SURABAYA, Suara Muhammadiyah-Persyarikatan Muhammadiyah telah menjadikan ekonomi sebagai salah satu pilar penting di abad kedua. Karya-karya Muhammadiyah adalah dalam rangka membangun kemandirian bangsa. Kemandirian ekonomi yang dicitakan Muhammadiyah bermuara pada terwujudnya suatu masyarakat yang berkemajuan.
Demikian di antara pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Seminar Nasional bertema “Peran Muhammadiyah dalam Mewujudkan Kemandirian Bangsa” yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, pada Sabtu, 10 November 2018.
Ketika Muhammadiyah membangun pilar-pilar keunggulan di seluruh pelosok negeri, pada dasarnya merupakan wujud karya nyata Muhammadiyah berkonstribusi pada ibu pertiwi. Amal Usaha Muhammadiyah yang unggul dan mandiri dalam semua bidangnya ditujukan untuk melayani semua. Sebagai wujud Islam yang rahmatan lil alamin.
“Muhammadiyah hadir sebagai agama yang membangun peradaban, dinul hadlarah, dengan menghadirkan pusat-pusat keunggulan, mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, juga sosial kemasyarakatan,” tutur Haedar. Artinya, Islam yang dipahami Muhammadiyah adalah Islam yang mendorong umatnya untuk unggul dan meraih predikat khairu ummah.
Kerja-kerja Muhammadiyah sering tidak diketahui publik. Haedar mengatakan bahwa warga Muhammadiyah tidak ada salahnya untuk sesekali menampakkan hasil perjuangannya di jalan sunyi. Namun, tidak dalam rangka mendaku paling berdedikasi sembari menihilkan komponen bangsa lainnya. “Tanpa dibayangi peran teologis yang bersifat riya, peran Muhammadiyah dalam kebangsaan perlu diketahui oleh masyarakat luas,” ujarnya. Hal itu guna melipatgandakan spirit dan energi positif untuk menginspirasi lebih banyak orang.
Gagasan Islam Berkemajuan yang dikembangkan Muhammadiyah juga perlu meresapi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Terlebih sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah perlu menularkan paham keagamaan dan nilai-nilai kemajuan yang digali dari ajaran Islam. “Menyebarluaskan nilai-nilai keislaman itu maknanya dakwah,” ulasnya. Dakwah yang dipahami dalam artian luas. Sehingga, terbentuk baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. (ribas/ppm)