SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah– Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah dan LazisMu PP Muhammadiyah serta Kemenko PMK RI menggelar kuliah umum di Hotel Multazam dengan tema “Dakwah Pengarusutamaan Islam Berkemajuan” dalam rangka melepas mahasantrinya untuk pengabdian di berbagai pelosok tanah air, Sabtu (29/09).
Acara ini dihadiri oleh Prof Syafiq A Mughni, PhD (Ketua PP Muhammadiyah), Prof Dr Zakiyuddin Baidhawy (Dewan Syariah LazisMu PP Muhammadiyah) dan Drs M Ziyad Ketua Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah), Faozan Amar (Sekretaris LDK PP Muhammadiyah), Mutohharun Jinan (Direktur Pondok Shabran) dan Fajar Riza Ul Haq (Staf Khusus Mendikbud RI).
Menurut Mutohharun Jinan kuliah umum ini diselenggarakan dalam rangka pelepasan dai khusus ke seluruh indonesia. Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah sudah lama bekerja sama dengan Pondok Shabran sejak tahun 2015 dan akan dievaluasi setelah 5 tahun. Kerjasama ini dalam bentuk pengabdian mahasantri yang telah lulus dari Pondok Shabran untuk menjadi dai selama setahun di berbagai wilayah di Indonesia.
Di Pondok Shabran setiap tahun menerima 30 mahasantri utusan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia. Setelah lulus mahasantri mengabdi setahun menjadi da’i di pelosok Negeri. Kali ini Empat belas dai bakal dilepaskan ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) dalam kurun waktu setahun ke wilayah Kalimantan, Kepulauan Mentawai, Sulawesi, dan Papua. Berikut adalah nama-nama dai yang diutus dan daerah penempatannya antara lain:
No. | Nama | Asal PWM | Penempatan | |
1 | Hasan Mustofa | Jawa Tengah | Keerom, Provinsi Papua | |
2 | Azmi Hibatullah | Jawa Barat | Ponre Waru, Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara | |
3 | Husni Kombih | Aceh | Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan | |
4 | Eka Syawaludin | Jawa Timur | Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan | |
5 | Imam Fauzan | NTB | Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah | |
6 | Jahidin | Sumatera Selatan | Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat | |
7 | Nur Yusron Karim | Jawa Timur | Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah | |
8 | Ikhwanul Huda | Lampung | Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah | |
9 | Rizky M. Fahmi | Jawa Barat | Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah | |
10 | Dede Raya | Jawa Barat | Katingan Hulu, Provinsi Kalimantan Tengah | |
11 | M. Imam Ma’ruf | Lampung | Kep. Mentawai, Provinsi Sumatera Barat | |
12 | M. Nabil Akbar | Jawa Tengah | Kep. Mentawai, Provinsi Sumatera Barat | |
13 | M. Faiz Isra | Kalimantan barat | Kep. Mentawai, Provinsi Sumatera Barat | |
14 | Zulfikar Al-Muhammady | Jawa Timur | Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan |
Ketua LDK, M Ziyad menjelaskan pelepasan ini diselenggarakan juga dalam semarak dakwah cabang dan ranting Muhammadiyah, sebagai agenda tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan banyak daerah 3T yang membutuhkan dai-dai untuk membimbing keislaman masyarakat. “Materi dakwah oleh dai harus bersifat meneguhkan dan mencerahkan umat”, pesannya.
“Selain berdakwah Islam, para dai juga ditugaskan untuk memperkenalkan Muhammadiyah di daerah 3T. Di samping itu, para dai diharapkan untuk turut andil dalam membangun daerah 3T masing-masing, terutama persoalan keagamaan dalam masyarakat”, ujarnya.
Dalam pelepesan kali ini Faozan Amar selaku juga memberikan materi Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasy-Syahadah untuk menguatkan wawasan keislaman dan keindonesiaan para dai sebagai mujahid Islam berkemajuan di pelosok negeri. Adalah Fajar Riza Ul Haq selaku Stafsus Mendibud RI, yang juga merupakan alumni Pondok Shabran ini memberikan semangat dan pentingnya kekuatan intelektualisme bagi kader yang menjadi Anak Panah Muhammadiyah yang melesat di berbagai penjuru negeri.
Dalam prosesi pelepasan Syafiq A Mughni berpesan bahwa dakwah Muhammadiyah harus membawa masyarakat ke Islam dengan kata-kata (lisan) di pedesaan dan daerah terpencil sangat dibutuhkan.
Menurut Guru Besar UIN Surabaya ini, orang-orang di luar Islam jika tidak dapat diislamka, maka memberikan pendidikan agar mereka tidak memiliki sikap antipati terhadap Islam. Namun sikap antipati non-muslim karena adanya sikap non-kooperatif muslim, maka ucapan dan sikap harus bagus.
“Sebagai da’i Muhammadiyah, tidak hanya dalam berdakwah Islam, namun memperkenalkan Muhammadiyah dengan cara berpikir Muhammadiyah. Bersifat tidak memecah belah dan tetap eksis sekaligus berkemajuan”, tandasnya.
Karena tantangan ke depan dunia internasionalisme dan globalisasi mengakibatkan berbagai tantangan-kehidupan, maka dari itu Islam yang digunakan ialah “Islam yang berkemajuan” bukan Islam yang terbelakang. Selain itu para dai harus mengetahui ideologi Muhammadiyah.
Cara-cara dakwah mujadallah sangat cocok dalam kalangan masyarakat pelajar. Dakwah harus tepat tidak membabi buta dengan tujuan untuk membangun Islam dan persyarikatan. Berbeda dengan problem dalam masyarakat pedesaan antara lain: perbedaan paham antara muhammadiyah dan non-Muhammadiyah (diferensiasi) termasuk salafi yang menuduh Muhammadiyah melakukan bidah (karena organisasi).
Kondisi dalam berhikmah tidak menentu yang terpenting dapat melakukan dakwah yang dapat melihatnya dengan dakwah. Muhammadiyah adalah pencerahan tidak memaksa tegasnya. Adapun dakwah bil hikmah dapat dimaknai dakwah dalam ranah politik berbentuk kebijakan, pungkasnya.
Pada akhir sesi, Zakiyyudin Badhawi mewakili LazisMu berpedan pada para dai yang akan diutus. Salah satu pesan pentingnya adalah jika sudah pulang mengabdi jangan lupa studi lanjut untuk S2 dan S3. (zaki)