Syawalan PPA, Noordjannah: Silaturahmi, Momentum Merawat Kolektifitas

Syawalan PPA, Noordjannah: Silaturahmi, Momentum Merawat Kolektifitas

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Menginjak hari ke 19 bulan Syawal 1439 H, keluarga besar Pimpinan Pusat Aisyiyah menggelar Silaturahmi dan Sfyawalan yang dihadiri anggota Pimpina Pusat Aisyiyah, Wilayah, dan perwakilan amal usaha. Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini menegaskan bahwa momentum silaturahmi harus dijadikan sebagai momentum merawat kolektifitas yang ada antara pimpinan dan anggota sehingga mampu menjalankan roda organisasi lebih optimal.

“ini merupakan ikhtiar kita untuk membangun kolektifitas yang lebih kuat. Merawat dan memperkuat tali koletifitas kita dalam memimpin organisasi karena kita semua punya tugas dalam memimpin di Aisyiyah,” ungkapnya Selasa (3/7).

Selain menyambung tali silaturahmi dan memperkuat kolektifitas antar anggota dan pimpinan, ajang silaturahmi diharapnya menjadi wadah untuk memperkuat komitmen warga Aisyiyah dalam memajukan persyarikatan. “Karena ini adalah bagian dari ketakwaan kita. Karena semata-mata apa yang kita lakukan melalui amal usaha Aisyiyah dan usaha-usaha kita baik secara pribadi ataupun secara kolektif adalah untuk bertaqarrub kepada Allah,” lanjut Noordjannah.

Di samping itu Noordjannah kembali mengingatkan bahwa Aisyiyah dan Muhammadiyah memiliki peran dalam mengawal berdirinya bangsa Indonesia. Apa yang telah dilakukan oleh pendahulu persyarikatan harus terus dirawat dan dilanjutkan dengan kehadiran Aisyiyah saat ini. “Ini merupakan tanggungjawab dakwah sekaligus tanggungjawab kebangsaan kita. Aisyiyah harus bisa hadir dan mengisi harapan masyarakat.”

Dalam kegiatan yang digelar di Meeting Hall Grha Suara Muhammadiyah ini Noordjannah juga mengungkapkan kesyukurannya terhadap keberadaan gedung yang menjadi pengingat bahwa Majalah Suara Muhammadiyah telah menjadi ‘corong’ persyarikatan sejak berdirinya pada tahun 1912. Kiprah besar Majalah Suara Muhammadiyah dalam lingkup kebangsaan ataupun persyarikatan pun tak bisa dilepaskan dengan keberadaan Suara Aisyiyah.

“Pada saat itu tidak hanya berpikir bahwa Muhammadiyah saja yang membutuhkan corong untuk bersuara, namun begitu cepat memikirkan juga pentingnya sebuah corong untuk sebuah gerakan perempuan yaitu Suara Aisyiyah,” katanya.

Oleh karena itu dirinya menghimbau bahwa penting bagi warga Aisyiyah dan persyarikatan seluruhnya untuk turut merawat warisan pendahulu persyarikatan dengan membaca Majalah Suara Muhammadiyah setiap bulannya.

“Majalah Suara Muhammadiyah merupakan kebanggaan kita, dan menjadi salah satu media di mana kita harus menyebarluaskannya dan juga mengisinya. Saya menyampaikan ini karena ajang silaturahmi ini juga diharapkan menjadi ajang silatufikri, atau ajang menyambung pikiran antara kita,” tandas Noodjannah. (Th)

Exit mobile version