YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PDM Sleman bekerjasama dengan Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengadakan sebuah event sejarah, pada 23-24 Oktober 2018. Meliputi agenda Tour de Muhammadiyah, pelatihan dan lomba karya tulis ilmiah tentang sejarah Muhammadiyah, lomba drama ketokohan Muhammadiyah, pameran dan kaleidoskop pendidikan Muhammadiyah, serta acara seminar dan diskusi sejarah pendidikan Muhammadiyah.
Dalam rangka itu, panitia penyelenggara mengadakan audiensi dengan guru besar sejarah Ahmad Syafii Maarif di Ghra Suara Muhammadiyah, pada Selasa, 18 September 2018. Dalam pertemuan itu, panitia melaporkan tentang persiapan kegiatan seraya meminta masukan dari Buya Syafii.
Salah seorang perwakilan panitia, Hendro Sucipto menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mentransfer nilai-nilai pendidikan karakter kepada para pelajar. Kegiatan ini mengusung tema, “Menggali, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai sejarah pendidikan Muhammadiyah sebagai implementasi penguatan pendidikan karakter.”
Sedianya, panitia bermaksud mengundang Buya Syafii sebagai salah satu pembicara dalam agenda seminar nasional, yang karena padatnya agenda, Buya memohon diri untuk tidak dilibatkan. Seminar yang akan dilangsungkan di UNISA Yogyakarta pada 24 Oktober 2018 ini juga menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy sebagai pembicara kunci. Narasumber lainnya adalah Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Prof Malik Fadjar dan Triana Wilandari sebagai Direktur Direktorat Sejarah Kemdikbud.
Buya Syafii mendukung penuh kegiatan ini. Menurutnya, generasi muda bangsa harus dikenalkan tentang sejarah bangsa. “Peta sejarah harus tau,” katanya. Bahkan Buya Syafii mengusulkan sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk memperkuat agenda literasi dan Buya menyatakan kesiapannya untuk mendukung dan menghadiri agenda tersebut.
Para guru juga perlu peningkatan kompetensi. “Guru-guru agama harus ditatar. Supaya Islam yang diajarkan itu Islam yang memberi solusi. Bukan hanya Islam yang mempertahankan status quo,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Hendro juga menyampaikan bahwa agenda ini akan diikuti oleh para pelajar dan guru se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Turut mendampingi Hendro antara lain Hasanuddin, Nurwahid, Abidin, dan Fathan. (ribas)