Oleh DR H Haedar Nashir MSi
Masa depan sangat penting untuk dirancang dan diikhtiariarkan. Allah mengaitkan orientasi masa depan dengan ketaqwaan (QS Al-Hasyr: 18). Masa depan terjauh dalam perspektif Al-Quran sebagai tujuan utama hidup ialah al-akhirat, sedang masa depan “terdekat” yang harus dijalani ialah al-dunya atau kehidupan di dunia ini, keduanya bersambung untuk meraih kebaikan hidup yang sejati (QS Al-Baqarah: 201). Karenanya, rencana dan melangkah ke depan haruslah digariskan agar pejalanan terarah dan mencapai tujuan.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam menyadari bahwa perjuangan membawa misi dakwah dan tajdid tidak kenal berhenti dan harus terus berkesinambungan. Masa depan Muhammadiyah merupakan proses panjanh dari kontinyuitas masa lalu dan kini dalam rentang perjalanan satu abad lebih. Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua dinyatakan “Satu abad merupakan tonggak sejarah yang penting bagi Muhammadiyah dalam ikhtiar mengemban misi dakwah dan tajdid di tengah lintasan zaman yang penuh gelora. Dalam rentang seratus tahun Muhammadiyah telah berjuang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia semesta. Perjuangan Muhammadiyah akhirnya memperoleh pengakuan masyarakat luas sebagai gerakan Islam yang menorehkan tinta emas pembaruan di Indonesia. Keberhasilan perjuangan satu abad merupakan anugerah Allah SWT yang harus disyukuri berdasarkan firman Allah SWT Q.S. Ibrahim ayat 7 dan menjadi modal ruhaniah paling berharga untuk melangkah ke depan dengan optimis. Kesyukuran itu disertai kesadaran bermuhasabah diri atas kekurangan dan kelemahan yang harus diperbarui dengan seksama guna mengukir kisah sukses yang lebih utama di abad kedua.”
Kini Muhammadiyah memasuki abad kedua dan lima tahun ke depan sangat penting sebagai tonggak baru untuk mengawali perjalanan mengemban gerakan pencerahan. Para pimpinan Muhammadiyah dari hari ke hari makin menghayati betul betapa berat tetapi mulia mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mencerahkan umat manusia melalui Muhammadiyah yang selama ini digerakkan dengan ikhlas, mujahadah, dan secara berjamaah-berjamiyah. Ada kenikmatam ruhaniah dalam bermuhammadiyah, meskipun boleh jadi melelahkan dan menggembirakan. Hal itu karena mereka yang berada di Muhammadiyah dan menggerakkan oranisasi Islam ini bukan sekadar berkiprah yang bersifat praktis-fisik, tetapi ruhaniah dan ada idealisme filosofis-ideologisnya. Dengan demikian dalam menjalankan misi gerakan ke depan sangatlah penting peta jalan sekaligus komitmen gerakan dari para penggerak Persyarikatan.
Tantangan Masa Depan
Muhammadiyah ke depan harus semakin maju, menjadi Muhammasiyah berkemajuan. Tantangan yang dihadapi gerakan Islam ini sangatlah berat. Di ranah global terjadi perkembangan dunia yang sangat dinamis, kompleks, dan sarat muatan kepentingan dari setiap bangsa dan negara dalam relasi globalisasi dan politik global yang sangat keras. Dunia Islam mengalami banyak masalah, lebih-lebih pasca The Arab Spring, perubahan peta politik Tmur Tengah yang membara dan mempengaruhi ketidakpastian kawasan ini ke depan. Perubahan geopolitik, geoekonomi, dan geobudaya ke Asia Timur terutama Tiongkok sangat mempengaruhi perkembangan dunia. Lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN akan semakin berpengaruh tehadap Indonesia ke depan.
Kehidupan politik nasional sarat masalah. Perkembangan politik, ekonomi, dan budaya yang semakin liberal dan menuju liberalisasi yang semakin masif sungguh akan memberi corak terhadap Indonesia ke depan. Banyak masalah bermunculan akibat liberalisasi struktural dan kultural itu. Sementara korupsi, ajimumpung kekuasaan, dominasi partai dan elite politik yang prgamatis, otomomi daerah yang sangat terbuka, pengrusakkan dan eksploitasi sumberdaya alam yang besar-besaran, kesenjangan sosial ekonomi, kemiskinan dan marjinalisasi sosial, konflik sosial, krisis keluarga, kekerasan, peluruhan jiwa kenegarawanan, dan berbagai masalah ke depan akan semakin kompleks. Diperluka. Rekonstruksi kehidupan kebangsaan ke depan sangatlah memerlukan basis idealisme yang kuat pada jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan yang diletakkan para pendiri bangsa.
Umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih lemah secara politik, ekonomi, dan budaya. Banyak problem laten dihadapi umat seperti kemiskinan, berfirqah-firqah dan konflik paham, tidak memiliki peta jalan kolektif yang strategis, dan berbagai masalah lainnya. Masalah bangsa identik dengan masalah umat Islam karena menjadi penduduk terbesar. Terus terang umat Islam Indonesia atau umat Islam Nusantara itu masih “yad al-sufla” alias tangan di bawah dan belum menjadi “yad al-‘ala” atau tangan di atas, meskipun di antara elite dan organisasinya mungkin sering bicara yang besar-besa dan hebat-hebat seolah benar-benar umat Islam itu kuat. Apalagi kondisi umat di akar-rumput, masih berposisi sebagai “maf’ul bihi” yakni menjadi objek penderita. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan dan dininabobokan oleh langkah-langkah kamuflase dan mercusuar, tetapi membutuhkan kerja-kerja sistematik, kongkret, dan strategis.
Agenda Ke Depan
Peran Muhammadiyah dalam perjuangan kebangsaan dan kemanusiaa universal ke depan sangat penting dan strategis. Muhammadiyah harus menjadi kekuatan strategis dalam membawa Indonesia dan peradaban semesta yang berkemajuan sejalan dengan nilai-nilai Islam untuk rahmatan lil-‘alamin. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal maka Muhammadiyah haruslah maju terlebih dulu. Jadilah Muhammadiyah berkemajuan yang kuat pendirian, mandiri, dan memiliki kekuatan inner-dynamic yang tinggi. Muhammadiyah harus kuat dari rumah dan dapurnya sendiri sebelum memperkuat dunia luar, yang kokoh dalam berbagai aspek. Muhammadiyah harus luat prinsip-prinsip dan pemikiran gerakannya, sumberdaya manusianya, organisasi dan kepemimpinannya, jaringannya, serta amal usaha dan kekuatan ekonomnya. Mana mungkin banyak memberi dan berbuat ke luar sementara warga, umat, dan lingkungan internal sendiri masih belum kuat.
Boleh jadi sekadar wacana menjadikan Muhammadiyah besar itu mudah, apapun di tingkat teori itu serba gampang, tetapi menjadikannya sebagai kenyataan sungguh penuh pendakian dan memerlukan kerja keras dan pengkhidmatan yang tinggi. Jika ingin memberi ke pihak lain harus memiliki sesuatu yang akan diberikan. Hadis Nabi “Yadul ulya khaira min yadul sufla”, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pepatah menyatakan, “faqir asy-syaiy la yu-thi”, orang yang tidak mempunyai sesuatu maka tidak akan dapat memberi sesuatu. Muhammadiyah harus memilki kekuatan dan keunggulan sendiri di banyak bidang garapannya. Sebelum membesarkan dan memberikan sesuatu ke luar harus lihat kondisi di dalam seperti apa, agar tidak besar pasak daripada tiang. Maka menjadi penting membangkitkan “inner dynamic” dengan jalan memobilisasi potensi dan kekuatan inti-terdalam dari Gerakan Islam ini, termasuk memperkuat amal usaha dan gerakan ekonomi agar Muhammadiyah semakin mandiri.
Muhammadiyah sejak Muktamar Maang tahun 2005 sudah menggariskan langkah jangka panjang sampai tahun 2025. Lima tahun ke depan (2015-2020) Muhammadiyah ingin mewujudkan visi yaitu: (1) transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) sistem organisasi dan jaringan yang maju, profesional, dan modern; (2) berkembangnya sistem gerakan dan amal usaha yang berkualitas utama dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta (3) peningkatan dan pengembangan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. Tiga langkah strategis tersebut sungguh berat dan memerlukan kekuatan kepemimpinan yang masif di seluruh tingkatan untuk menggerakkan dan mewujudkannya.
Dalam menjalankan langkah strategis ke depan yang berat dan penuh tantangan itu maka sangatlah penting tanggungjawab para pemimpin Muhammadiyah secara keseluruhan dari pusat hingga ranting, termasuk Ortom dan Amal Usaha. Muhammadiyah harus digerakkan bukan sekadar secara formal dan minimal, tetapi benar-benar menjadi kekuatan pergerakan yang maju dan unggul. Pergerakan Muhammadiyah harus jelas pijakannya, bingkainya, arahnya, dan tujuannya agar tidak asal bergerak. Bergerak di atas landasan Islam dan ideologi berkemajuan yang menjadi fondasi gerakannya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bukan bergerak serba pragmatis (menerabas) dan oportunistik (ikut arus) yang mengejar kehebatan semata tanpa fondasi nilai-nilai utama gerakan.
Dalam membawa dan menjadikan Muhammadiyah ke masa depan yang maju dan unggul dalam binkai gerakannya, sungguh diperlukan fungsi kepemimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting yang bersifat profetik (kerisalahan) yang mentransormasikan misi keagamaan dan keduniaan secara terintegratif. Bukan kepemimpinan yang sekular dan serbabebas, sebaliknya serba dogmatis dan normatif minus kerja-kerja pergerakan. Insya Allah dengan komitmen, pemikiran, dan pengkhidmatan seluruh anggota, kader, dan para pimpinan yang berjiwa profetik Muhammadiyah ke depan akan meraih kemajuan dan keunggulan menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam ridla dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nashrun min Allah wa fathun qarib.
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik “Bingkai” Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 16 tahun 2015