Suara Muhammadiyah– Semangat pembaharuan di berbagai belahan dunia menjadi motor penggerak bagi kemajuan suatau bangsa. Termasuk pula semangat itulah yang mengantarkan Indonesia kepada kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu, semangat inilah yang mampu melawan dan melepaskan berbagai macam bentuk penjajahan di negeri ini.
Lalau siapakah perintis lahirnya semangat pembaharuan itu di Indonesia? Benarkah kemajuan bangsa Indonesia adalah andil dari tokoh Islam Modernis yang merupakan Founding Fathers negara ini? Sejauh dan seberapa urgenkah peran kaum modernis tersebut? Simak wawancara Suara Muhammadiyah bersama Prof Dr Djoko Suryo Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta berikut ini:
Persisnya kapan muncul semangat pembaharuan di Indonesia?
Awal tahun 1900-an adalah era kebangkitan nasional sekaligus lahirnya era modernisasi di Indonesia. Saat itu masyarakat Indonesia sudah mulai berkenalan dengan semangat pembaharuan, yaitu yang diawali dengan kesadaran akan kondisi keterbelakangan diri dan rakyat. Pemahaman itu muncul seiring masyarakat mulai membandingkan kondisi bangsa ini dengan bangsa lainnya. Paling mencolok adalah kemiskinan dan keterbelakangan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat dirasakan oleh mereka yang saat itu bisa mengenyam bangku pendidikan, utamanya adalah mereka yang menimba ilmu di negara lain.
Dari kesadaran itulah, kemudian muncul gerakan-gerakan guna membangkitkan semangat bangsa untuk melepaskan diri dari penjajah. Bentuknya sangat bermacam, tapi pendidikan sebagai gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan cara jitu yang dilakukan oleh berbagai organisasi pergerakan waktu itu. Termasuk apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Karenanya Muhammadiyah merupakan salah satu motor penggerak kemajuan bangsa. Bukan hanya pada soal keagamaan, tapi gerakan Muhammadiyah juga menyentuh ranah sosial secara luas. Lahirnya Sarekat Islam dan lahirnya Muhammadiyah adalah cikal kebangkitan nasional yang membawa bangsa kepada kehidupan modern.
Kenapa pendidikan disebut sebagai cara jitu penyebaran semangat pembaharuan?
Sebab kesadaran erat kaitannya dengan alam pikir. Jika alam pikir masyarakat belum berubah, bahkan belum bisa meneruma spirit pembaharuan tersebut, bagaimana mungkin hal ini akan menjadi sebuah gerakan yang besar? Saya kira para tokoh dan organisasi saat itu tahu betul bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk memajukan kehidupan pribadi dan masyarakat. lihat saja apa yang dilakukan oleh Boedi Oetomo, Muhammadiyah, dan organisasi lain saat itu. Hampir semuanya bergerak melalui pendidikan. Tidak hanya itu, Muhammadiyah juga mendirikan rumah sakit. Saya kira ini sangat baik lagi sebab bagaimana akan maju jika umatnya tidak sehat? Dari situlah nalar masyarakat semakin dekat dengan ilmu pengetahuan sehingga keinginan masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan pun bertambah besar.
Lalu apa sumbangsih alam pikir modernis seperti ini untuk bangsa?
Lewat pendidikan dan kesehatan, nalar masyarakat semakin hidup, makin kritis, dan terisiskan oleh ilmu pengetahuan. Inilah yang kemudian mewarnai juga alam pikir para pejuang kemerdekaan, baik dalam merebut kemerdekaan sampai kemudian membuat dasar negara dan mengisi kemerdekaan itu sendiri. Sebagian menempuhnya dengan memberikan perlawanan lewat pertempuran sebagaimana Jendral Soedirman dan Bung Tomo. Sebagian lagi, ditempuh lewat jalur dialog dan diplomasi, di mana hal ini tidak akan mungkin dilakukan oleh mereka yang kurang berpendidikan.
Termasuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) adalah dibuat dan diisi oleh meraka kaum terdidik yang memiliki jiwa pembaharuan. Hebatnya, mayoritas anggota BPUPKI adalah dari kalangan muslim. Itu artinya apa yang dilakukan oleh organisasi Islam dan tokoh Islam peletak spirit pembaharuan lewat pendidikan dan kesehatan sangatlah berpengaruh dan perannya begitu besar dan penting bagi perjuangan bangsa. Dari semua peristiwa BPUPKI, yang paling menarik adalah peristiwa penghapusan tujuh kata sebagaimana yang telah tertulis pada piagam Jakarta. Maka jelas, itu adalah peran besar dari para kaum muslim modernis yang menjadi anggota di dalamnya. Sehingga lahir putusan terbaik tanpa kemudian menimbulkan sesuatu yang tidak dinginkan. Itu nyata.
Bukankah mereka yang tradisional juga berperan atas kemajuan bangsa ini?
Iya, antara keduanya memang berjalan beringingan. Yang tradisional berjalan dengan caranya, yang berpandangan modern pun bergarak dengan caranya sendiri. Namun tetap diakui bahwa paham modern lebih mempercepat cita-cita bersama itu tercapai. Yaitu cita-cita untuk menjadi bangsa yang bebas dari penjajah sekaligus menjadi bangsa yang maju. Sebab meraka yang modernis lebih memiliki kemampuan menagkap dan merespon persoalan yang terjadi pada masyarakat waktu itu. Juga memiliki kemampuan membaca kondisi sekarang dan zaman yang akan datang sehingga bisa tampil menjadi solusi atas apa yang terjadi kala itu. Dan pada akhirnya mereka yang tradisional pun menempuh cara yang sama sebagimana yang telah ditempuh oleh kaum modernis, ialah melalui pendidikan. (gsh).