YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah yang berlangsung di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (26/11/2018) dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pembukaan ini juga dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PP Aisyiyah, ketua dan wakil ketua MPR RI, para menteri kabinet kerja, gubernur DIY, serta para tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Haedar Nashir menyampaikan beberapa wejangan bagi salah satu organisasi otonom Muhammadiyah ini. PP Muhammadiyah berharap muktamar ini berjalan sesuai dengan spirit al-Mujadilah ayat 11. Menjadi forum strategis untuk menghasilkan rumusan penting bagi gerak memajukan dan menggembirakan dakwah menuju khairu ummah.
“Muktamar ini menjadi momentum bagi Pemuda Muhammadiyah meneraca perjalanan selama ini dan menatap pergerakan ke depan. Pemuda Muhammadiyah dalam satu periode ini telah banyak melakukan terobosan bagi persyarikatan, umat, dan bangsa,” kata Haedar.
Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi otonom yang bergerak dalam ranah kepemudaan dan kemasyarakatan menjadi organisasi strategis dalam menggerakkan dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid. Haedar mengingatkan supaya Pemuda Muhammadiyah terus mampu untuk menampilkan program-program dan kebijakan yang membawa kemajuan persyarikatan, umat, bangsa, dan peradaban.
Haedar berharap Pemuda Muhammadiyah mampu untuk menjadikan QS. Al-Hasyr ayat 18 sebagai inspirasi dan semangat untuk selalu penuh dengan keseksamaan dalam pergerakan sekaligus membawa perubahan positif bagi masa depan bersama.
Di antara petuah Haedar Nashir adalah sebagai berikut:
Pertama, tetap perkokoh jati diri pergerakan dan perkaya gerakan dengan prinsip-prinsip Muhammadiyah. Haedar menyebut beberapa pijakan yang harus dipegang teguh sebagai panduan: Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, hingga Khittah Muhammadiyah.
Kedua, terus bergerak untuk memajukan umat dan bangsa dengan spirit memajukan dan menggembirakan. “Seluruh pimpinan yang mendapat mandat muktamar harus mampu membawa visi dan misi Pemuda Muhammadiyah untuk memajukan dan menggembirakan Pemuda Muhammadiyah, umat, bangsa, dan kemanusiaan,” ujarnya.
Ketiga, Pemuda Muhammadiyah berpijak pada induk organisasi Muhammadiyah. Pemuda Muhammadiyah harus teguh dengan spirit yang dibawa oleh Muhammadiyah dengan kepribadian yang menjadi watak Muhammadiyah. “Dengan bingkai itulah kita berjalan yang benar. Kita harus maju, harus sukses. Namun pada saat yang sama, kemajuan dan kesuksesan itu harus melekat dengan kepribadian kita,” tuturnya.
Kepribadian yang dimaksud termaktup dalam sepuluh kepribadian Muhammadiyah, sebagai berikut: (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan, (2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah, (3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam, (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan, (5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.
Poin selanjutnya, (6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik, (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam, (8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya, (9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT, dan (10) Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Keempat, Haedar mengingatkan tentang pentingnya memahami hakikat keberadaan dan perjalanan serta konteks sosio-historis bangsa Indonesia. “Bangsa kita terus bergerak ke depan dengan segala ikhtiarnya untuk maju. Namun, dalam perjalanannya juga menghadapi berbagai masalah dalam setiap fase geraknya. Maka, Pemuda Muhammadiyah harus menjadi penyelesai masalah dan pada saat yang sama juga membawa bangsa menjadi berkemajuan,” ungkapnya.
Dalam berbagai dinamika nasional, Pemuda Muhammadiyah tidak boleh gagap dan buta peta. Dengan itu, Pemuda Muhammadiyah bisa mengambil posisi strategis dalam melangkah secara bijak dan elegan.
Di tengah suasana politik, kata Haedar, kadang ada fenomena retak, politik yang mengeras dan kecemasan luruhnya keteladanan. Oleh karena itu, Pemuda Muhammadiyah harus mengamalkan karakter Muhammadiyah yang berpijak pada pengetahuan dan akhlak mulia. Sikap itu harus diwujudkan dalam aksi nyata. “Kata sejalan dengan perbuatan,” ujarnya.
“Jadikan nilai-nilai Islam bukan untuk sekadar retorika atau knowledge pengetahuan, tetapi diamalkan dalam kehidupan dan amal nyata. Tunjukkan bahwa kader Pemuda Muhammadiyah menjadi teladan,” ungkapnya.
Haedar juga mengingatkan tentang pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan pemuda. Sesuai dengan teladan Nabi Muhammad yang melekat dengan nama Muhammadiyah. Nabi Muhammad merupakan sosok yang diutus untuk menyempurnakan akhlak dan keseluruhan hidupnya dihiasi oleh nilai-nilai terpuji.
Di pundak Pemuda Muhammadiyah, Haedar menaruh harapan besar. “Pemuda Muhammadiyah jadilah penyuluh keadaban masyarakat. Jadilah obor bagi masyarakat. Berislam bukan sekadar beriman dan berilmu, tetapi juga beramal,” tukas Haedar Nashir.
Muktamar dngan tema “Menggembirakan Dakwah Islam, Memajukan Indonesia” memiliki agenda laporan pertanggungjawaban PP Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2018, pembahasan perubahan AD/ART, pembahasan kebijakan program Pemuda Muhammadiyah 2018 -2022, serta rekomendasi Khittah Yogyakarta, serta pemilihan ketua umum dan formatur PP Pemuda Muhammadiyah 2018-2022. (ribas)