Pentingnya Berhati-hati

Pentingnya Berhati-hati

Oleh: Farhan Aji Dharma

Assalaamu’alaikum Wr Wb

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat rakhimakumullah!   

Alangkah terpuji hamba yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah swt. berikan. Dan semoga kita tidak tergolong hamba yang kufur terhadap-Nya. Setiap apapun yang Allah berikan adalah cara Allah menguji seberapa tingkat kecintaan kita pada-Nya yang dengan keluasan rahmat-Nya semoga kita mendapat cinta-Nya yang tak terbatas dan tiada dua.

Shalawat dan salam kita hatur dan tunjukkan kepada Baginda Muhammad saw. Yang semoga kita termasuk golongan manusia yang mencintai pribadinya dan mengikuti langkah hidupnya. Dan mari kita setia menapaki jalan menuju ketaqwaan dan kepasrahan kepada Allah. Selalu mawas diri dan rendah hati kepada semua makhluq. Agar kita menjadi ummat yang radhiyatan mardhiyatan. Ridha kepada Allah dan Allah ridha kepada kita.

Jamaah Jumat rakhimakumullah!   

Kita sedang dihadapkan pada zaman dimana akses informasi begitu mudahnya kita dapatkan. Segala pengetahuan juga tidak sulit kita peroleh. Dalam era digital seperti ini, begitu banyak bertebaran hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak pernah kita ketahui lantas sekejap dapat kita ketahui. Dari lingkungan sekitar kita sampai ke seluruh penjuru dunia.

Barangkali telah banyak muballigh, ustaz, kiai, atau ulama di berbagai mimbar di berbagai tempat yang selalu menasehatkan agar bersikap arif dan bijaksana dalam menerima informasi yang bertebaran. Salah satunya dengan memegang teguh prinsip tabayyun atau konfirmatif dalam mengolah informasi yang kita terima. Prinsip ini dapat selalu kita berlakukan dalam banyak aspek yang berkaitan dengan kabar, informasi, berita atau pengetahuan. Prinsip ini bahkan dititahkan langsung oleh Allah swt. dalam QS. Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak mencelakakan suatu kaum dengan kebodohan (kecerobohan) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.”

Standar “orang fasik” ini begitu sulit kita ukur. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah mampu selesai mengukurnya. Karena barangkali memang, kita tidak pernah mempunyai hak untuk memberi sematan dan penilaian apapun kepada orang lain. Maka berlakulah prinsip umum. Seluruh kabar yang datang, sangat perlu untuk kita telisik dan selidiki sehingga tidak dengan begitu saja kita telan tanpa terlebih dahulu kita kunyah masak-masak. Apalagi untuk lantas menyebarkan berita atau informasi kepada orang lain. Agar dapat kita hindarkan apa yang telah Allah swt. wanti-wantikan yakni agar setiap berita yang kita sebarluaskan tidak menyebabkan suatu kaum celaka dengan kebodohan atau kecerobohan. Nauzubillah.

Jamaah Jumat rakhimakumullah!   

Prinsip tabayyun dalam berhadapan dengan informasi pada akhirnya akan membetuk sikap kehati-hatian dalam diri kita. Sikap berhati-hati inilah yang dirasa masih kering dan belum hidup dalam sanubari kita masing-masing sebagai seorang muslim. Padahal, berhati-hati adalah merupakan karakter atau identitas kepribadian seorang muslim. Berhati-hati dapat menghindarkan kita dari sikap ceroboh. Yang apabila tidak berhati-hati pada akhirnya kecerobohan itu akan berdampak buruk bagi diri kita sendiri dan tentu akan berdampak buruk pula bagi orang lain. Terlebih dalam era informasi seperti sekarang ini. Sikap kehati-hatian perlu kita tanam dalam-dalam.

Selain untuk menghadapi kabar atau informasi, sikap berhati-hati juga harus kita terapkan ketika bertemu dengan pihak atau orang lain. Terlebih kepada orang atau sosok yang baru kita kenal atau sama sekali belum kita kenal. Perlu proses yang panjang untuk akhirnya kita memperoleh kepastian tentang siapa sebenarnya orang atau pihak lain yang sedang kita perhatikan tersebut.

Rasulullah saw. telah banyak memberikan tauladan berkaitan dengan sikap kehati-hatian yang tentu wajib kita tiru dan berlakukan dalam kehidupan keseharian. Ketika berhadapan dengan orang munafik sekalipun, Rasulullah tidak pernah serta merta menghardiknya atau mengabarkan kepada orang lain perihal kemunafikan orang tersebut. Sikap yang Rasulullah cerminkan adalah berdiam dan berpaling wajah.

Realitas atau fakta yang sering kita temukan hari-hari ini telah berpaling dari firman Allah swt. dalam QS. Al Hujurat setalah ayat yang berkaitan dengan prinsip tabayyun tadi. Yakni pada ayat 11 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang dilok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang dilok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Jamaah Jumat rakhimakumullah!   

Mari sejenak kita renungkan baik-baik firman Allah swt. tersebut dalam relung hati kita masing-masing. Sudahkah satu ayat dari sekian ribu ayat dalam Quran itu telah kita pegang teguh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah swt. agar Allah swt. meridhai kita sebagai hamba-Nya?

Minimal dengan mengambil pilihan menahan diri terhadap keinginan kita untuk memandang rendah bahkan mengolok-olok orang lain apalagi saudara kita sendiri. Karena sebagaimana firman di atas, boleh jadi orang atau saudara kita lebih baik dari kita sendiri. Dapat dengan sederhana kita simpulkan bahwa sekali lagi, kita tidak pernah diberi hak oleh Allah untuk merendahkan orang lain maupun menyematkan gelar-gelar yang buruk apalagi menilai orang lain serta merta buruk di mata kita.

QS Al-Hujurat yat ke-6 menegaskan sikap tabayyun dan ayat ke-11 menancapkan prinsip berhati-hati. Maka mari kita sepakati bersama bahwa kedua hal tersebut adalah merupakan ciri atau watak seorang muslim agar tercapai posisi kita menjadi seorang yang beriman, mukmin.

Kita berharap segala bentuk keributan dan saling sikut di dunia maya terlebih di dunia nyata dapat lekas mereda. Harus kita mulai kepada diri kita pribadi. Untuk bersikap konfirmatif terhadap apa saja yang kita hadapi dan selalu berhati-hati. Mari kita ciptakan suasana yang damai dan aman bagi semuanya. Sehingga identitas rahmatan lil ‘alamin dapat benar-benar hidup dengan menanam kehati-hatian terhadap sesama dan selalu mawas diri terhadap diri kita sendiri.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ  وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

ألحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا و الدين

أشهد أن لا اله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبدهورسوله لانبي بعده

 أللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله و أصحابه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين

 أما بعد فيا عباد الله أوصى بنفس و اياكم بتقوى الله حق تقاته لعلكم تفلحون

أللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات

انك سميع قريب مجيب الدعوات فيا قاضيا الحاجات

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار


Penulis adalah Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Sleman dan Alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Exit mobile version