BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat menggelar silaturahim Idul Fitri 1439 H bersama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, pada Sabtu (30/6). Acara yang digelar di Komplek Pendidikan Muhammadiyah Jalan Banteng Dalam, Bandung ini dihadiri segenap keluarga besar Muhammadiyah Jawa Barat.
Haedar Nashir mengingatkan segenap warga Muhammadiyah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan sebagaimana salah satu tujuan dari ibadah puasa Ramadhan. Ungkapan “la’allakum tattaquun” menghendaki umat Islam untuk senantiasa memacu kualitas diri menuju pribadi bertakwa. Salah satu ciri ketakwaan sebagaimana disebut dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 134 ialah dengan membangun karakter positif, seperti gemar berinfak, kematangan emosional atau tidak mudah marah dan mudah memaafkan.
Ketakwaan tidak hanya berupa ketaatan dalam taqarub kepada Allah, tetapi juga kebaikan dalam relasi dengan sesama manusia yang berwujud akhlak mulia. “Kesalehan pribadi harus dipantulkan menjadi keshalehan sosial. Masuki ruang publik. Jangan pula melakukan kapitalisasi agama untuk kepentingan pragmatik termasuk politik,” tutur Haedar.
Momen Idul Fitri, kata Haedar, merupakan kesempatan untuk meningkatkan silaturahim, tidak hanya sekadar di dunia maya. Jalinan silaturahim dianggap sangat penting untuk meredam gejolak dan senantiasa memelihara hubungan baik dengan semua kalangan. “KH Dahlan dulu gemar membangun jaringan dan komunikasi dengan berbagai pergerakkan dan tokoh. Meski beda faham dan aliran, tanpa kehilangan identitas perjuangan dirinya,” kata Haedar.
Berkaitan dengan dinamika politik yang terjadi di Indonesia pasca pilkada serentak pada 27 Juni 2018 lalu, termasuk di Jawa Barat, Haedar mengatakan bahwa polarisasi dukungan atau pemihakan tak boleh mengusik rumah besar Muhammadiyah. “Muhammadiyah sudah matang dalam berpolitik,” tegas Haedar. Sehingga, dinamika politik yang ada justru harus menjadi hikmah yang menguatkan realisasi tujuan Muhammadiyah.
Dalam konteks ini, silaturahim menjadi sangat penting. Para tokoh dan aktor politik perlu menjalin silaturahim di tengah keragaman pilihan politik. “Silaturahim dieratkan kembali. Politik adalah kekuatan dakwah, jangan sebaliknya, dakwah dirusak oleh politik,” tukas Haedar Nashir.
Haedar juga berpesan, di tengah pesatnya perkembangan era digital saat ini, warga Muhammadiyah diharapkan mampu menempatkan nilai-nilai luhur agama secara tepat, sebagai pemandu dalam aktivitas di dunia digital. Hal ini meniscayakan untuk senantiasa memperkuat literasi. “Kita harus melakukan pengembangan budaya literasi. Baca dan analisa. Digitalisasi mesti tempatkan insan Muhammadiyah sebagai subyek pemanfaat alat (jadi fa’il), jangan menjadi korban dari alat (objek atau maf’ul bih),” urainya. (ribas/ppmuh)