SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Keaktifan Muhammadiyah dalam penyelenggarakan negara sudah di lakukan sejak berdirinya. Baik pada masa pra maupun pasca kemerdekaan. Sebut saja tokoh-tokoh awal seperti Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kasman Singodimejo, dan Soedirman. Hal ini diungkapkan Hajriyanto Y Thohari Ketua PP Muhammadiyah pada pengajian Ramadhan PDM Sleman, Ahad (27/05).
Secara rinci Hajri menyebutkan, pada masa penjajahan Jepang hingga sidang BPUPKI, panitia sembilan, sentuhan Muhammadiyah untuk bangsa muncul lewat tokoh-tokohnya kala itu. Juga peran penting perdana menteri Haji Djuanda, yang karena deklarasinya wilayah teritorial Indonesia makin luas dan memperoleh pengakuan internasional. “Intinya, bangsa telah mencatat dalam sejarah bahwa peran Muhammadiyah sangat penting dan menentukan,”tegasnya.
Lalu bagaimana dengan Muhammadiyah hari ini?, tanyanya kepada jamaah pengajian. “Apakah partisipasi Muhammadiyah dewasa ini menentukan nasib negara, atau justru sebaliknya, keberlangsungan Muhammasiyah bergantung pada negara?,” tanya Hajri lagi.
“Di sinilah urgensi partisipasi aktif Muhammadiyah dalam penyelenggaraan negara,” tandasnya.
Karenanya, Hajri melanjutkan, jangan memisahkan agama dengan politik. Sebab dalam agama juga berbicara politik. “Sayangnya banyak yang salah memahami pengertian politik ini,” keluhnya.
Baginya, politik adalah upaya untuk mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan umat. “Ini pula yang sedang ingin saya ubah,” kata Hajri. (gsh)