JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Proses digitalisasi manusia di zaman milenial telah membawa ragam dampak positif dan negatif. Di antara berupa peluruhan nilai-nilai keadaban hingga perubahan perilaku manusia menjadi serba instrumental dan teknis, layaknya the modular man.
Oleh karena itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap kepada seluruh warga dan keluarga besar Muhammadiyah untuk membangun teladan yang baik atau uswah hasanah. Haedar berharap Muhammadiyah bisa menampilkan keadaban di era milenial ini dengan senantiasa mengarustamakan nilai-bilai cinta kasih, kedamaian, keluhuran, kebaikan, kebersamaan, kejujuran, kesantunan, keselamatan, dan seterusnya.
Berbagai macam keadaban ini mulai dari perilaku, ujaran, dan relasi sosial digital. “Muhammadiyah harus menjadi uswatun hasanah. Menjadi contoh sebagaimana nabi menampilkan uswatun hasanah. Nah, dalam konteks ini kita tak bisa pasif, kita harus memberikan narasi-narasi alternatif dan pesan-pesan yang damai, Islam yang membawa pada keselamatan, kebajikan utama untuk siapa saja,” tutur Haedar dalam penutupan Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5).
Haedar menjelaskan, bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi realitas baru di era digital. Relasi sosial dalam kebangsaan telah banyak dipengaruhi oleh dunia digital. Menurutnya, jika tidak cerdas dalam menyikapinya maka akan mengalami peluruhan atau pengurangan nilai sebagai bangsa yang beragama, berpancasila, dan sebagai bangsa yang berbudaya.
Di era digital ini, kata Haedar, terdapat banyak isu, pemikiran, ujaran kebencian dan permusuhan, serta hoax. Suasana media sosial kerap menampilkan iklim penuh antagonisme yang saling berlawanan antar kutub ekstrim. Karena itu, Muhammadiyah juga harus memberikan narasi-narasi alternatif yang menyuarakan pesan-pesan damai. Narasi itu menunjukkan Islam yang membawa keselamatan dan selalu menebarkan kebajikan bagi siapapun. Termasuk, ungkap Haedar, kepada yang berbeda pandangan politik dan SARA.
Semua itu berwujud perilaku ihsan. “Kehadiran Islam harus menampilkan Islam yang Ihsan, Islam yang melampui, Islam yang menebarkan bukan hanya dengan kata dan retorika tapi juga dalam tindakan nyata,” kata Haedar.
Kekuatan lembaga pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial yang dikembangkan Muhammadiyah dengan ajaran Islam ramatan lil alamin diharapkan bisa mewujudkan khaira ummah. “Kita bisa terus menggelorakan Islam yang rahmatan lil alamin lewat membangun kontruksi keadaban yang uswatun hasanah dan narasi-narasi yang alternatif sehingga bangsa ini tetap terjaga nilai-nilai moral dan keadabannya,” ungkapnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah itu juga mengingatkan agar masyarakat terus berpacu untuk menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya, salah satunya dengan memanfaatkan media digital. “Dengan kemampuan informasi yang canggih untuk membawa Indonesia pada Indonesia berkemajuan. Kita harus berlomba, ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dengan bangsa-bangsa lain untuk jadi yang terdepan,” tukas Haedar Nashir.
Turut hadir dalam kegiatan itu Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Rektor Uhamka sekaligus bendahara umum PP Muhammadiyah Suyatno, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dan Anwar Abbas, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, dan Bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali.
Hadir pula mendampingi Presiden Jokowi antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Staf Khusus Presiden Teten Masduki, Ali Muchtar Ngabalin, dan Siti Ruhayani Zuhayatin. (ribas)
Baca juga :
Presiden Jokowi: Saya Percaya Muhammadiyah dapat Terus Memainkan Peran Strategis
Haedar Nashir: Keadaban Digital Alami Peluruhan, Dakwah Komunitas Virtual Harus Menjadi Perhatian
Dunia Digital Membawa Perubahan Besar, Muhammadiyah Perlu Mengambil Sikap