YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Prof M Din Syamsuddin mengajak semua elemen bangsa untuk saling menahan diri dan menjaga situasi kondusif. Terutama dalam menyikapi pemanggilan mantan ketua MPR RI Prof M Amien Rais oleh penyidik Kepolisian Daerah Metro Jaya sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet.
Din mengaku mengapresiasi keteladanan yang ditunjukkan oleh tokoh reformasi ini. “Sangat menghargai kesediaan Pak M Amien Rais untuk datang memenuhi panggilan tersebut, hal mana menunjukkan jati dirinya sebagai warga negara yang baik dan perlu diikuti oleh para pejabat/elit politik lain,” katanya.
Menurutnya, pemanggilan tersebut apalagi jika dilakukan penahanan akan bersifat kontra produktif dan dapat memicu kegaduhan politik yang mengganggu proses Pemilu/Pilpres. “Suasana demikian tidak positif bagi kehidupan bangsa, mengganggu Pemilu/Pilpres, dan secara khusus merugikan Pemerintahan Presiden Jokowi,” ujar mantan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog Antar Agama dan Peradaban.
Sebagai negara hukum, Din meminta negara dengan semua aparaturnya mengupayakan tegaknya keadilan untuk semua warga negara. Tidak terkesan tumbang-pilih. Di saat yang bersamaan, ada elit lain yang juga terkena kasus besar, tetapi bebas berkeliaran. Hal ini menciderasi rasa keadilan.
“Rakyat cinta hukum dan keadilan akan tergerak untuk mendesakkan penegakan hukum secara berkeadilan, khususnya terhadap semua indikasi pelanggaran hukum oleh para elit politik. Maka akan terjadi aksi gugat menggugat. Jika pemerintah, khususnya Kepolisian tidak dapat menanggulangi keadaan ini apalagi tidak melakukan keadilan, maka sangat mungkin akan terjadi pengabaian (disobedience) dan ketakpercayaa (distrust) terhadap hukum,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Din mengajak semua pihak menjaga situasi kondusif, mengedepankan akal sehat. “Meminta kepada semua pihak untuk dapat menahan diri, tidak menerapkan pendekatan politik saling mengenyahkan dengan adu otot, tapi sebaliknya perlu mengedepankan adu otak dengan argumen-argumen yang berkualitas. Pemilu/Pilpres adalah cara beradab untuk memilih pemimpin, jangan sampai terjebak ke dalam ketakadaban apalagi kebiadaban,” pungkas Guru Besar UIN Sunan Syarif Hidayatullah itu. (ribas)