JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengadakan silaturahim di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jalan Menteng Raya, Jakarta, pada Rabu malam (31/10/2018). Pertemuan yang berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan itu merupakan kunjungan balasan PBNU, setelah sebelumnya PP Muhammadiyah bertandang ke kantor pusat PBNU di Jalan Kramat Raya Jakarta, pada 23 Maret 2018 lalu.
Kedua pimpinan ormas ini sepakat untuk meningkatkan taawun (tolong menolong dalam kebaikan) guna memajukan bangsa. ” Ada beberapa yang kita diskusikan, tentang bagaimana merekatkan kebersamaan di tubuh bangsa kita di tengah suasana tahun politik, yang mana itu juga jadi bagian hajat kita sebagai bangsa,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, usai pertemuan.
Menurutnya, Muhammadiyah dan NU merupakan organisasi tua yang telah banyak berkiprah. Dalam rangka pengabdian untuk umat dan bangsa, kedua organisasi ini perlu terus merapatkan barisan. “Karena ini adalah organisasi Islam yang tua dan ikut mendirikan bangsa, kami ingin hadir sebagai ummatan wasathan, umat tengahan yang tetap berkemajuan membangun keadaban. Semangat kita adalah maju bersama dan berbagi,” ujar Haedar.
Menurutnya, antara NU dan Muhammadiyah memiliki lahan perjuangan yang tidak sepenuhnya sama, tetapi keduanya saling melengkapi. “Apalagi untuk ta’awun, Muhammadiyah dan NU memiliki usaha spesifik,” ulasnya. Namun belakangan, antara NU dan Muhammadiyah sudah saling berfastabiqul khairat untuk memajukan bangsa.
“NU punya pesantren, Muhammadiyah punya pendidikan umum. Sekarang sudah sama-sama bergerak. Muhammadiyah punya pesantren dan NU punya pendidikan umum, NU dan Muhammadiyah adalah organisasi besar yang segala gerak-geriknya akan menjadi rujukan. Kami percaya semua organisasi di Indonesia punya perhatian untuk membangun negara yang damai, kendati bukan berarti tanpa masalah,” ungkapnya.
Adapun Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menekankan pentingnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjaga kepribadian umat Islam Indonesia yang dikenal dengan karakter ramah, pemaaf, toleran, terbiasa dengan perbedaan dan menjaga persaudaraan.
“Dari dulu NU dan Muhammadiyah menjaga karakter ini. NU dan Muhammadiyah berkewajiban mengawal ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah meski tidak ada yang meminta,” ujar Said. Wujud nasionalisme ini perlu terus dipupuk bersama.
Selain Said Aqil, di antara rombongan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tampak hadir antara lain Sekjen Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU Robikin Emhas, Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas serta beberapa anggota PBNU lainnya.
Sementara dari PP Muhammadiyah di antaranya Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, Anwar Abbas, Syafiq Mughni, Yunahar Ilyas, Agus Taufiqurrahman, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Bendahara Umum Suyatno, dan Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto. (ribas)
Baca juga:
Pernyataan Bersama PP Muhammadiyah dan PBNU
Muhammadiyah dan NU Membingkai Keindonesiaan dan Keislaman
PP Muhammadiyah dan PBNU Gelar Deklarasi Pengurangan Sampah Kantong Plastik