YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-ZISKA Lifestyle Festival Lazismu 2018, diselenggarakan di Kaliurang, Yogyakarta pada tanggal 7-9 Desember 2018. Agenda ini terdiri dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Kemah Amil (Amil Camp) untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas amil serta memperkuat akuntabilitas dalam pengelolaan Lazismu secara nasional. Dalam forum ini, Lazismu menjaring praktisi filantropi dan pembuat kebijakan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan inovasi gerakan zakat, infak, shadaqah dan dana sosial kemanusiaan lainnya (ZISKA) dalam balutan tema Ziska Lifestyle Festival Lazismu 2018. Acara ini, dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Rakernas, merupakan agenda tahunan yang diikuti oleh pimpinan atau Badan Pengurus Lazismu Wilayah dari 34 provinsi di Indonesia, sedangkan Amil Camp dapat diikuti oleh amil Lazismu pada semua tingkatan dari Wilayah, Daerah, dan Kantor Layanan Lazismu tingkat cabang, ranting maupun amal usaha Muhammadiyah.
Tujuan utama kegiatan ini adalah mendorong wacana gerakan filantropi Islam dan merumuskan rencana kerja 2019, dengan harapan keseluruhan amil Lazismu dapat memahami Renstra Lazismu 2015-2020 dan kebijakan turunannya. Dalam kesempatan itu, akan dibahas penyatuan ide dan isu-isu terkini seputar gerakan filantropi di Indonesia dan dunia Islam yang di dalamnya dapat berbagi pengalaman antar amil dalam melakukan pendekatan fundraising, pengembangan program zakat produktif, serta hasil kajian dan kebijakan Syariah tentang ijtihad fikih zakat. “Rakernas dan Amil Camp adalah arena untuk memperkuat konsolidasi Lazismu secara nasional, dari level pimpinan sampai staf amil Lazismu,” ungkap Ketua Badan Pengurus Lazismu, Hilman Latief PhD.
Hilman Latief menjelaskan Rakernas bagi para amil merupakan kesempatan yang tepat untuk berbagi ide dan wawasan. Kehadiran praktisi dan inovator program filantropi untuk pengembangan inovasi dalam aspek pelayanan, penghimpunan, pengelolaan, pendistribusian dan pendayagunaan dana ZISKA. “Amil Camp menjadi sarana untuk para amil dalam meningkatkan wawasan dan berbagi pengalaman dalam mengelola Lazismu di daerah masing-masing,” terangnya.
Dalam Rakernas ini pula akan membahas laporan tahunan dan evaluasi kinerja 2018 sebagai acuan untuk peningkatan kinerja program di 2019. Dengan demikian teropong tahun sebelumnya sebagai pijakan untuk memperkuat strategi pencapaian target program secara nasional di bidang pendidikan (beasiswa sang surya dan beasiswa mentari; insentif buat guru honorer, kapasitas kelembagaan dan SDM pendidikan), akses kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan bidang sosial dakwah yang berkemajuan. “Hilman berharap di 2019 ada kenaikan capaian Lazismu secara terukur,” paparnya.
Lazismu juga akan meningkatkan kerjasama dengan berbagi pihak, baik pemerintah, swasta atau pun gerakan masyarakat sipil (civil society) dalam pembiayaan program-program strategis. Seperti mengurangi ketimpangan wilayah, stunting, meningkatkan capaian SDGs, serta membangun sinergi dan kolaborasi yang lebih baik dalam pelaksanaan berbagai program.
Revolusi teknologi informasi 4.0 adalah fakta yang tidak bisa diabaikan. Dampak sosialnya (social impact) juga turut memengaruhi gerakan zakat (filantropi) di Indonesia. Untuk mencapai itu, kata Hilman Latief, inovasi gerakan zakat sangat diperlukan. Ia menilai perhelatan ini mampu memotivasi dan menambah pengalaman baru amil yang berkarakter dan berkemajuan. “Amil yang berdedikasi, amanah, kreatif, inovatif dan profesional,” tutupnya. (author)