• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Desember 5, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Zakiyuddin Baidhawi: Webmaster Menjadi Penafsir Keagamaan Baru

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
26 Mei, 2018
in Berita
Reading Time: 1 min read
A A
1
Dunia Digital Membawa Perubahan Besar, Muhammadiyah Perlu Mengambil Sikap
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Guru besar IAIN Salatiga Zakiyuddin Baidhawi menyatakan bahwa era digital telah mengubah banyak hal dalam fenomena sosial keagamaan. Otoritas keagamaan bergeser dari sebelumnya bertumpu pada sosok kiai konvensional, kini berubah ke otoritas digital.

“Otoritas digital menggantikan otoritas konvensional. Internet menyediakan platform tanpa batas bagi ekspresi dan sirkulasi kepercayaan,” tuturnya dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Jumat, 25 Mei 2018.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Kondisi ini sudah diprediksi oleh Kuntowijoyo dengan buku esainya, Muslim Tanpa Masjid. Generasi sekarang tidak lagi belajar dalam relasi langsung, tetapi dalam relasi tidak langsung. “Mereka tidak perlu datang ke kiai, ke masjid, mereka bisa belajar agama di mana-mana,” urainya.

Zakiyuddin mengingatkan bahwa di era media baru ini, sumber otoritas keagamaan dan penafsir keagamaan bisa jadi adalah mereka yang mengelola web. “Sumber otoritas baru adalah admin dan penulis konten bisa menjadi penafsir keagamaan baru. Webmaster bisa mempengaruhi orang di luar struktur tradisional,” kata pengurus Lazismu PP Muhammadiyah ini. Di era digital berimplikasi pada matinya kepakaran. “Tidak perlu cendekiawan dan inteligensia,” ujarnya. Hari ini semua orang bisa menjadi pakar.

Di era ini dampak negatifnya adalah terjadi propaganda ekstremisme di dunia internet, merebaknya birahi/seks maya, kejahatan maya, black hacker vs white hacker, dan semisalnya. Sementara itu, dampak positifnya, internet bisa menghadirkan solidaritas baru. Filantropi keagamaan juga bisa memanfaatkan internet.

Jika mampu dimanfaatkan, media digital bisa menjadi wadah dan ruang sosial baru. Gerakan sosial keagamaan baru, kata Zakiyuddin, bisa muncul tanpa wadah nyata, mereka hanya memiliki latar kesamaan ideologi dan kecenderungan. Internet bisa memfasilitasi dan menghimpun massa. Pada akhirnya, mereka bisa menggerakkan perubahan. (ribas)

Tags: muhammadiyahOtoritas KeagamaanWebmasterZakiyuddin Baidhawi
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Hamim Ilyas: Dakwah Islam untuk Tujuan Mewujudkan Hidup Baik

Hamim Ilyas: Dakwah Islam untuk Tujuan Mewujudkan Hidup Baik

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In