Warga Muhammadiyah Samalanga Bireuen Gotong Royong Bangun Masjid di Tengah Ancaman

Warga Muhammadiyah Samalanga Bireuen Gotong Royong Bangun Masjid di Tengah Ancaman

BIREUEN, Suara Muhammadiyah-Praktik intoleransi tidak hanya terjadi antar pemeluk agama atau SARA berbeda. Kadang, perilaku tersebut juga terjadi dalam satu payung agama yang sama. Dan korbannya kebanyakan merupakan minoritas. Meskipun tidak ada pakem khusus pada siapa dan oleh siapa perilaku itu terjadi.

Tersebutlah nama Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen di Propinsi Aceh dengan penduduk mayoritas muslim dan mendapat julukan Serambi Mekah. Muhammadiyah sebagai kalangan minoritas di sana, kerap mengalami ancaman dalam bentuk fisik dan psikis. Baru-baru ini, proses pembangunan Masjid At Taqwa Muhammadiyah Samalanga kembali menuai jalan terjal.

Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Danil Anzar Simanjuntak mendapat kiriman foto dari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bireuen, dr Atahilah A Latief. Dalam foto-foto tersebut tampak warga Muhammadiyah Samalanga Bireun bahu-membahu membangun masjid mereka yang sempat dirusak dan pondasinya dibakar sekelompok orang yang mengaku dari dayah atau pesantren tradisional di sana.

Oleh mereka, Muhammadiyah dianggap sebagai representasi Wahabi dan dinilai menjadi biang bagi perpecahan umat dan hal negatif lainnya. “Mereka (warga Muhammadiyah) dituduh Wahabi karena tidak qunut dan dianggap tidak sesuai ibadahnya dengan mahzab syafii dan ahlul sunnah wal jemaah,” tutur Dahnil, Selasa (26/6).

Tanpa merasa perlu menanggapi asumsi-asumsi dan praduga negatif tersebut, warga Muhammadiyah Bireuen memilih untuk terus menjalankan aktivitas sosial-keagamaan. Asalkan, semua kegiatan dan dedikasi yang diperuntukkan untuk kemajuan umat dan bangsa itu telah sesuai ketentuan hukum.

Meski sempat dibakar, warga Muhammadiyah tidak patah arang. “Warga Muhammadiyah Samalanga, Bireuen, membangun kembali fondasi masjid yang dulu sempat dibakar oleh sekelompok orang yang tidak siap berbeda. Bahkan saat sedang gotong royong, mereka didatangi kepolisian dan camat yang meminta kerja dihentikan,” ujar Dahnil.

Kedatangan pihak kepolisisan dan camat Samalanga dalam rangka meminta warga Muhammadiyah untuk menahan diri dan tidak melanjutkan pembangunan masjid. “Namun, warga Muhammadiyah tersebut menolak dan tetap melanjutkan kegiatan gotong royong membangun masjid. Sebab, IMB dan izin lainnya sudah mereka kantongi,” katanya. Terlebih, dalam logika hukum serta atas dasar hak dan kewajiban warga negara, polisi harusnya melindungi mereka yang lemah, terlebih yang mengalami diskriminasi atau dalam posisi sebagai minoritas.

Berulang kali, para oknum warga atau santri dayah yang mengatasnamakan diri berpaham Aswaja berusaha melarang aktivitas Muhammadiyah di Aceh serta menghalangi pembangunan masjid Muhammadiyah. Sebelumnya, pelarangan juga terjadi di Kecamatan Juli, Bireuen. “Malam tadi, terjadi upaya penyerangan oleh 70-80 orang anak muda terhadap lokasi pembangunan Masjid Taqwa Samalanga. Dan syukur alhamdullilah bisa digagalkan oleh pihak kepolisian,” ungkap Dahnil.

Untuk menghindari serangan serupa, warga Muhammadiyah secara bergantian menggelar jaga malam sembari terus membangun masjid. Dahnil mengaku terharu dengan militansi warga Muhammadiyah Samalanga yang tidak gentar membangun masjid meski di bawah ancaman.

“Saya kagum dengan militansi warga Muhammadiyah Samalanga. Bapak-bapak bergotong royong membangun kembali masjidnya di bawah ancaman pembunuhan dan perusakan, sementara Ibu-Ibu Aisyiyah bergotong royong menyediakan makanan dan minuman,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dahnil mengingatkan bahwa selama ini banyak pihak yang meneriakkan slogan tolerasi tetapi perilakunya menunjukkan sikap sebaliknya. Untuk itu, Dahnil mengajak segenap warga negara untuk menggaungkan toleransi yang otentik, yang dibangun atas dasar ketulusan niat dari hati yang lapang dan spirit mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

“Toleransi yang otentik yang seharusnya kita rawat bersama. Ada ancaman serius sikap Intoleran di Aceh, yang harus diselesaikan dengan 2 cara: pertama, edukasi terhadap masyarakat dan tokoh ulama di sana, dan kedua, tentu penegakan hukum dengan tidak membiarkan prilaku-prilaku anarkis massa tanpa penegakan hukum yang tegas,” tukas Dahnil. (ribas)

Baca juga :

Innalillahi, Balai dan Tiang Masjid At Taqwa Muhammadiyah Samalanga Bireuen Dibakar 

Kronologis Kerusuhan dan Larangan Pendirian Masjid Muhammadiyah di Bireuen

Kasus Bireuen Aceh; Negara tidak boleh Kalah sama Kelompok Intoleran 

Jelang Ramadhan, SD IT Muhammadiyah Bireuen Berbagi 1000 Sandal di 22 Masjid 

SD IT Muhammadiyah Bireuen Raih The Most Favorite Elementary Islamic School Of The Year 

Meski Menag Turun Tangan, Pembangunan Masjid Muhammadiyah Bireuen Diganjal FKUB

Exit mobile version