Gadget Sehat Bagi Anak

Gadget Sehat Bagi Anak

foto: kudusmu.id

Oleh: Muhammad Azhar

Acuan Normatif

Sejak awal mula dunia terbentang, selain penciptaan makhluk hidup maupun makhluk lainnya, Allah juga secara simultan menginternalisasikan nama-nama terhadap segala benda makhluk yang diciptakanNya (wa ’allama adama al-asma’). Pemberian label terhadap segala yang ada di alam ini adalah dalam rangka memberikan kemudahan bagi manusia yang berpikir untuk berinteraksi dengan semua ciptaanNya yang memang disediakan untuk kepentingan hambaNya yang bernama manusia. Kemudahan pengenalan ini juga memiliki implikasi filosofis bahwa manusia wajib memanfaatkan berbagai sarana kehidupan untuk menjadikannya sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.

Itulah sebabnya pada ayat perdana, inspirasi Iqra’ (melek literasi),  yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, adalah sebagai  kelanjutan logis dari adanya pelabelan nama benda-benda alam.

Dengan demikian umat manusia memiliki banyak pilihan rasional dan spiritual untuk memanfaatkan makhluk alam yang ada sesuai dengan misi kehalifahan manusia di dunia sekaligus tanggungjawab kekhalifahan yang diemban manusia untuk kemakmuran dan kemaslahatan bersama.

Inspirasi iqra’ juga mengandaikan hadirnya konsep klarifikasi  (tabayyun) agar manusia sebagai khalifah Allah terhindar dari kemudharatan hidup di dunia yang akan melahirkan negative impact, baik bagi manusia secara personal maupun umat manusia secara kelembagaan.

Tren Dunia Post-Truth

Era mendatang selalu disebut sebagai era 4th /Fourth Revolution yakni era lahirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), dimana perkembangan dunia IT semakin canggih dan cerdas saja, seperti produksi robot, gadget atau smart phone, dan sebagainya. Bahkan sudah muncul beberapa prediksi  ilmiah dimana kecerdasan IT dalam hal tertentu bakal mengalahkan kecepatan daya pikir manusia.

Kecerdasan robotik semakin tinggi sensitivitasnya melebihi kepekaan manusia dalam merespon dunia sekitarnya.

Era IT dan medsos ini merupakan kontinuitas dari kecanggihan permainan catur yang saintifik hingga mampu mengalahkan jago catur dunia Kasparov. Demikian pula kecanggihan pola permainan kartu Domino yang bisa melahirkan kecerdasan dalam mengantisipasi kecepatan gerak lawan. Tampaknya di masa depan, kecanggihan IT dan medsos bakal saling berlomba dengan kecanggihan otak generasi milenial. Mungkin mirip dengan loncatan Kuantum atau zigzag pattern sistem komputer yang serba rumit dan complicated.

Selain itu, secara kultural, era IT saat ini juga melahirkan apa yang dikenal dengan istilah  post-truth dimana cenderung diabaikannya kebenaran “objektif”, dan dominannya  kebenaran subjektif perorangan atau kelompok. Era post-truth ini menimbulkan adanya saling distrust diantara seama warga bangsa, terutama di kalangan generasi muda. Sikap distrust ini menjalar lebih akseleratif melalui dunia maya dan berimplikasi pada munculnya disparitas sosiologis atau bentuk “keterbelahan” sosial di masyarakat. Secara jangka panjang, hal ini bisa berdampak negatif bagi keutuhan warga bangsa. Era post-truth juga menjadi  era tumbuhnya berbagai informasi hoaks yang sering kali  menomorsatukan fitnah ketimbang berpegang pada informasi yang valid serta berbasis pada argumentasi dan data yang benar dan akurat. Di era ini pula bangsa Indonsia sedang booming demografi generasi milenial usia produktif, yang secara psikologis masih labil dan butuh tuntunan kehidupan yang kuat, terutama di kalangan anak-anak.

Budaya Berinternet Yang Sehat

Orang tua bisa mengajari anak tentang konsep Tabayyun (klarifikasi langsung) yang mudah dipahami oleh logika anak, sesuai tingkat usia mereka. Bagi anak yang usia SMP dan SMA setiap orang tua bisa menjelaskan tentang pentingnya mengecek atau membandingkan informasi yang diperoleh dengan membandingkannya ke situs berita resmi seperti suaramuhammadiyah.id, muhammadiyah.or.id, Republika online, dll, maupun dengan berita resmi di beberapa televisi.

