YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menaruh harapan besar pada Madrasah Muallimin dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sekolah kader yang didirikan langsung oleh para generasi awal Muhammadiyah ini diharapkan menjadi pilar bagi kemajuan bangsa.
“Dari rahim Muallimin dan Muallimat telah lahir kader bangsa yang berdiaspora,” kata Haedar Nashir dalam sambutan peringatan Milad 1 Abad Madrasah Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, 6 Desember 2018. Oleh karena peranan besar lulusan Muallimin dan Muallimat, maka ketika negara ikut membantu pembangunannya, maka hasilnya akan kembali untuk negara. Para santri Mu’allimin dan Mu’alimaat memang dipersiapkan untuk masa depan bangsa.
Haedar juga berharap para santri mampu menjadikan momentum milad untuk melakukan akselerasi pengembangan kualitas diri menjadi jauh lebih baik. “Jadikan momentum 1 abad ini menjadi tonggak sejarah untuk melakukan transformasi kualitas. Sehingga dari kampus ini lahir kader-kader bangsa, kader-kader kemanusiaan universal, kader umat, dan kader persyarikatan yang berakhlaq al-karimah,” tuturnya.
Kader yang dimaksud Haedar dicirikan dengan beberapa karakter yang harus melekat. “Kata sejalan tindakan. Ilmunya mencerahkan hati dan pikirannya. Bukan sekadar agama ritual dan aksesori luar, tetapi agama yang membentuk peradaban diri, yang sekarang kering di republik ini. Sekaligus juga generasi yang cerdas dan berkemajuan,” ulasnya.
Dalam suasana seperti saat ini, kata Haedar, Indonesia membutuhkan kader-kader yang berkarakter unggul tersebut. “Indonesia dan mayoritas Muslim di negeri ini dalam memasuki abad baru, meniscayakan hadirnya sumber daya manusia yang cerdas, berilmu, dan berkemajuan. Dan dari rahim dua madrasah inilah, abad baru itu bisa kita raih,” tukasnya.
Haedar memberi pesan khusus bagi Madrasah Muallimat yang merupakan sekolah kader perempuan Muhammadiyah. “Untuk Muallimat, sebagaimana dahulu para perempuan Aisyiyah mampu merintis gerakan perempuan pertama di republik ini yang telah melahirkan kongres perempuan pertama tahun 1928, maka dari rahim Muallimat juga harus lahir perempuan-perempuan, Aisyiyah-Aisyiyah baru yang menjadi pelopor peradaban di republik tercinta ini,” ungkap Haedar Nashir. (ribas)