YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua PWM Jawa Tengah Drs Tafsir, Mag mengungkapkan menjadi pimpinan Muhammadiyah, memenuhi syarat kepemimpinan sebagaimana digariskan oleh persyarikatan saja belum cukup. Pimpinan Muhammadiyah dituntut memiliki kemampuan menghadapi media, seperti kemampuan berdiplomasi dan sense of politic.
“Pers media sebagai perusahaan produsen berita harus terus menjadi media yang menarik bagi para pembacanya, salah satu cara untuk menarik pembaca adalah dengan menggunakan bahasa yang bombastis, unik, kontroversi, konfliktual sehingga membuat pembaca tergugah untuk membaca berita tersebut,” kata Tafsir mengenai Fiqh Informasi, Strategi Dakwah Zaman Digital dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Sabtu (26/5).
Menurut Tafsir, survei Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dakwah digital menjadi hal yang perlu dilakukan oleh Muhammadiyah mengingat sekarang zaman telah mengalami pergeseran. Segala aktifitas tertuju di dunia maya (digital), mulai dari aktifitas ekonomi, dakwah, birokrasi pemerintahan, dan sebagainya.
Selain itu, lanjutnya, munculnya banyak media sosial memberikan kemudahan bagi siapapun untuk bertukar informasi tanpa mengenal jarak dan waktu, namun informasi yang beredar cenderung tidak bisa dikontrol keabsahannya (validitasnya). Dampak buruknya, muncul berita hoax yang tersebar tanpa bisa dicegah, dan hal tersebut menjadi masalah tersendiri karena menimbulkan fitnah dan kekacauan di masyarakat, bahkan mengancam kerukunan dan persatuan masyarakat.
Oleh karenanya, Tafsir mengingatkan, segegap gempita apapun arus berita yang ada, secanggih apapun media Islam memiliki landasan moral yang tak pernah lekang oleh perubahan ruang waktu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat : 6 “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu,”.(rizq)