MATARAM, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan wejangan penting bagi para wisudawan Universitas Muhammadiyah Mataram (UM Mataram) dalam acara Sidang Senat Terbuka wisuda 1027 sarjana (S1) dan diploma (D3), pada Sabtu, 8 September 2018.
Pesan itu berupa lima poin yang dianggap penting menjadi bekal bagi para lulusan perguruan tinggi. Pertama, berkarakter religius. Jika ingin sukses, menurut Haedar, maka siapa pun harus terus mengasah dan meningkatkan mentalitas religius atau jiwa spiritualitas. Jiwa kesalehan itu terumuskan dalam konsep Islam, Iman dan Ihsan.
“(Apapun) Itu harus berbuah pada jiwa kesalehan. Jika tidak bermuara pada kesalehan, maka akan jadi genangan ruhaniah semata. Saleh, orang yang hatinya selalu lurus, tetapi kita juga dituntut untuk selalu peka pada lingkungan. Kita harus jadi orang baik, amanah, jujur dan tepercaya. Ini jadi bekal dalam kesalehan,” ujar Haedar.
Bekal kesalehan dengan perasaan selalu terhubung dengan Tuhan akan mengantarkan orang untuk berperilaku baik dalam kehidupan. Jangan sampai, kata Haedar, seperti yang banyak kita lihat sekarang, orang sukses, tetapi digiring KPK masuk penjara Sukamiskin. “Itu karena hilang sikap jujur dan amanah. Itu berberti hilang kesalehan,” ungkapnya.
Kedua, lulusan PTM harus jadi orang cerdas berilmu. Apalagi, bangsa ini masih harus mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Dengan bekal SDM yang cerdas dan berilmu, diharapkan bangsa Indonesia akan mampu berdaya saing. “Kompetisi global menuntut kita untuk menjadi orang yang cerdas dan berilmu, dengan ini kita akan mampu memenangkan persaingan antar bangsa,” imbuhnya.
Haedar mengajak para wisudawan untuk terus meningkatkan kualitas diri dan perlahan-lahan mengejar ketertinggalan. “Sebagai bangsa, kita terus mengasah kecerdasan dan terus memperkaya ilmu,” ujarnya.
Cara untuk itu adalah dengan meningkatkan budaya literasi. Banyak membaca merupakan kunci. Belajar di perguruan tinggi merupakan bagian kecil dari proses belajar, tetapi tidak boleh berhenti. “Setelah selelai ini, teruslah iqro’, membaca, membaca, membaca, dan jangan pernah selesai jadi pembelajar,” ungkapnya.
Ketiga, warga Muhammadiyah harus bisa mandiri dan beretos kerja tinggi. Kemandirian akan menjadikan umat Islam punya marwah dan bisa menjadi rahmat bagi manusia lainnya. Dengan keunggulan dan kemandirian, orang bisa memberi dan menebar apa yang dia punya.
“Sebagian orang Indonesia terlampau manja dan kurang mandiri. Generasi ini jadi mandiri berani berpijak di kaki sendiri, sekaligus etos kerja. Gagal, lakukan lagi, gagal kedua lakukan lagi, gagal ketiga lakukan lagi, jalan keberhasilan pasti dicapai,” tuturnya.
Keempat, menjadi ahli dan profesional di bidangnya. “Selama kuliah, sudah didik untuk jadi ahli di bidang masing-masing. Diajarkan untuk menguasai bidang ilmunya,” ujarnya. Maka, tugas selanjutnya adalah memperdalam apa yang ditekuni. Masa depan milik orang-orang berkeahlian. “Jadi, harus selalu beri nilai tambah keahlian kita, yakinlah kita akan dapatkan yang lebih baik,” katanya.
Kelima, memiliki tanggungjawab sosial. Setiap manusia tidak bisa hidup sendiri dan abai pada sekitarnya. Manusia tidak bisa lepas dari lingkaran hidup, berupa keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. “Setiap lulusan PTM harus punya peran sosial kemasyarakatan dan memiliki pertanggungjawaban sosial yang tinggi. Itulah fungsi kekhalifahan,” tukas Haedar.
Sebagai individu, maka jadilah pribadi yang bermanfaat untuk sesama. “Sebaik-baiknya orang adalah orang yang beri maslahah dan manfaat bagi orang lain,” ujarnya. Keberadaan kita tidak boleh justru menjadi benalu bagi orang lain. Muhammadiyah memiliki cita-cita mewujudkan khairu ummah atau umat terbaik. Maka, segenap warganya harus menjadi orang-orang yang unggul dan bermanfaat bagi semua.
Prosesi wisuda ini turut dihadiri Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Para Ketua PWM NTB, Rektor UM Mataram Arsyad Abdul Gani, serta tamu undangan lainnya. (ribas)