Anak usia SMP dan SMA juga  bisa diberi penyadaran  tentang medsos (buzzer dan melek literasi); bahaya pornografi (dalam bentuk bacaan maupun CD) dll); larangan ghibah.

Sebaliknya orang tua dapat menginformasikan pada anak tentang pentingnya setiap anak menerima dan membagikan konten-konten  positif seperti Goodnews Indonesia, antihoaks, berita bursa ide kreatif, peluang beasiswa, peluang kerja (bagi anaknya yang akan meraih gelar sarjana),  ide-ide sains, faktor-faktor kemajuan negara lain yang positif untuk ditiru oleh kaum muda; juga tentang  ekonomi, kebudayaan, keagamaan, kesehatan, ligkungan hidup, prestasi anak-anak Indonesia, dan lain-lain. Kepada anak-anak juga sangat baik diperkenalkan contoh-contoh tokoh atau ilmuan yang  inspiratif dan motivatif. Akan lebih bagus juga diberitahukan kepada anak yang sudah beranjak dewasa tentang UU ITE yang dapat menjerat prilaku negatif dalam penggunaan gadget.

Mengisi Konten Medsos dengan Informasi Positif

Bagi orang tua maupun sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, akan bagus sekali jika dapat menyiapkan konten-konten positif bagi anak, misalnya: menuliskan atau membagikan (share) kisah-kisah atau sejarah Islam seperti kisah para Nabi dalam berbagai dimensi. Kisah tentang kepemimpinan para ulama dan ilmuan Muslim sejak sahabat, kisah pemimpin Islam Indonesia seperti biografi Mohammad Natsir, Buya Hamka, Kasman Singodimejo, H. Agus Salim , dll.

Demikian pula para orang tua dapat membagikan konten – misalnya – tentang keluaga Nabi Ibrahim sebagai tipe keluarga yang optimis, keluarga yang berbagi, inovatif, berprestasi dan memiliki jiwa  gotong-royong.

Demikian pula orang tua dan lembaga pendidikan dapat membagikan  konten positif, baik yang berbentuk tulisan maupun berupa tontonan animasi atau film pendek yang berisi nilai dakwah seperti tentang sifat pemimpin yang Shidiq (Integrity), Amanah (managerial), Tabligh (communicative), Fathonah (clever).

Para orang tua juga dapat memberikan konten tentang kesadaran kewarganegaraan seperti konsep  Islam Wasatiyyah  (moderatisme Islam) yang khas Indonesia, yakni tentang  Pancasila, Bineka Tunggal Ika, NKRI UUD 1945. Orang tua juga dapat memupuk kesadaran lewat tulisan atau film pendek tentang bahaya mahar/money politics dan korupsi. Juga tentang konten penyadaran akan bahaya narkoba dan terorisme  dimana Indonesia kini menjadi pasar yang empuk bagi pengedaran narkoba inceran para mafia, yang sudah merambah pedesaan dan anak-anak.

Demikian pula tentang bahaya rokok sebagai penyebab kedua kemiskinan di Indonesia. Konten tentang kerugian akibat hidup boros dan konsumtif, tentang pentingnya etos kerja, cinta ilmu. Sebab di masa depan: bukan yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi justeru  yang cepat akan mengalahkan yang lambat.

Bagi orang tua yang telah memiliki anak remaja, ada baiknya mengenalkan konten-konten tentang kebangkitan wirausaha (entrepreneurship), pentingnya BLK di pesantren, urgensi sekolah atau prodi Vokasi, peluang bisnis start up, kisah sukses tentang bank sampah, dll. Khusus tentang bisnis digital atau Youtuber, tokoh muda Nissa Sabyan,  dengan suara merdunya dapat meraih puluhan juta  rupiah setiap bulannya, di usia yang relatif muda. Banyak kisah inspiratif lainnya yang bisa dijadikan konten positif.

Panduan Tehnis Penggunaan Gadget Bagi Anak

Perkembangan dunia digital sering dilematis bagi orang tua. Kebanyakan orang tua sering mengalami kebingungan dalam mengatur penggunaan gadget bagi anak.  Produk gadget memang tuntutan dari perkembangan teknologi yang memiliki dampak positif dan negatif.

