Khutbah Idul Adha 1439 H: Ibadah Qurban Membangun Insan Bertauhid

Khutbah Idul Adha 1439 H: Ibadah Qurban Membangun Insan Bertauhid

 

Oleh : dr H Agus Taufiqurrohman, MKes, SpS

السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

ان الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور انفسنا و من سيئات اعمالنا من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له

 اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد ان محمدا عبده و رسوله

الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

 ياايها الناس اوصيكم و اياي بتقوى الله فقد فاز المتقون – قال تعالى- ياايها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا و انتم مسلمون – ياايها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء  واتقوا الله الذي تساءلون به والارحام ان الله كان عليكم رقيبا – ياايها الذين ءامنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا – يصلح لكم اعمالكم و يغفرلكم ذنوبكم ومن يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما

 

Jamaah shalat ied rahimakumullah

Marilah kita bersama sama senantiasa menyadari, bahwa Allah telah banyak melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, banyak teramat banyak, sehingga kita takkan mampu menghitungnya, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran :

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Jika kamu  menghitung nikmat Allah, niscaya  kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang ( QS An-Nahl : 18 )

Dari firman Allah di atas jelaslah bahwa Allah telah memberikan nikmat-Nya kepada kita yang teramat banyak, yang  tak mungkin kita mampu  menghitungnya. Karena sesungguhnya  apa yang kita nikmati, kita  rasakan dan dapatkan dalam hidup ini semuanya adalah rahmat Allah.  Sekalipun demikian ternyata kebanyakan di antara manusia termasuk orang yang tidak mau bersyukur. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah ;

إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ

Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur ( QS Al-Baqarah : 243 ).

Padahal bagi yang bersyukur, Allah berjanji akan melipat gandakan kenikmatan yang disyukurinya  Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Ibrahim ayat 7 ;

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu kamu menginkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih (QS Ibrahim : 7)

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada kita. Terlebih dalam kesempatan hari ini, kita umat islam merayakan idul adha.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad saw. Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi manusia yang selamat dunia akhirat.

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Hadirin yang berbahagia.

Saat ini Jama’ah haji dari  seluruh penjuru dunia sedang menyelesaikan manasik haji di tanah suci. Setelah menyelesaikan wukuf di Arafah, mereka menuju ke Mina untuk mabid dan melempar jumrah. Semoga haji mereka mabrur dan kembali ke daerah dan keluarganya masing-masing dengan selamat. kepulangannya ke tanah air membawa bangsa ini semakin religius.

Bagi yang tidak menjalankan ibadah haji, maka Ibadah utama pada hari ‘Idul Adha ini adalah menyembelih binatang qurban. Rasulullah menekankan kepada umatnya yang mampu untuk menyembelih binatang qurban dengan sabdanya:

من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلا نا

Barang siapa mempunyai kemampuan berkurban, tetapi tidak melakukannya, maka janganlah mendekat tempat shalatku” (HR Ahmad ibn Majah dari Abi Huarairah)

Syariah Qurban tidak bisa dilepasakan dari peristiwa pada zaman nabi Ibrahim dan Ismail. Perintah Qurban yang  diterima nabi Ibrahim ‘alaihisalam diterangkan di dalam surat Ash-shooffaat ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

Nabi Ibrahim Ibrahim AS adalah nabi yang mendapat sebutan abul ambiya ( bapaknya para nabi). Dalam Idul adha ini kita meneladani pengalaman dan pengalaman keluarga Ibrahim yang penuh dengan cobaan, pengorbanan, ketabahan dan keikhlasan. Ibrahim amat merindukan hadirnya anak sebagi keturunanya. Dan setelah anak itu diberikan oleh Allah, diujilah Ibrahim, akankah kecintaanya kepada Alloh terkalahkan oleh cintanya kepada anak yang lama  ia nantikan itu?. Ternyata tidak. Ibrahim lulus  dari ujian Allooh yang berat.

Dalam ayat tadi digambarkan bagaimana Ibrahim melakukan komunikasi yang amat baik dengan anaknya ( Ismail ). Menunjukkan betapa Ibrahim memiliki keluarga dengan hubungan yang terjaga dengan baik , antara orang tua dan anak tidak ada kendala komunikasi sebagi proses pendidikan anaknya. Dan yang menajubkan adalah jawaban Ismail yang menunjukkan gambaran sorang anak yang selalau terdidik dalam kimanan kepada Allah dengan  begitu baiknya.

Mudah-mudah kita mampu meneladani keluara Ibrahim. Sebagai orang tua menjadi orang tua yang baik. Yang senantiasa medidikkan keimanan kepada anak anak kita, sehingga menjadi anak yang beraqidah islam dengan kokoh. Tidak akan kita biarkan anak – anak kita tercemari oleh ajaran-ajaran yang menjauhkan kita dari hidayah Allah.  Kita akan didik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, anak yang pintar dan berbudi pekerti luhur serta menjadi generasi penerus yang mampu membawa kemajuan ummat dan bangsa kita tercinta.

 الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Jamaah shalat ied yang berbahagia

Kita prihatin, sebagian dari saudara kita masih berada dalam kemiskinan. Kesejahteraan yang menjadi salah satu cita cita berdirinya bangsa ini belum bisa mereka dapatkan.   Yang lebih memprihantinkan adalah  runtuhnya moral sebagian warga bangsa ini. Ditengah penderitaan rakyat miskin, trilyunan uang Negara dikorupsi oleh para pejabat yang seharusnya membangun kesejahteraan negri ini. Korupsi telah terjadi di semua lini. Bahkan korupsi dilakukan bersamaan, atau orang sering menyebut korupsi berjamaah. Disamping itu, semakin meningkatnya kasus kriminalitas, pornografi, norkoba dan bentuk kemaksiatan lain. Bahkan penyalahgunaan Narkoba telah sampai pada konsisi darurat, dan benar benar mengancam masa depan bangsa.

