Islam Dan NKRI Dalam Bingkai Ketakwaan

Darul Ahdi wa Syahadah

Oleh: Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani

Assalamu’alaikum Wr Wb

اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya. Shalawat dan salam tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya.

Pembahasan atau pun studi mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tiada henti-hentinya bergelora di seluruh media informasi negeri ini. Isu-isu yang penuh muatan justifikasi seorang pancasilais begitu terasa seolah-olah kehidupan berbangsa dan bernegara ini semakin sempit karena permasalahan tersebut.

Sekarang bukan saatnya lagi untuk membenturkan Islam sebagai agama dan Indonesia sebagai negara dengan ideologi Pancasilanya. Hak-hak untuk berbangsa dan bernegara bahkan menjalankan fungsi-fungsi dan mengamalkan nilai-nilai agama juga harus diberikan jaminan keleluasaan dan lebih diperhatikan. Islam dan NKRI adalah satu nafas yang tidak bisa dibenturkan di antara keduanya. Ketika seseorang di tanah air tempat kelahirannya maka di sana pula ia melaksanakan dan mengamalkan segala bentuk ajaran agamanya termasuk Islam. Menjaga aqidah Islamiyyah dan menjaga tanah air merupakan satu kesatuan yang utuh dengan maksud bahwa seseorang yang lahir dan tinggal pada suatu negeri maka aspek religiusitasnya juga berproses dan berkembang seiring perkembangan dirinya menuju kedewasaan dan kematangan umurnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan di dalam Q.S. al-Hujurat ayat 13 berbunyi:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan telah Kami jadikan bagi kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah SWT adalah yang paling bertaqwa di antara kamu sekalian, sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. (Q.S. al-Hujurat: 13)

Ayat di atas menjelaskan dengan tegas bahwa Allah SWT menjadikan manusia hidup dalam keadaan yang beragam baik bangsa dan negaranya atau pun multi etnis. Namun penekanannya ialah pada akhir beberapa kata pada ayat tersebut yang menyatakan sesungguhnya yang paling mulia di antara manusia ialah yang paling bertakwa kepada Allah SWT.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT

Jika dimaknai dengan lebih dalam maka kata taqwa memiliki arti yang sesungguhnya yaitu pertama, takwa bermaksud untuk beriman kepada Allah SWT dalam perspektif aqidah atau ideologi seseorang dan kedua, takwa dalam arti dan ranah praksis untuk mengaplikasikan segala ketentuan dan ajaran Allah SWT yang diwahyukan melalui para Rasul dan Nabi-Nya dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Ketika kata taqwa dihubungkan dengan persoalan suku dan bangsa di dalam ayat tersebut maka dua arti atau makna kata taqwa  diatas dapat diimplementasikan untuk mengatasi persoalan kehidupan bangsa dan negara ini. Artinya dengan kata lain bahwa seseorang dapat dikatakan paling nasionalis atau pancasilais ketika orang tersebut menjadikan agama dan ketakwaannya sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Maka benang merah dari surat al-Hujurat ayat 13 sebenarnya telah mengajarkan kepada kita bahwa untuk urusan agama yakni Islam dan NKRI merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan demi terwujudnya negeri yang sejahtera, aman, sentosa, dan diridhai Allah SWT yakni Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Negara Indonesia tidak akan menjadi negeri yang diridhai Allah SWT manakala manusia atau masyarakatnya jauh dari nilai-nilai luhur agamanya. Bentuk ketakwaan dari masyarakatnya itulah yang akan menjadikan negeri ini selamat dari segala bentuk keterpurukan di segala bidang. Ketika seseorang tergoda untuk korupsi maka ia teringat kepada ajaran agamanya bahwa yang demikian adalah tidak benar sehingga tidak sampai hati untuk melakukannya. Seseorang ketika tergoda untuk mengkhianati suatu amanah atau jabatan untuk tujuan-tujuan pragmatis tidak akan sampai melakukannya manakala ia teringat kepada Allah SWT. Seseorang yang tergoda untuk melakukan perbuatan asusila maka akan terhenti sebelum berbuat tatkala ia kembali ingat kepada ajaran agamanya yang mulia.

Inilah betapa pentingnya ketika kita bisa menjadikan satu aspek keIslaman dan keIndonesiaan dalam bingkai ketakwaan agar bangsa dan negara ini terhindar dan diselamatkan oleh Allah SWT dari segala bentuk keterpurukan di berbagai bidang kehidupan baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya. Islam dijadikan sebagai pondasi berbangsa dan bernegara yang termanifestasikan dalam bentuk ketakwaan seseorang dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara dengan tujuan akhir negara dan bangsa ini menjadi negeri yang memiliki peradaban unggul tentunya tanpa meninggalkan aspek keagamaan.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua 

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT

Marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar dapat mengamalkan ajaran Islam untuk kemajuan dan peradaban bangsa ini tentunya dalam bingkai ketakwaan.

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Dosen PAI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Gresik

Exit mobile version