Para orang tua dapat memanfaatkan kehadiran gadget dalam keluarga untuk pemanfaatan aspek yang positif, sembari mengeliminasi hal-hal yang negative, untuk menjaga dan merawat pertumbuhan jiwa anak.

Perlu diketahui oleh para orang tua bahwa ada beberapa dampak negatif dari penggunaan gadget bagi anak, di antaranya: pertama, menghambat perkembangan motorik kasar dan halus karena anak berlebihan dalm bergadget ria sehingga anak kurang bergerak aktif. Kedua, anak bisa mengalami gangguan mental. Sebuah studi bertajuk Personal and Environmental Associations with Children’s Health project, yang dilakukan pada 1000 anak-anak di Amerika Serikat menemukan bahwa penggunaan gadget lebih dari dua jam bisa meningkatkan risiko depresi, kecemasan, sulit tidur, serta gangguan perilaku si Kecil. Ketiga, kurang bersosialisasi. Penelitian yang dilakukan National Institute of Education dari Singapura menemukan bahwa penggunaan gadget berlebihan, bisa menyebabkan si Kecil menjadi kurang bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar. Hal ini tentu bisa terjadi jika di masa tumbuh kembang anak, ia lebih tertarik untuk bermain dengan gadget seharian, daripada berinteraksi langsung dengan teman-teman sebayanya (kutipan dari internet).

Pada awalnya,  The American Academy of Pediatrics (AAP) tidak memperbolehkan sama sekali penggunaan gadget bagi anak-anak sampai dengan usia 2 tahun. Tapi pada tahun 2016, organisasi tersebut merevisi penggunaan gadget pada usia 18 bulan sampai dengan 24 bulan untuk membantu orang tua membuat pilihan lebih tepat tentang penggunaan gadget anak.

Anak usia 18-24 bulan. Anak-anak usia dibawah 2 tahun belajar, tumbuh dan berkembang melalui aktifitas mengeksplorasi lingkungan sekitar.

Perkembangan anak akan optimal jika anak memiliki interaksi yang baik dengan orang tua, kakak, atau orang dewasa di sekitarnya.

Meskipun terlihat sangat menikmati, anak usia dibawah 2 tahun belum mampu mengambil pesan apapun dari media yang kita tunjukan dan menghubungkannya dengan lingkungan sekitar. Kecuali tayangan pendidikan tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan didesain untuk anak usia batita. Orang tua tidak hanya mendampingi, tapi juga berinteraksi dengan anak mengenai isi tayangan tersebut. Jangan biarkan anak melihat tayangan apapun dalam media sendirian.

Anak Usia 2 sampai dengan 5 tahun. Saat anak usia 2 tahun, mereka sudah mulai mampu mempelajari kata dan memahami maksud dari panggilan video. Mereka sudah bisa ikut serta melakukan komunikasi dengan orang yang ada di panggilan video, tentu saja didampingi orang tua.

Anak-anak usia 3-5 tahun memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik. Sehingga media edukasi yang sangat berkualitas seperti Sesame Street, dan sejenisnya,  bisa membantu anak untuk menstimulasi kemampuan bahasa, kognisi, dan sosial mereka.

Sajikan tayangan yang tidak mengandung unsur kekerasan baik verbal maupun non verbal. Pilih media yang interaktif, mengandung nilai edukasi dan pro-sosial.

Penting bagi orang tua untuk selalu menemani anak dan aktif melakukan interaksi tentang acara yang anak tonton (sumber: npr.org).

Akhirnya, agar gadget sehat bagi anak dapat terwujud maka ada lima hal yang perlu menjadi perhatian orang tua: pertama, perlunya aturan bergadget bagi anak . Kedua, perlunya pandampingan  saat anak menggunakan gadget. Ketiga, libatkan aplikasi yang digunakan dengan kegiatan bergerak dalam dunia nyata. Keempat, hindari penggunaan gadget saat jam rutinitas. Kelima, berikan anak beberapa alternatif pilihan kegiatan yang mereka inginkan.

Wallahu a’lam bisshawab.


*Penulis adalah anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah

Exit mobile version