Oleh Dr Haedar Nashir MSi
Kata-kata “kemajuan” telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912, tercantum kata “memajukan” dalam frasa “…b. Memajoekan hal Igama kepada anggauta-anggautanja”. Kyai Dahlan, seringkali mengungkapkan pentingnya hidup orang Islam agar berkemajuan. Menjadi kyai, jadilah kyai yang maju, dan seterusnya. Belum termasuk pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kyai Dahlan sejak meluruskan arah kiblat sampai mendirikan lembaga pendidikan Islam dan pranata-pranata sosial Islam modern, semuanya menunjukkan pada watak Islam yang berkemajuan. Pendidikan yang didirikan Kyai Dahlan, menurut Kuntowijoyo, memadukan iman dan kemajuan.
Dalam pejaran keempat sebagaimana dinukil Kyai Hadjid, Kyai Dahlan menyatakan, “Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal fikirannya, untuk memikir, bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus menggunakan fikirannya untuk mengoreksi soal i’tikad dan keyakinannya, tujuan hidup dan tingkahlakunya, mencari kebenaran yang sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat, akibatnya akan celaka, dan sengsara selamanya”.
Dalam Majalah Suara Muhammadiyah tahun 1922, ditulis dalam bahasa Jawa, tentang pentingnya Islam sebagai “agami nalar”, artinya agama yang berkemajuan dalam pemikiran umatnya. Pak Djarnawi Hadikusuma dalam buku Matahari-Matahari Muhammadiyah, ketika menjelaskan penisbahan Muhammadiyah dengan nama Nabi Muhammad memberikan uraian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi napas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”.
Kyai Mas Mansur ketika menulis tentang “Sebab-sebab Kemnunduran Ummat Islam” dalam Adil Nomor 52/IX tahun 1941 seperti dikutip Air Hamzah W, menunjuk empat faktor. Keempat sebab itu ialah iman umat yang tipis, umat yang tidak cerdas, pimpinan yang hanya pandai gembar-gembor, dan syi’ar agama yang kurang. Ketika menjelaskan ciri kedua, yakni umat yang tidak cerdas, Ketua PB Muhammadiyah tersebut menulis sebagai berikut: “Ummat kita tiada mempunyai kecerdasan. Rata-rata ummat Islam di Indonesia berada dalam kebodohan, mereka tidak tahu hakikat agama. Agamanya mengajak mereka pada kemajuan, tetapi lantaran kekebalannya, mereka sebaliknya malah mundur. Agamanya diserang oleh orang lain tidak diinsyafinya.”. Dalam ciri kedua Dua Belas Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1942, bahkan disebutkan tentang pentingnya “Memperluas paham agama”.
Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968 dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah “Masyarakat berkemajuan”, yang ditandai oleh: “(a) Masyarakat Islam ialah masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor kehidupan secara serempak dan teratur/terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan”. Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali bagaimana tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk membentuk masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan cita-cita Islam yang berkemajuan.
Karena itu para peneliti dan penulis kenamaan memberi banyak predikat terhadap kepeloporan Kyai Dahlan dan Muhammadiyah. Charles Kurzman bahkan sampai menjuliki Kyai Dahlan dan Muhammadiyah sebagai pemikir dan organisasi Islam liberal seperti halnya Aligarh di India. Alfian meyebut Muhammadiyah sebagai gerakan reformis. Deliar Noer menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan modern Islam, yang tampil lebih moderat ketimbang Persatuan Islam. Demikian pula para ahli lain, yang kemudian melahirkan julukan yang melekat dengan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, gerakan pembaruan, gerakan reformisme, dan gerakan modernisme Islam. Substansi, spirit, dan pesan utama yang terkandung dalam label-label tersebut sebenarnya merujuk pada pandangan Islam yang maju atau berkemajuan, dalam bahasa ilmu sosial dan istilah Soekarno disebut gerakan progresif.
Muhammadiyah sejak kelahiran hingga perjalanannya yang berusia satu abad tanpa menggembar-gemborkan diri memang terus berkomitmen untuk menampilkan jatidiri dan aktualisasi Islam yang berkemajuan. Islam yang di satu pihak murni (aseli, autentik) bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang yang maqbulah, di pihak lain mengembangkan tajdid atau ijtihat atau pembaruan yang muaranya melahirkan kemajuan sepanjang kemauan ajaran Islam. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan itulah, dalam kelemahan dan kelebihannya, Muhammadiyah mampu melintasi zaman dalam segala dinamika pasang-surut perjuangan yang dilalaluinya. Spirit Islam yang berkemajuan itulah yang kemudian memberikan inspirasi bagi kemajuan berpikir dan melangkah Muhammaddiyah pada saat ini dan ke depan.
Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad) tahun 2010 di Yogyakarta dinyatakan secara tegas tentang “Pandangan Islam yang Berkemajuan”. Pada bagian Agenda Abad Kedua dinyatakan Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai ajaran tentang kemajuan untuk mewujudkan peradaban umat manusia yang utama. Kemajuan dalam pandangan Islam melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatulah kehidupan, karena itu setiap muslim baik individual maupun kolektif berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al-hadlarah) dan umat Islam sebagi pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi kehidupan.
Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam seluruh dimensi kehidupan, yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah Islam sebagai upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan diproyeksikan sebagai jalan perubahan (transformasi) ke arah terciptanya kemajuan, kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan kemaslahatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama, dan sekat-sekat sosial lainnya. Islam yang berkemajuan menghadirkan Islam dan dakwah Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin dimuka bumi.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Bahwa Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi yang terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis Islam yang berkemajuan untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al-Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat kompleks.
Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.
Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.
Dari rujukan-rujukan tertulis maupun berdasarkan fakta langkah-langkah Muhammadiyah yang melakukan tajdid atau pembaruan, maka dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah itu memimiliki paham dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan. Dengan demikian, jika ditanyakan karakter ideologi Muhammadiyah, maka ideologi Muhammadiyah itu tidak lain sebagai ideologi yang berkemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik “Bingkai” Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 17 tahun 2011