YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Gedung Grha Suara Muhammadiyah menjadi saksi proses transisi kepemimpinan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Sleman pada Senin (26/11), malam. Dihadiri dan disaksikan oleh seluruh kader IMM Sleman, perwakilan PDM Sleman, PDNA Sleman dan beberapa perwakilan dari cabang-cabang lain, pelantikan tersebut berjalan cukup khidmat.
Ence Sopyan selaku Nahkoda IMM Sleman periode lalu (2017-2018) mengapresiasi formasi kepemimpinan baru yang nampak seimbang keterwakilan personalianya antara IMMawan dan IMMawati. Apalagi dengan ditunjuknya Laili Isna Fatkhurrahmah sebagai Ketua Umum. Hal ini menunjukkan bahwa IMM Sleman telah purna menyelesaikan persoalan kepemimpinan yang berhak untuk diamanahkan bukan hanya kepada laki-laki namun juga memberi kesempatan kepada perempuan. Tentu dengan pertimbangan yang matang serta mengutamakan kemaslahatan organisasi dan kepentingan bersama demi perjalanan dan perjuangan yang baik ke depan. Isna Laili Fatkhurrahmah merupakan Ketua Umum perempuan kedua IMM Sleman sejak berdiri hingga sekarang. Setelah sebelumnya Ayu Inna Karomatika diangkat sebagai Ketua Umum periode 2016-2017.
Selaras dengan tema “Transformasi Gerakan untuk IMM Sleman yang Berkelanjutan”, Isna Laili dalam sambutannya menyampaikan pentingnya menanam spirit transformatif yang berawal dari ikhtiar kesadaran. Apalagi melihat posisi IMM sebagai organisasi mahasiswa yang selalu berhadapan dengan problematika umat yang mendorong IMM untuk mengambil bagian penting dalam upaya mengurai benang kusut yang kian mengkhawatirkan. Isna juga menyampaikan harapannya ke depan agar IMM Sleman mampu menjadikan spirit transformatif sebagai acuan dalam bergerak. Apalagi didukung oleh personalia pimpinan yang merupakan kader-kader terbaik di Sleman. Selain itu, dirinya menyebutkan bahwa stabilitas organisasi hanya mungkin bisa diwujudkan manakala setiap pimpinan selalu menggunakan cinta, pengabdian dan keikhlasan dalam bergerak dan berjuang. Bukan atas kepentingan individu yang pada akhirnya akan menjadi penghambat perjalanan menggapai cita-cita dan tujuan perjuangan.
Pelantikan tersebut dipungkasi agenda studium generale dengan pembicara Norma Sari selaku Ketua Umum Nasyiatul ‘Aisyiyah periode 2012-2016 dan Hendro Sucipto selaku Ketua DPD IMM DIY masa jabatan 2010-2012 yang keduanya merupakan alumni dari IMM Sleman. Norma Sari menekankan kepada kader-kader Sleman agar selalu terfokus pada upaya pemberdayaan dan keberpihakan pada umat. Hal ini merupakan pondasi sikap yang harus dibangun melihat gejala perpecahan dan polarisasi politik yang terjadi belakangan. Baginya, Muhammadiyah telah cukup terkonsentrasi pada pengabdian yang selama ini dilakukan tanpa perlu turut campur dalam konstelasi politik nasional yang justeru akan menguras banyak tenaga dan merupakan bentuk kemadharatan. IMM Sleman menurutnya wajib menjaga posisi wicaksana itu.
Sebagai ikhtiar untuk melakukan transformasi gerakan, Hendro Sucipto menyampaikan perlunya menjaga integritas kepemimpinan serta terbentuknya pola komunikasi yang baik ke dalam maupun keluar. Disamping itu, dirinya juga memandang tantangan ke depan perlu dihadapi dengan bekal wawasan maupun kemampuan taktis terutama dalam mengarungi era digitalisasi. Selain itu dirinya berharap agar personalia kepemimpinan yang lalu tetap memberikan kontribusi nyata dan pengabdiannya pada umat, ikatan serta persyarikatan. Abadi perjuangan! (Farhan)