Untuk menyelesaikan problem bangsa yang pelik ini tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Sudah barang tentu kita membutuhkan anak bangsa yang rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk kemajuan bangsa.  Kita butuh generasi yang unggul dan hebat, generasi yang mencintai Allah dan tunduk terhadap aturan-Nya, karena hanya dengan kembali kepada aturan hidup Allah, segala problem yang kita hadapai tersebaut dapat terurai dengan baik. Dan contoh itu bisa kita temui pada pribadi nabi Ibrahim dan ismail putranya. Inilah saatnya kita meneladani dengan benar pribadi mulia itu. Salah satunya dengan mengahayati syariat berkurban.

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Jamaah shalat ied yang berbahagia

Ibadah Qurban yang kita lakukan memiliki dua dimensis ;

pertama adalah ibadah yang bersifat vertikal, semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT.  Bahwa hanya iklhas karena Allah qurban itu dilakukan. Qurban juga sebagai perwujudan tauhid, mencintai Allah diatas cinta kepada yang lain, melebihi cintanya kepada keluarga dan harta benda yang ia miliki. Melebihi cintanya kepada jabatan dan seluruh fasilitas yang didapatkan selama ini. Dan keiklhasan berqurban karena kecintaan kepada Allah itulah yang mentukan qurban kita diterima atau tidak, Sebagaimana dijelaskan dalam dalam firman-Nya Q.S al-Hajj: 37

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Kedua adalah ibadah yang bersifat horizontal, yakni menyantuni para dhua’afa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan. Qurban merupakan ujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama. Bahwa seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan  untuk menolong orang. Semangat rela berqurban seperti inilah yang seharunya selalu ada disetiap ank negri ini, terlebih pada diri  para pemimpin bangsa. Apabila para pemimpin telah memiliki jiwa rela berkuraban untung kepentingan rakyat yang dipimpinya, niscaya ia tidak akan berlaku korup, menggasak uang negara untuk kepentingan dirinya.

Ketika Orang yang mampu dan memiliki harta berlebih telah memiliki semangat berkurban, semangat menolong penderitaan saudanya, maka kesejahteraan  sesama menjadi bagian yang tidak terpisahkan darai hidupnya. Ia sadar bahwa menolong sesama adalah wujud ibadah yang sangat tinggi nilainya dimata Allah. Menolong sesama sebagai perwujudan amal sholeh dari iman yang telah tertanam dengan kokoh. Allah berfirman dalam ayat yang panjang Q.S. al-Baqarah: 177 mengambarkan sikap taqwa seorang hamba.

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Oleh karena itu marilah semangat berkurban ini senantiasa menjadi sikap hidup kita. Bahwa menjaga iman dengan menagakkan tauhid harus juga diikuti dengan kepedulian kita terhadap penderitaan sesama.

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

jamaah sholat ied yang berbahagia

Upaya kita meneladani Nabi Ibrahim juga bisa kita lakukan dengan mengkaji salah satu doa beliau yang tertera didalam surat Asy-syu’ara ayat 83 – 85 ;

رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ. وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ. وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ.

‘Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni’matan’

Dalam ayat diatas Nabi Ibrihim memohon agar diberi Hikmah. diberikan kebijaksanaan. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud adalah diberi Ilmu pengetahuan. Tentunya agar dengan ilmu pengetahuan itu kita bisa bertindak bijaksana. menjadi orang “pinter” dan sekaligus “pener”. orang yang seperti inilah yang sangat dinantikan dalam membawa ummat dan bangsa yang berkemajuan.

Nabi Ibrahim juga memohon agar dijadikan buah tutur yang baik bagi generasi sesudahnya. Menjadi buah tutur kebajikan tentunya bisa terwujud manakala dalam kehidupan ini kita meninggalkan rekam jejak yang baik. meninggal amal sholeh yang bermanfaat untuk orang banyak. maka dialah yang akan dikenang. Seperti kata pepatah manusia mati meninggalkan nama. Bangsa  ini memiliki orang orang besar yang karya dan pengorbanannya telah dirasakan manfaatnya oleh ummat dan bangsa ini. oleh karena itu marilah kita senantiasa berjuang agar dalam hidup kita selalu melakukan  keabaikan, memberikan manfaat kepada lingkungan kita, lepada siapapun yang begaul dengan kita. Hidup kita kita hanya sekali, harus menjadi hidup yang berarti. Bukan hanya  bagi kita sendiri, tapi juga untuk orang lain, untuk ummat dan Bangsa disinilah pengorbanan itu selalu dibutuhkan.

Akhirnya marilah kita memohon kepada Alllah semoga kira senantiasa diberi hidayah, sehingga didalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar.

اللهم صل على محمد و على أله وأصحابه أجمعين ياأرحم الرحمين.

اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات, اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وارناالباطل باطلا وارزقنااجتنابه,

ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا, ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين,

ربنا أتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار, ربناعليك توكلنا واليك أنبنا واليك المصير, والحمد لله رب العالمين.

 


Versi lengkapnya silahkan download di sini KHUTBAH


Baca juga :

Khutbah Idul Adha: Memaknai Esensi Idul Adha, Berhaji dan Berqurban

Khutbah Idul Adha 1437 H : Memaknai Esensi Ibadah Haji dan Qurban

Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai-nilai Kurban dalam Kehidupan Bermasyarakat

Exit mobile version