JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka menguatkan pengetahuan civitas akademika terhadap Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Jabodetabek bekerjasama dengan Suara Muhammadiyah dan TvMu menyelenggarakan Launching buku Kemuhammadiyahan dan Lokakarya Al-Islam, Senin (10/12/2018) di Auditorium Ahmad Dahlan Lt.6 Kampus Uhamka Pasar Rebo, Jakarta Timur. Acara dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. H. Haedar Nashir, sebagai keynote speech, para pembicara seperti Prof. Dr. Lincolin Arsyad, M.Sc.; Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Gunawan Suryoputro, M.Hum; Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf,MA; Guru Besar UIN Jakarta, Drs. H. Husni Thoyar,MA.; Ketua BPH UMJ, Drs. Zamahsari, M.Ag.; Wakil Rektor IV Ketua Tim Penulis Buku Kemuhammadiyahan/Wakil Rektor IV Uhamka, Deni Asy’ari,MA; Direktur Suara Muhammadiyah serta peserta dari berbagai latar belakang dosen aika, mahasiswa, lembaga kampus, hingga pimpinan ptm.
Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam pidato kuncinya, menyampaikan apresiasi yang baik kepada Uhamka dan PTM lainnya yang tekah menyusun buku kemuhammadiyahan. Haedar juga menyampaikan beberapa point penting diantaranya isi yang terkandung dalam buku kemuhammadiyahan secara keseluruhan yang ditulisnya, kemuhammadiyahan dalam prinsip teologi al maun dan konteks dalam gerakan alam pikiran di lingkungan Muhammadiyah, masyarakat berbangsa dan bernegara.
Warga Muhammadiyah sebagian beranggapan bahwa apabila sudah Islam itu sudah berMuhammadiyah karena dinilai memiliki pandangan dan gerakan yang moderat. Namun, dalam sejarahnya Muhammadiyah justru memiliki karakter khusus dalam menyoal keagamaan dan gerakannya. “Muhammadiyah sebagai gerakan islam memiliki karakter sendiri. Islam terbentuk sebagai ajaran, ide, memiliki sifat yang absolut. Orang-orang dapat menafsirkannya sesuai dengan pandangannya.”ujarnya
Haedar juga menambahkan bahwa harus ada pengembangan dari studi kemuhammadiyahan yang terbagi dalam latar belakang yang berbeda-beda. “Perlu juga, ke depan dikembangkan, konsep studi kemuhammadiyahan ini untuk pemula maupun untuk kalangan profesional. Misalnya Muhammadiyah for beginner dll”, ungkapnya
Adanya pendidikan dan pengetahuan tentang Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan keagamaan Islam adalah yang harus diketahui oleh generasi saat ini. Orang lebih mengenal islam, namun belum tentu ia mengetahui tentang Muhammadiyah. Di perguruan tinggi misalkan, belum tentu mahasiswa dan dosen di ptm adalah orang Islam yang mengenal tentang Muhammadiyah.
Deni Asy’ari dalam penyampaiannya mengatakan bahwa orang yang bekerja dan mengabdi di PTM belum tentu orang Muhammadiyah dan mengenal tentang muhammadiyah.”Kita tahu belum tentu mahasiswa yang kuliah di kampus adakah orang muhammadiyah atau mengenal Muhammadiyah. Misalkan UAD, paling 20% saja yang Muhammadiyah.”ujar Deni (red)