Terima Silaturahim Prabowo-Sandi, PP Muhammadiyah Berikan 6 Masukan

Terima Silaturahim Prabowo-Sandi, PP Muhammadiyah Berikan 6 Masukan

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bersama para ketua PP Muhammadiyah lainnya pada Senin (13/8) menerima kunjungan silaturahim pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah Jakarta.

Haedar Nashir menyampaikan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan, tidak akan terlibat dalam riuh politik praktis. Muhammadiyah komit untuk menjadi penjaga moral keadaban politik. Muhammadiyah memberi kebebasan bagi warganya untuk menentukan pilihan secara cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.

Muhammadiyah berpesan kepada pasangan capres-cawapres supaya selalu ingat bahwa jika menang, maka mereka adalah pemegang mandat rakyat. “Berarti mereka sesungguhnya pelayan rakyat yang atas nama bangsa dan negara, bersumpah setia untuk melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan memajukan rakyat yang memilihnya. Para pemimpin itu bahkan wajib melindungi seluruh tanah air Indonesia untuk sebesar-besarnya dipergunakan bagi hajat hidup publik. Maka betapa berat kewajiban dan tugas konstitusional yang harus ditunaikan oleh para pemimpin rakyat itu,” tuturnya.

“Para pemimpin nasional dari pusat hingga daerah juga diharapkan mengedepankan keteladanan, kebersamaan, kedamaian, dan sikap kenegarawanan yang luhur dalam perikehidupan kebangsaan,” ucap Haedar. Dalam kesempatan itu, Haedar juga menyampaikan enam poin masukan PP Muhammadiyah untuk Capres-Cawapres 2019.

Pertama, memperhatikan nilai-nilai agama, Pancasila dan kebudayaan bangsa, tidak terpisahkan dari jiwa kehidupan berbangsa dan bernegara. “Jangan ada kebijakan-kebijakan yang bertentangan dgn nilai agama, Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa,” urainya.

Kedua, mewujudkan kedaulatan negara dalam bidang ekonomi, politik dan budaya bangsa. Sehingga dapat mengeluarkan kebijakan yang lebih berani, termasuk dalam konteks kedaulatan dari hegemoni asing.

Ketiga, bagaimana mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dengan kebijakan yang lebih berani. Ini krusial dalam kehidupan kebangsaan, bagaimana kekayaan bangsa Indonesia untuk hajat hidup rakyat.

Keempat, ada rekonstruksi pengembangan pendidikan nasional untuk pengembangan SDM yang unggul. Muhammadiyah bergerak dalam bidang ini. “Intinya ingin bangsa ini, menjadi bangsa yang unggul dibandingkan bangsa lain,” katanya.

Kelima, melakukan kebijakan reformasi birokrasi pemerintahan, untuk kemakmuran seluruh rakyat, birokrasi bukan untuk satu kelompok tertentu saja.

Keenam, peran proaktif dalam kebijakan politik luar negeri. Terutama dalam memainkan peran strategis bagi negara-negara Muslim di dunia. (ribas)

Exit mobile version