Judul : Paradigma Pendidikan Berkemajuan: Teori dan Praksis Pendidikan Progresif Religius KH Ahmad Dahlan
Penulis : Mohammad Ali
Ukuran : 15,5 x 23,5 cm
Cetakan : I, Oktober 2017
Penerbit : Suara Muhammadiyah
“Apa yang ditulis Dr Mohammad Ali MPd tentang Paradigma Pendidikan Berkemajuan merupakan reformulasi dari model pendidikan modern yang dirintis dan dipelopori oleh Kiai Dahlan, selaku pendiri Muhammadiyah. Dalam konteks kekinian, ikhtiar menghadirkan pendidikan berkemajuan yang holistik justru sangat penting dan strategis, ketika dunia pendidikan modern saat ini banyak dihadapkan pada musibah dan masalah, baik yang menyangkut krisis moralitas yang dialami masyarakat maupun krisis multidimensi dalam kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan universal.” (Haedar Nashir)
Pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah di salah satu bagian pengantar buku ini cukup mewakili arti penting hasil penelitian disertasi ini. Berbicara tentang dunia pendidikan, rasanya tidak lengkap jika melupakan sosok KH Ahmad Dahlan. Melalui organisasi yang didirikannya, Muhammadiyah di bawah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) telah memiliki dan mengelola sebanyak 5.264 sekolah, hingga tahun 2015 (Laporan Muktamar ke-47 Makassar).
Dari jumlah itu, menurut ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Prof Baedhowi, SD Muhammadiyah berjumlah sebanyak 1.064 sekolah, SMP 1.111 sekolah, SMA 567 sekolah, dan SMK 546 sekolah. Kemudian Madrasah Ibtidaiyah (MI) sejumlah 1.188 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 521 sekolah, Madrasah Aliyah (MA) 178 sekolah, dan pondok pesantren sebanyak 89. Jumlah ini terus bertambah seiring waktu dan tidak ada tanda-tanda berhenti, kata Buya Syafii Maarif.
Peran strategis Muhammadiyah dalam bidang pendidikan merupakan wujud pengabdian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang diusung oleh Muhammadiyah melampaui sekat-sekat kepentingan dan SARA. Menyebar dari ujung Sumatera hingga pelosok Papua. Tidak mengherankan, jika sekolah Muhammadiyah di wilayah tertentu lebih diminati oleh non muslim. Sementara di daerah lainnya, sekolah Muhammadiyah menjadi satu-satunya sarana pendidikan yang bisa diakses, ketika negara bahkan belum bisa mewujudkan amanah kemerdekaan untuk menyediakan akses pendidikan yang merata.
Bangsa ini perlu berterima kasih pada KH Ahmad Dahlan. Sosok yang tidak pernah mendapatkan pendidikan modern ala Barat dan Eropa ini mampu menghadirkan model pendidikan yang berkemajuan. Gagasannya tentang pendidikan jernih dan progresif, berangkat dari hasil pemikiran dan perenungan yang dalam serta ramuan pengetahuan yang luas. Kehadiran Kiai Dahlan dengan konsep pendidikan modern laksana oase di tengah kegersangan dan kemunduran pribumi dan umat Islam saat itu. Kiai Dahlan menawarkan perpaduan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum yang saat itu masih dikotomis.
Pendidikan Muhammadiyah mendidik manusia untuk memaknai hakikat dirinya sebagai khalifah fil ardh. Kuntowijoyo menyebut, pendidikan Kiai Dahlan mampu melahirkan kaum terpelajar muslim yang teguh iman dan kepribadian serta mampu berdialektika dengan perubahan zaman. Buahnya ditunjukkan dengan banyaknya tokoh hasil didikan institusi Muhammadiyah yang berkonstribusi bagi umat dan bangsa serta mengurus negara, di saat bersamaan ketika itu, banyak lulusan lembaga keagamaan lainnya masih gagap dan tidak siap. (Ribas)