LEIDEN, Suara Muhammadiyah– Islam, Humanity and the Indonesian Identity: Reflections on History. Demikian judul buku terbitan Leiden University Press yang diluncurkan di Leiden Law School, Belanda, pada Jumat, 29 Juni 2018. Karya hasil terjemahan tersebut menjadi salah satu magnum opus yang merangkum gagasan besar Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif.
“Dengan kegigihan Institut Leimena Jakarta, akhirnya terjemahan buku saya, Islam Dalam Bingkai Keindonesian dan Kemanusiaan ke dalam bahasa Inggris, telah rampung dan diluncurkan di Leiden, pada 29 Juni 2018,” tutur Buya Syafii melalui pesan singkat, Sabtu (30/6).
Peluncuran buku tersebut menjadi penting dalam rangka menyebarluaskan pemikiran Buya Syafii Maarif dalam konteks kekinian. Di tengah beragam krisis besar yang menimpa hampir semua belahan dunia, buku yang memuat pengalaman Indonesia sebagai sebuah bangsa patut untuk dijadikan bahan refleksi. Buku ini diharapkan bisa memberi konstribusi bagi upaya membangun peradaban dunia yang lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai keluhuran. Di saat yang sama, buku ini juga mengingatkan bangsa Indonesia untuk tidak terlena dan terus berpacu dengan penuh optimisme.
Direktur Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz menyatakan bahwa buku ini merupakan buah dari proses panjang yang dikerjakan bersama. “Proses penerjemahan buku ini hingga rampung memakan waktu kurang lebih 2 tahun yang dikerjakan sejak tahun 2016. Proses penerjemahan dikerjasamakan dengan Leimena Institute. Buku terbitan berbahasa Inggris ini diterbitkan oleh Leiden University Press, tanggal 29 Juni kemarin diluncurkan di Leiden University,” ungkapnya.
Dalam prosesi launching buku tersebut ikut dibacakan kisah hidup Buya Syafii Maarif oleh Prof Herman Beck. Buku Prof Syafii Maarif juga diapresiasi penuh oleh Prof Jan Michiel Otto. Turut serta dalam kegiatan tersebut antara lain Nikolaus Van Dam (mantan duta besar Belanda untuk Indonesia dan penulis buku The struggle for power in Syria: sectarianism, regionalism, and tribalism in politics) dan Din Wahid (Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Belanda, sekaligus pengurus Lembaga Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri PP Muhammadiyah).
Buku tersebut mendapat testimoni dari beberapa pemikir kontemporer semisal R. William Liddle dan William H. Frederick. Bahkan, salah satu tokoh pembaharu yang kerap dijadikan rujukan oleh Buya Syafii Maarif, Khaled Abou El Fadl mengungkapkan, “Ahmad Syafii Maarif adalah salah satu pemikir Muslim paling berpengaruh seusianya. Bukunya harus dibaca tidak hanya oleh mereka yang tertarik dengan masa depan Islam Indonesia, tetapi oleh setiap Muslim yang peduli tentang Islam, dan yang terpenting, oleh setiap orang yang peduli akan masa depan kemanusiaan.” (ribas)