YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Dalam agenda Halal bi Halal yang digelar oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ketua Umum PP Muhammadiyah mengingatkan tentang pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai silaturahmi secara efektif. Yaitu, dengan berfokus kepada peningkatan kualitas silaturahmi yang dibangun, bukan hanya dalam momentum Idul Fitri saja namun juga dalam kehidupan sehari-hari.
“Silaturahmi telah menjadi budaya kolektif kita. Silaturahmi pada esensinya mempertautkan persaudaraan baik yang diikat oleh nasab atau kekerabatan ataupun tidak. Ini menyangkut relasi positif yang dibangun antar sesama baik dalam konteks keummatan ataupun kebangsaan,” tukas Haedar di Auditorium Kampus 1 UAD, Sabtu (23/6). Halal bi halal tersebut dihadiri segenap dosen dan karyawan UAD dan tamu undangan termasuk Koordinator Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta Bambang Supriyadi. Dalam kesempatan tersebut, UAD juga melakukan pelepasan jamaah haji dan umroh yang rutin dilakukan setiap tahunnya.
Di samping itu, silaturahmi menurut Haedar tidak cukup hanya menjalin hubungan yang telah terbangun, namun juga bagaimana kita mampu kembali menyambung tali persaudaraan yang telah terputus.
“Ini memang tidak mudah jika orang telah tersakiti hatinya. Untuk bias memaafkan dan kembali menjalin persaudaraan membutuhkan derajad rif’ah yang tinggi dan kejernihan hati,” lanjutnya.
Dewasa ini, Haedar mengakui bahwa media sosial telah menjadi wahana atau sarana baru untuk menjalin silaturahmi. Namun, media sosial dengan penggunaannya yang tak bijak, acap kali memproduksi keretakan-keretakan di dalam tubuh umat dan bangsa.
“Relasi sosial sekarang telah tergantikan dengan keberadaan media sosial. Bisa digunakan untuk bersilaturahmi dan berbagi hal-hal positif. Namun karakter media sosial yang bebas, tidak bisa dihindarkan dari media sosial. Sering kali media sosial digunakan untuk mengundang kemarahan dan prasangka buruk terhadap orang lain,” ungkap Haedar.
Oleh karena itu, Haedar berpesan agar media sosial sebagai medium silaturahmi harus dimanfaatkan secara positif dan menghindari akhlak-akhlak buruk dalam penggunaannya. “Ujian kita dalam bermedia sosial adalah bagaimana masih bisa bersilaturahmi dengan tetap menghindari akhlak buruk dalam menggunakannya,” Haedar.
Selain itu, kepada segenap karyawan dan civitas akademika UAD Haedar menghimbau agar mampu memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk meningkatkan pengkhidmatan dan menjadikannya sebagai penambah nilai ibadah bagi masing-masing individu. Hal tersebut dikarenakan UAD sebagai bagian dari Muhammadiyah merupakan wasilah dakwah yang dimiliki oleh persyarikatan. “Tujuannya amar makruf nahi munkar. Dengan berkhidmat secara maksimal di UAD, kita bisa memberikan sumbangan bagi umat dan bangsa,” tutup Haedar. (Th)