Oleh: Farhan Aji Dharma
Assalaamu’alaikum Wr Wb
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Alangkah terpuji hamba yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Dan semoga kita tidak tergolong hamba yang kufur terhadapNya. Setiap apapun yang Allah berikan adalah cara Allah menguji seberapa tingkat kecintaan kita padaNya yang dengan keluasan rahmatNya semoga kita mendapat cintaNya yang tak terbatas dan tiada dua.
Shalawat dan salam kita hatur dan tunjukkan kepada Baginda Muhammad saw. Yang semoga kita termasuk golongan manusia yang mengikuti langkah hidupnya.
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Dalam agama kita, Islam, keyakinan pada sesuatu secara penuh disebut Iman. Dan dari enam rukun Iman yang sebagaimana kita ketahui, Iman kepada Allah sebagai Sang Maha adalah simpul dari seluruh ke-Imanan yang ada. Namun menjadi pertanyaan bagi kita bersama, apakah ke-Imanan itu sudah tertanam jauh dalam semesta diri kita? Jangan sampai, Iman hanya menjadi penghias bibir atau jubah nama baik untuk menyelubungi ketidak-Imanan kita pada Allah. Na’udzubillah.
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Berulang kali Allah menyinggung kita keras-keras dalam Quran tentang ke-Imanan. Salah satunya adalah firman Allah berikut:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu-Bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa: 36)
Allah menegaskan bahwa hanya Dia-lah satu-satunya yang kepadaNya seluruh keyakinan kita tambatkan. Tidak ada sesuatupun yang pantas serta layak menjadi tambatan segalanya kecuali pada Allah saja. Sembah segala sembah sujud kita tidak lain hanyalah bersimpuh rendah di hadapan kekuasaanNya. Kita, tiadalah apa bagiNya dan sebagai bukti penghambaan kita padaNya adalah dengan tidak sama sekali berpaling yakin selain padaNya.
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Tolok ukur bagi kepastian Iman kita pada Allah dapat kita telisik dari bagaimana cara kita menjalani kehidupan. Dalam firman Allah yang khatib telah kutip di atas, telah jelas gambaran karakter hamba yang di dalam hatinya tertanam ke-Imanan yang tiada lagi dihinggapi keraguan.
Dalam ayat tersebut, setidaknya terdapat dua karakteristik utama seorang yang mengaku ber-Iman kepada Allah.
Pertama, seorang Mukmin sepantasnya memiliki sifat kasih sayang bagi siapa saja di sekelilingnya.
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah yang di atas muka bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.”
(HR. Tirmidzi)
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Kedua, berkarakter dermawan. Sungguh tiada secuilpun dari yang kita miliki adalah mutlak kepemilikan kita pribadi. Harta, anak keturunan, jabatan dan lain-lain merupakan karunia Allah yang tidak pantas kita aku-akui. Allah berfirman:
“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali Imron: 109)
Semoga kita selalu mampu memberi dan berderma dalam kondisi apapun. Dan sungguh Allah lebih mencintai hamba-hamba yang memberi di saat susah dan terhimpit daripada hamba yang memberi dalam keadaan lebih.
Jamaah Jumat yang berbahagia!
Yang terakhir yang menjadi karakter inti seorang mukmin adalah, jauh dari sifat sombong dan berbangga diri. Sungguh kita sejatinya tidak pernah memiliki celah untuk merasa lebih dari siapapun dan apapun. Bahkan Allah telah berkali-kali mengingatkan dalam Qur’an bahwa kita diciptakan dari zat yang sama, zat yang hina:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”. (QS. As-Sajdah: 7-8)
Betapapun jabatan yang kita duduki, harta dan keturunan yang kita miliki, pakaian yang kita kenakan tidaklah menjadikan kita lebih mulia dari manusia yang lain. Yang menjadikan kita lebih mulia dari yang lain hanya dapat dilihat dari ketaqwaan kita kepada Allah. Bukan dari pakaian yang dikenakan, jabatan yang diduduki, gelar yang tersemat dan berbagai faktor lain. Olehnya, yang dapat kita lakukan hanyalah selalu berusaha dan bermunajat pada Allah agar kita tergolong manusia-manusia yang bertaqwa. Aamiin.
أقول قولى هذا و أستغفر الله العظيم فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
ألحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا و الدين
أشهد أن لا اله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبدهورسوله لانبي بعده
أللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله و أصحابه ومن والاه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين
أما بعد فيا عباد الله أوصى بنفس و اياكم بتقوى الله حق تقاته لعلكم تفلحون
أللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات
انك سميع قريب مجيب الدعوات فيا قاضيا الحاجات
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
Penulis adalah Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta