Haedar Nashir: Kami Terbuka Kerjasama dengan Tsinghua University dan Confucius Institute

Haedar Nashir: Kami Terbuka Kerjasama dengan Tsinghua University dan Confucius Institute

BEIJING, Suara Muhammadiyah – Dalam lawatannya ke Beijing, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir beserta rombongan menyempatkan untuk menghadiri undangan dari dua kampus ternama di China,  yaitu Tsinghua University dan Confucius Institute .

Dalam Kunjungan ke dua kampus ini, pada Kamis (13/09),  Haedar Nashir, selain menyampaikan peran Muhammadiyah dalam konteks kebangsaan di Indonesia, juga menjelaskan tentang pentingnya pengembangan SDM di era sekarang ini.  Agar ke depan negara-negara di kawasan Asia menjadi negara yang diperhitungkan di kancah global.

“Saat ini,  sangat penting kiranya perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara-negara Asia,  saling bermitra dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia. Agar ke depan,  kita menjadi negara-negara yang diperhitungkan di kancah global”, tuturnya.

Menyambut pandangan Haedar Nashir,  Rektor Tsinghua University, Prof Yang Bin, yang didampingi oleh beberapa pimpinan kampus tersebut,  menyampaikan ucapan terimakasih atas kunjungan Haedar Nashir dan rombongan.  Menurut Yang Bin,  Indonesia adalah negara yang penuh dengan kesan baik selama ini.

“Sejak kegiatan Asian Games yang lalu,  banyak kesan positif yang kami terima dari Indonesia.  Oleh karenanya, apa yang disampaikan oleh Bapak Ketua Umum,  kami ingin menawarkan kerjasama,  khususnya dalam bidang pendidikan untuk studi S1 dan S2 di kampus ini”, ungkapnya.

Jika memang ada kesempatan untuk bekerjasama ini,  Yang  Bin menginginkan dalam waktu dekat,  Tsinghua University bisa melakukan penandatangan MoU untuk memulai kemitraan pengembangan SDM dengan Muhammadiyah. “Kami memiliki 15 program studi yang bisa dipilih sesuai dengan minat mahasiswa, sehingga setelah MoU nanti,  para mahasiswa dapat memilih studi yang diminati”, tambahnya.

Rombongan PP Muhammadiyah mengadakan pertemuan dengan pimpinan Confusice Institute

Sebagaimana diketahui,  Tsinghua University adalah kampus terbaik ke-2 di China dan kampus terbaik ke-15 di Dunia.  Universitas ini merupakan universitas tertua di China yang berdiri sejak tahun 1911, dan berdiri di atas lahan 320 Hektar.  Hingga saat sekarang,  Universitas Tsinghua memiliki jumlah 47.762 mahasiswa. Dan pada tanggal 09 Oktober 2018 nanti,  kampus ini akan membuka cabangnya di Pula Kura-Kura Bali.

Selain kampus Tsinghua University,  Muhammadiyah juga mendapat tawaran kerjasama dalam bidang kebudayaan dan bahasa dari Kampus Confucius Institute. Dalam pertemuan antara Muhammadiyah dan Pimpinan Perguruan Tinggi tersebut,  Rektor Confucius Institute, berharap,  bisa bekerjasama dengan Muhammadiyah.

“Kami mengenal Muhammadiyah sebagai organisasi yang berpengalaman dalam mengelola ratusan perguruan tinggi.  Kami sangat senang,  jika beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah tersebut,  bisa bekerjasama dengan kami. Apalagi saat ini,  kami telah membuka jaringan studi Mandarin di 150 lokasi. Barangkali,  Muhammadiyah bisa mengirimkan mahasiswanya atau kami siap mengirim tenaga pengajar ke Indonesia untuk studi Bahasa Mandarin”, tuturnya.

Ketua Umum didampingi Bendahara Umum PP Muhammadiyah menyerahkan cindera mata ke rektor Tsinghua University
Tawaran ini,  disambut baik oleh Ketua Umum dan rombongan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.  Kasiyarno,  Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta,  mengatakan,  sebagai kampus yang telah bekerjasama dengan pemerintahan China,  UAD berharap,  bisa bekerjasama, khususnya dalam studi bahasa dan budaya mandarin.  “Sampai sekarang, kami telah memiliki alumni dari Tiongkok sebanyak 600 orang.  Tentu kami berharap,  kerjasama yang telah berjalan ini,  dapat kami kembangkan dengan membuka studi budaya dan bahasa di Indonesia”, ungkapnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Suyatno,  Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta sekaligus bendahara umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini,  yang menawarkan dibukanya studi bahasa dan budaya Mandarin di Uhamka.  “Kami sudah memiliki beberapa program studi,  akan tetapi kami belum memiliki program studi bahasa dan budaya.  Persolannya bukan pada tempat,  namun izinnya kami belum dapatkan,  karena belum memiliki tenaga pengajar / SDM untuk program ini.  Oleh karenanya,  kita mengharapkan,  dalam waktu dekat,  bisa bertemu khusus untuk menindaklanjuti kerjasama ini”, ungkap Suyatno.

Usai pertemuan dengan dua perguruan tinggi ini,  Haedar Nashir dan pimpinan universitas saling tukar cindera mata.  Turut diserahterimakan  Majalah Suara Muhammadiyah dan beberapa buku terbitan Suara Muhammadiyah untuk dijadikan koleksi di perpustakaan 2 perguruan tinggi terbaik di Tiongkok ini.  (red)

Exit mobile version