YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengharapkan generasi muda dengan segala daya potensinya untuk menjadi arus utama dalam menebar pencerahan. Generasi muda terdidik yang jumlahnya mayoritas diharapkan tidak ikut-ikutan arus kecil ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Sebaliknya, kalangan moderat ini harus menjadi kekuatan yang mengarusutamakan narasi alternatif.
“Dalam konteks ini kita bermain peran dan memproduksi serta mereproduksi narasi-narasi alternatif. Jangan ikut bertengkar memihak pada kanan dan pada kiri. Tetapi menjadi wasit. Mengembangkan arus tengah dengan narasi-narasi alternatif.,” kata Haedar dalam acara diskusi publik di Masjid Kampus UGM, yang turut dihadiri oleh rektor UGM Panut Mulyono dan ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
Haedar berharap supaya ruang digital yang menjadi ruang relasi sosial baru tidak dikotori oleh narasi-narasi yang negatif, yang memicu kebencian dan keretakan. Oleh karena itu, Haedar berharap kekuatan moderat untuk bersuara dan tidak diam membiarkan ruang publik tercemari oleh arus kecil radikal yang vokal.
“Kami percaya sebenarnya arus tengah, moderat, yang optimis dan ingin memberikan konstribusi pada negeri, itu masih banyak. Kuncinya arus tengah ini harus bersuara. Jangan biarkan mereka yang radikal itu menguasai ruang publik. Mereka sebenarnya kecil, tetapi vokal. Dari kampus harus ada suara baru, yang memberi nuansa baru bagi bangsa, bagi peradaban,” ungkapnya.
Di pundak generasi muda, Haedar menaruh harapan besar. Mereka dengan gerakan iqra baru, harus mempelopori jalan menuju kejayaan peradaban Islam. Generasi muda jangan mudah terpikat dengan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila. Semisal ISIS hingga komunis.
“Kami mengajak generasi muda, Anda jangan membuang waktu untuk mengadopsi ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Gali ideologi Pancasila dan kembangkan dengan perspektif-perspektif baru. Spirit ini harus kita temukan,” urai Haedar.
Dalam kesempatan itu, Haedar juga mengingatkan generasi muda untuk mengembangkan dakwah pencerahan. “Dalam kehidupan, di mana pun, selalu ada kemaksiatan, kemungkaran. Di situlah perlunya dakwah. Dakwah itu mengubah alam berpikir, mengubah perilaku, memberikan uswah,” ujarnya. Muhammadiyah memiliki tanggung jawab dakwah dalam rangka mengubah alam berpikir dan perilaku serta memberikan keteladanan.
Amar makruf nahi mungkar harus berdasar akhlak mulia. Dalam konteks negara hukum, yang berhak menertibkan adalah negara. “Tidak ada kekuatan yang paling absolut kecuali negara. Negara punya public good, maka negara punya kewajiban untuk menertibkan dan menghilangkan kemungkaran. Dalam hal ini tidak boleh kekuatan sipil mengambil alih peran polisi. Polisi juga harus objektif, sehingga dipercayai oleh publik,” terang Haedar Nashir. (ribas)