YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dunia sepakbola Indonesia kembali berduka. Rivalitas buta antara suporter Persija Jakarta dan Persib Bandung berulang kali menelan korban. Kali ini menimpa anggota The Jakmania, Haringga Sirila, yang tewas setelah korban dikeroyok sekelompok suporter di area Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), pada Ahad, 23 September 2018.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan dukacita yang mendalam. Seraya berharap kejadian serupa tidak lagi terulang. “Kita seluruh warga bangsa sedih dan pilu dengan terbunuhnya suporter sepakbola secara sadis dan mengerikan yang terjadi di Bandung dan sejumlah tempat akhir-akhir ini. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena lama-kelamaan akan dianggap biasa. Kekerasan apapun, lebih-lebih yang melenyapkan nyawa manusia tidak dapat dibenarkan. Agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa Indonesia menentang keras perbuatan keji seperti itu,” tuturnya.
Islam, kata Haedar, menentang semua bentuk kekerasan, bahkan siapa membunuh satu nyawa sama dengan membunuh seluruh manusia, sebaliknya jika menyelamatkan satu nyawa sama dengan menyelamatkan seluruh manusia.
Demikian halnya nilai-nilai sepakbola dan olah raga apapun sebenarnya tidak membenarkan kekerasan jalanan dan anarki semacam itu. “Kondisi kekerasan atau vandalisme di dunia sepakbola Indonesia termasuk gawat darurat. Hukum harus ditegakkan dengan keras dan tegas. Aparat kepolisian jangan ragu-ragu bertindak meskipun menghadapi kerumunan massa yang anarki, harus berani tegas seperti ketika menghadapi teroris,” ungkapnya.
Menurut Haedar, pihak PSSI dan Kemenpora juga perlu mengambil langkah tegas dan berani agar mampu memutus matarantai kekerasan sadis di dunia sepakbola Tanah Air. Bila perlu sesuai kewenangan bekukan Liga Indonesia dan Klub yang melibatkan suporter-suporter anarkis itu.
“Jika penangnannya tambal sulam dan biasa saja akan mengulang tragedi-tragedi kekerasan serupa ke depan. Mau dibawa ke mana sepakbola Indonesia jika kekekerasan demi kekerasan berlalu seolah biasa. Saatnya mengambil langkah dan tindakan yang tuntas demi masa depan olahraga dan penyelamatan generasi bangsa Indonesia,” katanya.
Haedar mengingatkan bahwa sepakbola dan olahraga harus dijiwai sportivitas dan cinta sesama. Bukan sebaliknya, menjadi ajang saling bermusuhan. (ribas)