80% Mahasiswa STKIP Manokwari adalah Umat Kristiani, Bukti Muhammadiyah Junjung Kebhinekaan

80% Mahasiswa STKIP Manokwari adalah Umat Kristiani, Bukti Muhammadiyah Junjung Kebhinekaan

MANOKWARI, Suara Muhammadiyah-Keberadaan institusi pendidikan Muhammadiyah menjadi bukti nyata kiprah persyarikatan yang telah berusia lebih dari seabad ini untuk menebar rahmat bagi semua. Di berbagai pelosok, bahkan hingga ke daerah yang dihuni minoritas Muslim sekalipun, Muhammadiyah hadir mencerahi persada. Keberadaan Muhammadiyah dimaksudkan untuk memajukan bangsa.

“Pendidikan Muhammadiyah menjunjung toleransi dan keberagaman, ini dibuktikan pada amal usaha pendidikan Muammadiyah terutama di Indonesia Bagian Timur yang siswanya didominasi oleh umat non-Muslim,” ujar Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, HR Alpha Amirrachman MPhil PhD ketika memberikan kuliah umum di depan mahasiswa calon guru pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Manokwari, Papua Barat, pada Jumat (19/10/2018).

Delapan puluh persen dari total 1200 mahasiswa STKIP Muhammadiyah Manokwari adalah umat Kristiani. STKIP Manokwari menjadi salah satu contoh di antara banyak Amal Usaha Muhammadiyah lainnya yang diperuntukkan untuk semua. Wawasan toleransi dan kebhinekaan dipraktekkan dalam amal nyata, tidak hanya beretorika.

Alpha memberikan apresiasi kepada para mahasiswa yang telah memutuskan untuk menjadi calon guru dan belajar di STKIP Muhammadiyah Manokwari. Mereka diharapkan mampu memanfaatkan kesempatan berkuliah di STKIP Manokwari untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, yang nantinya akan digunakan dalam dedikasi mencerdaskan sesama.

“Guru adalah ujung tombak pendidikan. Kalau kurikulum kita tidak bagus, namun guru kita kompeten, profesional dan mencintai pekerjaannya, maka sangat mungkin proses pedagogi yang diharapkan akan berlangsung sesuai harapan.  Sebaliknya jika kurikulum kita canggih, namun guru kita tidak kompeten dan tidak mencintai pekerjaannya, maka jangan harap proses belajar-mengajar akan berjalan sebagaimana semestinya,” ujar Alpha.

Alpha menambahkan bahwa Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah sangat berkepentingan agar Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) betul-betul mencetak guru yang memang kompeten dan professional. Ia juga mengingatkan agar mahasiswa calon guru sejak awal diperkenalkan pada High Order Thinking Skills (HOTS) atau Berpikir Aras Tinggi. “Bukan hanya level 1 (remembering), level 2 (understanding) dan level 3 (applying), tapi juga harus menjangkau level 4 (analyzing), level 5 (evaluating) dan level 6 (creating),” ujar Alpha.

Ketua STKIP Muhammadiyah Manokwari Dra Hj Hawa Hasan MPd menjelaskan bahwa kehidupan mahasiswa sangat dinamis dan toleran, walaupun mereka berbeda agama. Relasi antar sesama mereka berlangsung secara alamiah. Semua mahasiswa memperoleh pelayanan yang sama.

“Sebagian (mahasiswa non-Muslim) juga mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang khas Muhammadiyah seperti Ikatan Mahassiwa Muhamamdiyah (IMM) dan Tapak Suci agar mereka menjadi mahasiswa berjiwa pemimpin, berkarakter, sehat dan terampil,” ujar Hawa.

Prinsip bahwa Islam adalah agama rahmat selalu dipegang erat. Muhammadiyah dengan jargon Islam Berkemajuan diharapkan senantiasa memberi konstribusi positif bagi semua. Paham multikulturalisme yang diusung Muhammadiyah diupayakan bermuara pada tujuan akhir mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik. (ribas)

Baca juga:

Muhammadiyah Siapkan Buku Ajar Kemuhammadiyahan untuk Mahasiswa non-Muslim

Ketika Non-Muslim Percaya pada Institusi Pendidikan Muhammadiyah

MLH dan UM Palangkaraya Latih Budidaya Jamur dan Lebah untuk Masyarakat Suku Dayak non-Muslim

Muhammadiyah dari Sudut Gereja

Exit mobile version