan akar lahirnya post truth society,” katanya.

Di era post truth, kata Munir, kebenaran dan keputusan lembaga resmi Muhammadiyah tergerus dengan keputusan personal, sesuai kecenderungan dan kenyamanan personal. Orang bisa belajar otodidak. Google dan Youtube bisa membawa manfaat dan menjadi alat untuk menumbuhkan kesalehan milenial. Sebaliknya juga bisa menjadi sumber mudharat dan tergerusnya nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, dan seterusnya. Tergantung pemanfaatannya. (ribas)

Exit mobile version