YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketergantungan manusia akibat rokok semakin meningkat. Menurut data WHO, jumlah perokok di dunia mencapai 1,2 miliar dan 800 juta di antaranya berada di negara berkembang. Pada tahun 2009, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India .
Tingginya konsumsi rokok tersebut menyebabkan rokok menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah kanker dan kecelakaan. Solusi untuk mengatasi hal ini yakni dengan mengembangkan metode alternatife pengobatan terbarukan untuk mengobati penyakit akibat dari rokok.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Aditya Sewanggara dengan kelompoknya yang berhasil menciptakan Nano Shark Kao (Nano Spray Inhaler dari limbah kulit kakao).
Oleh tim tersebut, limbah kulit kakao dimodifikasi dengan menggunakan metode SNEEDS sehingga menjadi salah satu obat mutakhir untuk mengobati penyakit bronkitis kronik.
“Cara pemakaian obatnya pun sangatlah mudah dan efisien yaitu dengancara inhaler,” terang Aditya seprti rilis yang diterima redaksi pada Selasa (10/7).
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) ini berhasil menemukan inovasi terbarukan di dunia medis berbahan dasar limbah kulit kakao berbentuk nano spray.
“Kami berangkat dari keprihatinan tentang tingginya kematian akibat rokok di berbagai belahan dunia terutama Indonesia dan permasalahan lingkungan dalam hal ini kami mengangkat limbah kulit kakao yang hingga saat ini masih menjadi sebuah musuh utama bagi lingkungan karena pengolahan limbah tersebut yang masih belum optimal, terutama di daerah- daerah penghasil coklat seperti di DIY ini,” jelas Aditya.
Aditya menyebutkan inovasi dalam pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini berupa kombinasi dari metode SNEEDS dengan metode spray inhaler.
Adanya pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini diharapkan dapat menurunkan resiko kematian akibat rokok di Indonesia yang renewable serta ramah lingkungan.
Sedangkan proses pembuatannya sendiri yaitu dengan cara kulit kakao dikeringkan, lalu dimaserasi dengan etanol teknis selama kurang lebih 1×24 jam. Kemudian di campurkan dengan tween dan dicampurkan dengan ko surfaktan dihomogenkan dengan ultra sonikasi. “Kemudian didapatkan nano herbar dari kulit kakao berupa nano spray yang dapat mengobati penyakit bronkitis kronik dengan cara pemakaian secara inhaler,” terang Aditya.
“Keunggulan dari Nano Shark Kao ini selain ramah lingkungan dibandingkan yang lainnya, dan renewable. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Nano Shark Kao sendiri berasal dari dalam negeri sehingga lebih murah, serta proses pembuatannya yang sangat mudah, dan cepat,” imbuh Aditya.
Aditya berharap dengan adanya Nano Shark Kao, angka kematian akibat rokok dapat ditekan, selain itu Nano Shark Kao dapat menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah kulit kakao. (angga)