BANGKOK, Suara Muhammadiyah-Sebanyak dua belas pimpinan dan karyawan Suara Muhammadiyah mengunjungi The Halal Science Center (HSC) Chulalongkorn University Thailand, Kamis (28/6). Rombongan Suara Muhammadiyah disambut hangat dan penuh antusias oleh owner HSC, Prof Dr Winai Dahlan. Sosok yang memperoleh gelar tertinggi ‘The Dushdi Mala’ dari Kerajaan Thailand atas dedikasinya di bidang science ini merupakan cucu dari pasangan pahlawan nasional, Kiai Ahmad Dahlan-Siti Walidah.
Kepada rombongan Suara Muhammadiyah, Winai ditemani para stafnya menceritakan tentang awal mula berdirinya HSC hingga tentang kiprah dan keluarganya. Meskipun lahir dan tumbuh di Thailand, padanya mengalir darah kental Indonesia dan Muhammadiyah. Ayahnya, Irfan Dahlan merupakan anak dari KH Ahmad Dahlan yang bertinggal di Kauman Yogyakarta. Ibunya bernama Zahrah berasal dari Rembang, dan istrinya merupakan warga Rembang. Ketua Pascasarjana Internasional studi Pangan dan Nutrisi, Faculty of Allied Health Sciences, Chulalongkorn University ini fasih berbicara dalam bahasa Thailand dan Inggris.
Winai meluruskan tentang tuduhan bahwa orang tuanya merupakan penganut Ahmadiyah. Konteks ketika itu dengan latar Perang Dunia kedua, ayahnya pernah sekolah di Lahore Pakistan yang merupakan pusat Ahmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad. Ahmadiyah sendiri terdiri dari banyak aliran, di antaranya aliran Lahore dan Qadian. Pendudukan Jepang di Indonesia membuat banyak orang tidak bisa memasuki tanah air. Sepulang dari Pakistan, Irfan muda tidak bisa memasuki Hindia Belanda dan akhirnya berlayar ke Thailand, tepatnya di Kampung Jawa, Bangkok sejak tahun 1930. Irfan memulai dakwah di Thailand dengan gaya Muhammadiyah. Di sana, ayahanda Winai bertemu jodohnya, seorang keturunan Jawa.
Ayah dan keluarganya, kata Winai, merupakan warga Muhammadiyah, bukan Ahmadiyah. Masih lekat di ingatan Winai, sebuah nasehat yang dituturkan ayahnya, yang merupakan pesan langsung dari Kiai Dahlan kepadanya: kembalilah ke mana asal Anda dilahirkan, berkonstribusilah pada tanah tersebut. Winai memaknai bahwa dia lahir dan tumbuh di Thailand, maka dia pun harus bisa memberi dedikasi pada negeri Gajah Putih tersebut. Dalam perjalanan selanjutnya, sejak tahun 1994, ia menginisiasi The Halal Science Center. Menurut pertimbangannya, Thailand dengan penduduk 66 juta jiwa dan hanya 3 juta atau 4,6 persen bergama Islam tidak selalu aman dan terjamin dari beragam produk yang dikonsumsi sehari-hari. Atas kerja kerasnya, lembaga tersebut menjadi pusat studi dan riset resmi di Chulalangkorn University pada tahun 2004. Kini mendapat dukungan penuh dari universitas dan kerajaan Thailand. Berbagai penghargaan telah diterimanya. Dia bertekad ingim menjadilan lembaganya sebagai the greatest halal science.
Pada mulanya, Winai harus bekerja dengan memberdayakan staf non-Muslim. Katanya, tidak mudah menemukan scientis Muslim. Namun, dia tidak patah arang. Dari waktu ke waktu dia terus menyadarkan Muslim untuk menjadi ilmuan. Bahkan, ungkapnya, Nabi Muhammad was a scientist. Fakta itu kemudian ditulisnya dalam sebuah buku berbahasa Inggris, ‘Muhammad: The World’s Greatest Scientist’
Dari mulanya hanya seorang diri, dalam perkembangan mutakhir, The Halal Science Center telah memiliki 92 karyawan dengan ditunjang berbagai fasilitas laboratorium canggih. Di tempat itu juga menyediakan makan siang gratis setiap hari kepada seluruh karyawan dan pengunjung. Semua itu, kata Winai, merupakan wujud dakwah nyata yang dilakukannya di bumi dia dipijak.
Kecintaan Winai dan keluarga pada Muhammadiyah tidak pernah surut. Belakangan, pihaknya menginisiasi rancangan sekolah yang diberi nama Muhammadiyah Thinking School. Dia telah membeli lahan dan membuat master plan gedung yang akan segera dibangun dalam waktu dekat.
Kepada para rombongan Suara Muhammadiyah, Winai menyampaikan apresiasi yang tinggi. Dia berharap Muhammadiyah bisa terus mengembangkan sayap dakwah Islam Berkemajuan. Direktur Utama Suara Muhammadiyah Deni Asyari juga menyambut baik dan mengundang Winai dan lembaganya untuk bekerjasama dengan Suara Muhammadiyah dalam pengembangan dakwah di era kekinian. (ribas)