SURAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan Pidato Milad ke-106 di Puro Mangkunegaran Surakarta, 18 November 2018. Pidato itu disampaikan di hadapan wakil presiden republik Indonesia, wakil ketua MPR, para menteri kabinet kerja, gubernur Jawa Tengah, dan segenap tamu undangan lainnya.
Melalui tema ‘Taawun untuk Negeri’, kata Haedar, Muhammadiyah mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah dan warga bangsa untuk saling tolong-menolong untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa. Sebaliknya juga mencegah segala bentuk keburukan dan dosa. Dalam Muhammadiyah, taawun serupa dengan pesan al-Maun.
“Islam menjunjung tinggi taawun, tolong-menolong, toleransi, kebersamaan yang membawa kebaikan. Sebaliknya juga menolak segala bentuk tolong-menolong dalam kemungkaran, dosa, dan keburukan,” ujarnya.
Dalam hadis dikatakan, sambung Haedar, tolonglah saudaramu yang menganiaya dan dianiaya. Cara menolong yang menganiaya adalah dengan mencegahnya untuk tidak melakukan tindakan aniaya atau kezaliman. Keburukan jangan dibalas dengan keburukan yang serupa.
Hadis lainnya yang dibacakan Haedar, jangan sampai kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk melakukan hal-hal yang melampaui batas. Inilah ajaran luhur. Spirit taawun berkelindan dengan ajaran ihsan. Ajaran untuk shaleh dan belas kasih kepada siapa pun tanpa pandang bulu. Demikian juga sebaliknya, dilakukan secara seimbang.
Menurur Haedar, taawun untuk negeri digaungkan Muhammadiyah di seluruh persada negeri. Pesannya agar semua bergerak untuk peduli dan berbagi.
Dalam rangka tahun politik, Haedar juga mengingatkan, silang kepentingan tidak boleh merusak ukhuwah dan kebersamaan. Harus ada saling rela berkorban dan berbagi. Bukan saling egois dan ingin menang sendiri. (ribas)