Dorong Penguasaan HOTS, Mendikbud: Multiple Choice Menyebabkan LOTS

Dorong Penguasaan HOTS, Mendikbud: Multiple Choice Menyebabkan LOTS

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Prodi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Seminar Nasional Pendidikan Matematika yang bertajuk ‘Mengembangkan Kemampuan Literasi dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) melalui Pembelajaran Matematika Inovatif di Era Revolusi Industri 0.4’. Seminar ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy.

Menurutnya, nilai capaian matematika anak-anak Indonesia dalam subjek Matematika saat ini masih rendah. Hal tersebut mengacu kepada standar internasional yang disebut The Programme for International Student Assessment atau PISA. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis high order thinking skills atau HOTS perlu dikuasai oleh para guru agar bisa ditransfer kepada peserta didik.

“Indonesia terbiasa dengan pakai LOTS atau low order thinking skills bukan HOTS. Selama ini dalam kita dalam dunia pendidikan masih belum bisa melihat itu. Harus dipercepat penguasaan metode ini oleh guru-guru agar bisa cepat disalurkan ke anak didik,” tuturnya saat membuka Seminar yang digelar di Kampus 4 UAD, Sabtu (3/11).

Mendikbud Muhadjir mengungkapkan dukungan yang besar terhadap pelaksanaan Seminar tersebut. Menurutnya, penguasaan HOTS ini adalah yang dibutuhkan oleh peserta didik menghadapi era revolusi industri 0.4. Oleh karenanya cara berpikir secara kritis artau critical thinking penting dimiliki peserta didik karena akan menghasilkan kreativitas dan problem solving. Selain critical thinking, yang diperlukan adalah communication skills, juga confidence. Akan tetapi, menurut Mendikbud Muhadjir, hal ini sulit dicapai selama bentuk soal yang disodorkan oleh Ujian Nasional masih dalam bentuk multiple choice.

“Salah satunya multiple choice menyebabkan LOTS. Urgensi yang harus ditekankan dalam penguasaan matematika ini berada pada cara penalaran. Oleh karena itu muaranya adalah kebutuhan akan cara berpikir critical thinking,” tukasnya.

Meskipun menurutnya hasil survey yang dilakukan oleh PISA di bawah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) ini masih banyak bias atau tidak mampu menggambarkan kondisi Indonesia secara utuh, dirinya tetap mendorong agar penguasaan 3 mata pelajaran yang diakui dalam standar internasional yaitu Matematika, IPA dan bahasa. “Saya sangat mendukung seminar ini agar cepat bisa dikuasai oleh guru dan siswa,” tukasnya.

Selain itu, Mendikbud Muhadjir juga menggarisbawahi perihal kebijakan Zonasi yang baru-baru ini diterapkan. Menurutnya, ada beberapa manfaat yang didapatkan dari sistem tersebut. Salah satunya menghindari kastanisasi sekolah dan mendorong guru agar mampu menjadi terampil dan profesional dalam mendidik murid. Karena menurutnya kualitas guru adalah yang utama ketika berbicara peningkatan kualitas peserta didik.

“Sekolah Negeri itu Public Goods, sifatnya tidak eksklusif, tidak bisa dikompetisikan satu sama lain, dan tidak ada pengkhususan untuk golongan tertentu. Dengan sistem  klasikal sudah seharusnya para peserta didik terdiri atas segala kelompok anak bukan hanya kelompok anak dengan tingkat intelegensi tertentu. Kalau hanya satu golongan saja jadinya cohort. Guru terampil dan profesional harus bisa mengolah perbedaan itu,” tandasnya (Th)

Exit mobile version