Bedakan Politik Islam dan Islam Politik

Bedakan Politik Islam dan Islam Politik

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Guru Besar  Islam dan Politik Prof Noorhaidi Hasan, MA, PhD mengungkapkan politik Islam berbeda dengan Islam politik. Politik Islam merupakan politik yang bersinggungan dengan simbol-simbol, ekspresi, wacana, sistem keyakinan, moralitas, dan ideologi ke-Islaman.

“Islam politik bermakna visi, wacana, aksi dan gerakan yang berupaya menempatkan Islam sebagai ideologi politik berhadapan dengan ideologi-ideologi besar lainnya ,” kata Noorhaidi dalam Pengajian Ramadhan 1439 H Pimpinan, Pejabat Struktural, dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (31/5).

Menurut Noorhaidi, setidaknya terdapat dua spektrum politik Islam, pertama politik yang menggunakan dan memanfaatkan simbol-simbol Islam dalam upaya meraih tujuan yang kerap bersifat manipulatif. “Termasuk di dalamnya radikalisme, ekstrimisme dan terorisme yang menghalalkan kekerasan untuk tujuan politik,” tutur Noorhaidi.

Baca juga: Era Baru: Dakwah Yes, Politik Yes

Kedua, Ia melanjutkan, politik yang berlandaskan pesan-pesan dasar ajaran Islam dan bertujuan mewujudkan pesan-pesan tersebut demi tegaknya keadilan dan kesejahteraan bersama. “Termasuk di dalamnya segala hal yang kita usahakan untuk memengaruhi decision making sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah benar-benar untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama,” imbuhnya.

Corak politik Islam yang kedua tersebut, masih menurut Noorhaidi, berorientasi pada terujudnya kebjikan publik (public good) berupa keadilan dan kesejahteraan bersama. “Politik jenis ini dibangun di atas prinsip maslahatul ummat, yang dalam kamus pembangunan kekinian bisa diukur dari kemampuan memperbaiki human development index,” ungkap Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tersebut.

Kemudian, kata Noorhaidi, politik Islam memiliki masa depan yang cerah jika dikembalikan kepada “khittah”nya sebagai politik profetik yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran, integritas, moralitas, kesederhanaan, keadilan dan kebajikan bersama. “Tugas ini berada di pundak para politisi Muslim, yang berkhidmat demi mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin,” tandasnya.(rizq)

Baca jua: Reaktualisasi Etika Politik Islam dalam Konteks Muhammadiyah

Exit mobile version