Milad 106, Haedar Nashir: Muhammadiyah Perlu Revitalisasi dan Percepatan Kualitas

Milad 106, Haedar Nashir: Muhammadiyah Perlu Revitalisasi dan Percepatan Kualitas

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah-Bertepatan dengan hari ulang tahun ke-106, Persyarikatan Muhammadiyah menyelenggarakan Konsolidasi Nasional Pimpinan Muhammadiyah. Kegiatan yang dilangsungkan di Gedung Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 18 November 2018 ini diikuti oleh segenap Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Aisyiyah, dan pimpinan majelis dan lembaga.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa syiar milad Muhammadiyah ke-106 ini terselenggara di berbagai level pimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah memiliki jejaring dan keanggotaan yang cukup tersebar di seluruh Indonesia.

Tahun ini, PP Muhammadiyah mengusung tema ‘Taawun untuk Negeri’. Dengan harapan Muhammadiyah bisa terus konsisten memberi kontribusi positif bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Saling bergandengan tangan untuk berbagi dan maju bersama.

Haedar menyatakan bahwa geliat Muhammadiyah di cabang dan ranting sangat dinamis dan terus mengalami kemajuan. “Di samping tasyakur bi nikmah, dalam usia 106 ini juga perlu introspeksi dan muhasabah,” tuturnya.

Tabligh dan Tarjih, misalnya, Haedar meminta kedua lembaga ini untuk bisa hadir di media sosial. Keputusan muktamar 2015 tentang dakwah komunitas (terutama komunitas virtual) perlu diisi dengan narasi-narasi alternatif. “Sikap masyarakat dan pola beragama masyarakat akan berubah, ” katanya. Kebanyakan ruang virtual itu diisi oleh wajah Islam bercorak salafi.

Dalam konteks pandangan keagamaan, kata Haedar, Islam Berkemajuan telah menjadi diksi yang cukup eksis. “Dialektika ini penting buat kita,” katanya. Kita harus memperbaiki pandangan kita tentang kebudayaan. Muhammadiyah perlu memiliki pandangan yang lebih terbuka dan progresif terhadap kebudayaan. Menerima sisi positif kebudayaan dan di saat yang sama juga memodifikasi kebudayaan sesuai nilai-nilai keislaman.

Muhammadiyah juga perlu mengukuhkan manhaj kemuhammadiyahan. “Kita perlu belajar tentang perspektif dan metodologinya. Muhammadiyah dengan pendekatan bayani, burhani, irfani sudah cukup memadai. Tapi perlu terus diperkaya,” ujarnya.

Dalam konteks organisasi, kata Haedar, Muhammadiyah dinyatakan sudah melekat dengan sistem keorganisasian modern. Hal ini menjadi kekuatan Muhammadiyah. Namun, pembaharuan juga penting. Dalam waktu dekat, PP Muhammadiyah sedang mengerjakan sistem dan pola informasi terintegrasi. Sehingga bisa lebih efektif dan efisien.

Muhammadiyah juga perlu memberi perhatian pada pembinaan jamaah. Banyak masjid Muhammadiyah yang berpindah haluan perlu untuk disikapi. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah harus terus dimasifkan. “Semangat dakwah komunitas adalah menghidupkan kehadiran kita di akar rumput,” kata Haedar. Masyarakat bawah sangat terbuka terhadap siapapun yang memberi solusi terhadap kehidupan mereka. Muhammadiyah dengan gerakan pemberdayaan dan filantropinya yang inklusif perlu masuk ke sini.

Menurut Haedar, Amal Usaha Muhammadiyah juga perlu terus dilakukan peningkatan kualitas. Ketika banyak organisasi lain memiliki amal usaha sebagaimana halnya Muhammadiyah, maka kualitas AUM harus terus ditingkatkan jika tidak ingin ditinggal oleh laju zaman. (ribas)

Exit mobile version