Oleh: Arief Rakhman Aji
Assalamu’alaikum Wr Wb
إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Manusia di dunia diciptakan dengan keadaan berbeda suku, bangsa, ras, bahasa, warna kulit supaya saling mengenal. Tidak untuk saling menjatuhkan dengan berbagai bentuk intimidasi dan diskriminasi kepada salah satu kelompok tapi supaya saling mengenal. Maka, tidak pantas individu atau satu kelompok orang yang beriman untuk berbuat buruk terebut. Apalagi kepada sesama saudara muslim, tidak seharusnya saling membenci. Karena Islam sudah mengajarkan bahwa orang-orang beriman adalah sauadara. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10)
Berdasarkan ayat tersebut dikatakan bahwa hanya orang-orang yang beriman saja yang bersaudara. Artinya, dengan keimanan dalam dada mereka, mereka saling terpaut dan saling berpegang teguh pada tali agama Allah. Akhir-akhir ini isu-isu negatif tentang Islam sangat gencar dimuat oleh banyak media. Baik media elektronik, media sosial, atau media massa. Isu yang dibangun adalah bahwa umat Islam tidak toleran dengan umat lain, umat Islam tidak pancasilais, umat Islam tidak cinta NKRI. Akibatnya, banyak individu atau kelompok yang mengaku paling toleran, paling pancasila, paling cinta NKRI. Bagaimana mereka mengatakan Islam seperti itu, padahal jelas dalam Pembukaan UUD tahun 1945 tertera “berkat rahmat Allah” bangsa Indonesia merdeka. Bahkan dalam pancasila dikatakan dalam sila ke satu “Ketuhanan yang Maha Esa”, yang itu merupakan sebuah hasil pemikiran berdasarkan akidah yang lurus yakni keyakinan hanya Allah lah yang patut disembah. Artinya banyak dari kalangan santri, ulama dan kyai ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indoesia.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dampak lebih jauh dari stigma negatif yang disudutkan kepada umat Islam ini juga membuat perpecahan ditubuh umat itu sendiri. Maka, umat Islam haruslah cerdas dalam menghadapi hal seperti ini. Yakni dengan cara tasamuh (saling toleransi) dan tafahum (saling memhami) atas perbedaan faham yang ada. Jangan sampai mau di adu domba oleh pihak-pihak yang tidak senang bila umat Islam Indonesia bersatu dan saling bekerja sama.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Umat Islam harus mempunyai prinsip yang benar sesuai dengan pedoman al-Quran dan sunnah. Jangan bersikap yang jauh dari apa yang telah termaktub dalam dua sumber hukum umat Islam. Maka takwa adalah sebuah perisai diri dari perbuatan menyimpang yang bisa menjerumuskan orang-orang yang beriman. Diingat selalu, bahwa orang beriman itu adalah saudara. Perbedaan paham tidak bisa menjadi alasan untuk saling membenci, perbedaan ada untuk saling dihargai dan saling dihormati satu dengan yang lainnya.
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Pada khutbah kedua ini marilah kita berdo’a kepada Allah SWT agar umat Islam di Indonesia tidak mudah di adu domba dan terpecah belah juga marilah kita berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan kita mendapatkan kemuliaan dari-Nya, mendapatkan naungan-Nya pada hari kiamat kelak, meraih manisnya iman dan mendapatkan kesempurnaan iman dan masuk kedalam surga-Nya. Aamiin.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Arief Rakhman Aji Alumnus S1 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.