SLEMAN, Suara Muhammadiyah-Kehidupan manusia modern telah memasuki era revolusi keempat. Di zaman ini, kemampuan mesin dan robot telah banyak menggantikan pekerjaan yang lumrahnya dilakukan oleh manusia. Kecanggihan teknologi ini menuntut Muhammadiyah untuk bisa menyikapinya secara positif.
Demikian di antara paparan Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah Ahmad Norma Permata dalam acara Pengajian Rutin PCM Depok Sleman, pada Ahad, 16 September 2018. Kegiatan yang berlangsung di Masjid SD Muhammadiyah Condong Catur itu diikuti para pimpinan dan jamaah Muhammadiyah se-Depok.
“Semakin hari, kita akan menyerahkan kegiatan hidup kita pada mesin. Dulu, revolusi industri telah membawa dampak pada lahirnya kelas buruh. Orang-orang yang menjual tenaga pada pemilik modal. Saat ini, revolusi 4.0 akan melahirkan sebuah kelas masyarakat yang tak terguna,” paparnya.
Zaman ini ditandai dengan kecanggihan algoritma yang bisa merekam dan menganalisis kebiasaan manusia. Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan ini jika disikapi dengan positif justru membawa dampak yang baik. Demikian sebaliknya, jika tidak bisa dikendalikan dengan tepat, maka akan menjadi sumber malapetaka.
Dalam kehidupan masyarakat modern, kata Norma, biasanya kebutuhan ekonomi sudah tercukupi. Satu-satunya yang menjadi masalah adalah dalam hal pencarian makna hidup. Orang menjadi kering secara spiritual. Bahkan bisa kehilangan sisi-sisi kemanusiaan.
“Muhammadiyah harus siap menghadapi perubahan ini. Ujung tombak Muhammadiyah berada di cabang dan ranting. Oleh karena itu, dalam waktu dekat, LPCR akan meluncurkan sicara atau sistem online cabang dan ranting,” katanya.
Norma menceritakan kondisi cabang dan ranting Muhammadiyah di seluruh Indonesia yang berada dalam kondisi beragam. Ada yang kondisi sehat, sakit, dan pingsan. Ada ranting Sumbersari Bandung, ranting yang jamaahnya sampai 4000, tetapi AUMnya biasa-biasa saja. Ada ranting yang jamaah sedikit, tapi kualitasnya bagus, semisal ranting Gunung Pring, yang SD-nya memiliki 21 mobil antar jemput dan sekarang sedang mendirikan sekolah taruna Muhammadiyah. Ada juga cabang yang sekali jumatan, infaknya 50 juta, yaitu PCM Banjarmasin 4.
Menurut Norma, cabang dan ranting Muhammadiyah unggulan diukur dari sisi gerakan ekonomi, keaktivan generasi muda, serta intentisitas pertemuan/rapat rutin. Saat ini, LPCR sedang menyiapkan sekolah Cabang Ranting unggulan, yang bisa menginap. Sehingga semua bisa belajar dan melihat langsung keseharian dari cabang dan ranting unggulan untuk kemudian dicontoh di tempat lain. Norma berharap, generasi muda ikut terlibat di cabang dan ranting, sehingga lahir kreativitas-kreativitas untuk menggerakkan Muhammadiyah. (ribas)