Buku Ahmad Watik Pratiknya Diluncurkan, Begini Sosok almarhum di Mata Haedar Nashir

Buku Ahmad Watik Pratiknya Diluncurkan, Begini Sosok almarhum di Mata Haedar Nashir

foto: masbeSM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Buku Bintang dari Argasoka: Biografi Ahmad Watik Pratiknya (2018) yang ditulis oleh Agung Prihantoro dan Ihab Habudin resmi diluncurkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah, pada Sabtu, 06 Oktober 2018. Peluncuran ini sekaligus dilanjutkan dengan Diskusi Buku yang bertempat di Aula Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro Yogyakarta.

Di antara yang hadir antara lain Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, penulis buku, istri dan keluarga besar almarhum, para karib kerabat, serta para sesepuh PP Muhammadiyah semisal Rosyad Sholeh dan Muchlas Abror.

Haedar Nashir mengaku dekat dengan sosok almarhum ketika dulu bersama-sama berkiprah di PP Muhammadiyah. “Pak Watik di PP Muhammadiyah sejak 1990. Saya berkenalan dengan beliau tahun 1980-an.  Beliau dokter yang berwawasan luas. Mudah akrab dengan semua orang,” tuturnya.

Di mata Haedar, sosok almarhum merupakan sahabat yang mudah bergaul dan akrab dengan anak-anak muda. “Pak Watik selalu mengapresiasi anak-anak muda. Kadang dipanggil ‘bos’. Gimana kabarnya bos?” katanya. Sebuah panggilan yang memberi kesan akrab dan setara.

“Secara personal beliau hangat, apresiatif terhadap anak-anak muda, dan cair, serta perumus konsep yang baik,” kata Haedar Nashir. Dari sini, para generasi muda diharap bisa meneladani almarhum Watik. “Anak-anak muda generasi baru, masih ada waktu untuk belajar. Pak Watik seperti itu,” ungkapnya.

Haedar memberi contoh. Pak Watik, meskipun sebelumnya bergelut di dunia akademisi dan tidak pernah berkiprah di ortom Angkatan Muda Muhammadiyah, ketika kemudian mengabdi di Muhammadiyah, beliau mau untuk mendalami ideologi kemuhammadiyahan. “Tidak cukup menerima amanah begitu saja, perlu belajar tentang sejarah dan ideologinya,” katanya.

Karena ketekunan dan keseriusannya untuk terus mendalami tentang Muhammadiyah, maka Pak Watik juga kerap diamanahi untuk membuat rumusan konsep yang menjadi pandangan resmi Muhammadiyah. Haedar pernah bersama Pak Watik merumuskan Khittah Muhammadiyah tahun 2002 yang diputuskan dalam Tanwir Denpasar. “Tahun 2002, ditugaskan merumuskan naskah akademik tentang khittah Muhammadiyah, pak Watik intens di situ,” ujarnya.

Hal lain yang dianggap Haedar penting adalah tentang karakter Pak Watik adalah memiliki jangkauan pergaulan yang luas dan terus belajar. Haedar sendiri merupakan sosok yang tidak hanya berkutat di AMM, tetapi juga bergumul dengan dunia aktivis. “Pergumulan di LSM selama 8 tahun ikut membentuk diri saya,” ungkapnya. Artinya, para generasi muda Muhammadiyah diharapkan juga mengikuti jejak ini, untuk selalu membuka diri dan belajar.

“Berkenalan dengan tokoh ini memberi inspirasi untuk mencintai ilmu,” tukas Haedar Nashir tentang sosok Watik Pratiknya. Sosok yang akrab dengan Amien Rais hingga BJ Habibie ini telah menorehkan banyak prestasi untuk bangsa. Karirnya sebagai dosen dan dokter tidak membuatnya puas, dan apalagi hanya memikirkan diri sendiri. Dia melampaui itu, mendedikasikan diri untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan.

foto: masbeSM

Salah satu pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tersebut meninggal dunia pada Jumat, 19 Februari 2016, di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih sekitar pukul 10.00 WIB.

Watik merupakan seorang dokter ahli anatomi. Tokoh kelahiran 8 Februari 1948 ini aktif di Muhammadiyah. Dimulai sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 1985-1990. Di Muktamar Muhammadiyah ke 42 Yogyakarta, dia terpilih menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pendidikan.

Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh, Watik dipercaya kembali menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dengan posisi sebagai Koordinator Bidang Pembina Kesehatan dan Kesejahteraan PP Muhammadiyah.

Di lembaga profesi, beliau pernah menjadi anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (AAI), International Assoctiation of Anatamist (IAA), International Assoctiation of Biomechanics, serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Setelah purna tugas dari PP Muhammadiyah, beliau menjadi Sekretaris Wakil Presiden RI dan Sekretaris Presiden RI, BJ Habibie serta Direktur Habibie Centre, dan juga ketua Ketua Yayasan Habibie Center. (ribas)

Exit mobile version