Kultum Buya Syafii Maarif: Esensi Syariat adalah Tegaknya Keadilan

Kultum Buya Syafii Maarif: Esensi Syariat adalah Tegaknya Keadilan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Cendekiawan Ahmad Syafii Maarif menyatakan bahwa esensi dari syariat Islam adalah tegaknya keadilan. Misi untuk menegakkan keadilan ini sejalan dengan prinsip tauhid, yang menghendaki bahwa hanya Allah di posisi tertinggi, sementara selainnya dalam posisi setara.

“Esensi syariat itu tegaknya keadilan. Jadi, kalau Anda lihat Arab hancur, negeri Arab hancur, itu karena tidak ada keadilan. Ini yang menurut saya perlu kita pikirkan. Sebab, berbicara agama, sistem politik, apa pun namanya, tanpa keadilan, itu bukan Islam,” tutur Buya Syafii dalam kultum seusai shalat Dhuhur di mushala Grha Suara Muhammadiyah pada Selasa, 3 Juli 2018.

Pernyataan Buya Syafii tersebut mengacu pada sebuah kalimat populer yang bersumber dari Ibnu Taimiyyah, “Allah berpihak kepada pemimpin yang adil, meskipun kafir. Sebaliknya, Allah tidak berpihak kepada pemimpin yang zalim, meskipun Muslim.” Bahkan ada yang menyebut kalimat itu diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib. “Artinya kalau zaman Ali, dia dahsyat sekali. Zaman begitu dia sudah ngomong begitu. Ini suatu teologi yang radikal, radikal sekali,” urai Buya.

Buya Syafii menyatakan bahwa ungkapan itu memiliki dampak yang luar biasa, menyadarkan kita semua bahwa keadilan merupakan substansi yang harus dicapai dalam mengelola pemerintahan, negara, organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Tanpa keadilan, maka kesenjangan yang terjadi akan melahirkan beragam masalah di kemudian hari.

Buya Syafii Maarif, Rosyad Sholeh beserta istri, berfoto dengan awak redaksi Suara Muhammadiyah, Selasa (3/7) di depan gedung PP Muhammadiyah Jl KHA Dahlan Yogyakarta

Kepada Amal Usaha Muhammadiyah, Buya Syafii mengingatkan untuk selalu menegakkan keadilan dalam menjalankan seluruh roda aktivitasnya. Para pegawai dan karyawan harus menjadi perhatian pimpinan dan manajemen. “Kalau ini tidak dipikirkan, menurut saya, ini kita zalim,” ungkap Buya. Jika sudah zalim, maka akan hilang keberkahannya. Bahkan, mengacu pada ungkapan Ibnu Taimiyyah, ketika zalim maka Allah tidak akan lagi berpihak.

Buya Syafii juga menyatakan bahwa konsepsi sila-sila Pancasila yang menjadikan poin keadilan sebagai salah satu silanya merupakan rumusan yang tepat. Tinggal, bagaimana segenap anak bangsa, pemerintah dan warganya untuk mempraktekkan nilai-nilai luhur tersebut. “Sesungguhnya, Pancasila dengan menempatkan Ketuhanan di sila pertama dan Keadilan di sila kelima itu sungguh luar biasa. Ndak perlu lagi mendirikan negara Islam. Tauhid salah satu manifestasinya di muka bumi adalah tegaknya keadilan,” ujar Buya Syafii Maarif. (ribas)

Baca Juga:

Kultum Haedar Nashir: Upaya Muhammadiyah Internasionalisasi Islam Indonesia

Kultum Buya Syafii Maarif: Menjadi Pemenang dalam Perlombaan Peradaban

Ketua Komisi Yudisial: Jihad Konstitusi sebagai Jalan Muhammadiyah Mewujudkan Keadilan Sosial

Exit mobile version