Oleh : Dr. H. Hasto Wardoyo SpOG (K)
Pertumbuhan embrio
Proses terjadinya kehamilan diawali dengan adanya pembuahan (fertilisasi). Pembuahan (konsepsi) adalah terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur (oosit), dimana sperma menembus sel telur dan terbentuklah calon janin yang disebut zigot. Pada masa subur wanita menghasilkan lendir leher rahim (servisks) yang lebih banyak dan encer. Pada saat itu bila ada sperma yang dating maka sperma akan dengan mudah meluncur ke dalam rahim dengan perantaraan lendir serviks tersebut. Sperma akan terus berjalan melalui saluran telur kanan dan kiri, untuk kemudia menyerbu sel telur yang dilepaskan dari ovarium (indung telur).
Fertilisasi dan terbentuknya zigot ini pada umumnya terjadi di ujung saluran telur (ampula tuba), dengan demikian pendapat umum bahwa pembuahan terjadi di rahim itu salah. Pada saat itu pula jenis kelamin sudah ditentukan, bila kromosom X (dari sperma bertemu dengan X (dari sel telur), maka hasilnya perempuan, sebaliknya jika kromosom Y dari sperma bertemu dengan X dari oosit maka hasilnya laki-laki. Dari sini bisa dipahami, bila kita ingin berdoa memohon jenis kelamin tertentu maka tentunya berdoanya sebelum fertilisasi. Bila berdoa setelah hamil satu dua bulan, ini namanya doa yang tanpa ilmu, dan sia-sia.
Setelah terbentuk zigot, maka akan terjadi pembelahan sel dan berkembang berturut-turut menjadi morula dan blastula (nutfah, mudigah). Sambil berkembang, zigot berjalan melalui saluran tuba dan menuju ke dalam rongga rahim. Setelah sampai di dalam rongga rahim (pada umumnya sudah berkembang sampai tahap blastula),maka balstula menempel pada lapisan paling dalam dari rahim (endometrium) peristiwa ini disebut nidasi. Sejak nidasi inilah seorang wanita dikatakan hamil. Blastula mulai membentuk akarnya yang kemudia berkembang menjadi plasenta, dan juga membentuk kantong yang berisi air ketuban, embrionya sendiri tumbung dan berkembang di dalam lindungan kantong air ketuban tersebut, dan mendapatkan makanan dari akarnya (plasenta atau ari – ari). Pada saat terjadi nidasi tersebut endometrium luka dan bisa terjadi perdarahan sedikit (flek-flek), pada umumnya wanita yang bersangkutan menduga bahwa itu menstruasi, padahal nidasi dan kemudia berlanjut menjadai kehamilan.
Setelah nidasi, maka embrio akan segera berkembang menjadi tiga lapisan : ectoderm (luar), Mesoderm (tengah) dan endoderm (dalam). Lapisan ectoderm akan berkembang menjadi kulit dan syaraf, lapisan mesoderm menjadi otot dan tulang sedangkan lapisan endoderm cenderung berkembang menjadi organ dalam dan saluran pencernaan. Masing-masing individu secara embriologis dan genetic bisa berbeda jenis lapisan yang berkembang dominan. Ada seseorang yang cenderung lapisan ektorem yang berkembang lebih dominan daripada endoderm dan mesodermnya. Orang seperti ini cenderung tidak gemuk dan tulang ototnya kurang berkembang, sehingga orangnya kurus, kerempeng, langsing, tidak suka makan banyak dan cenderung suka berpikir panjang, karena syaraf berkembang dominan. Sebaliknya jika yang berkembang mesoderm badan cenderung atlitis, otot dan tulangnya terbentuk kokoh dan dominan. Bila yang dominan mesoderm, maka cenderung suka makan dan berbadan tambun, gemuk.
Pertumbuhan janin dan proses persalinan
Janin sudah tumbuh lengkap sebagaimana orang manusia sejak berusia 56 (8 minggu) hari sampai 11 minggu. Sejak saat itu secara fisik janin sudah menjadi miniaturnya manusia dewasa. Mulai usia 6-7 minggu denyutan calon jantung sudah terlihat nyata melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Usia tersebut dihitung dari sejak hari pertama menstruasi terakhir. Pertanyaan paling sulit memang kalau disuruh mencai kaitan secara biologis dengan, masalah roh. Kapan roh itu ditiupkan, dan kapan janin dianggap belum hidup dan boleh digugurkan. Secara biologis sejak awal konsepsi (fertilisaasi) zigot dan embrio sedah hidup, apalagi setelah usia 6 – 7 minggu terlihat adanya denyutan jantung. Oleh karena itu dunia kedokteran melalui sumpah hipokrates dan menjadi sumpah dokter menghormati kehidupan sejak terjadinya konsepsi (pembuahan).
Pada tahap selanjutnya pertumbuhan panjang janin akan lebih pesat dari pada beratnya. Pada usia 28 minggu berat janin baru mencapai sekitar 1000 gram. kira-kira 30 % berat lahir (bila berat lahir sampai 3000 gram). Pada usia itu panjang janin sekitar 30 Cm, kira-kira 60 % panjang lahir bila panjang lahir sekitar 47 Cm. Otak merupakan organ yang sangat istimewa baik dari segi fungsinya, yang kelak akan mengatur dan mengontrol semua aktifitas tubuh. Keistimewaan lain otak sangat menentukan kecerdasan seseorang dan pertumbuhannya 75% terjadi selama masih dalam kandungan. Setelah lahir pertumbuhan otak tinggal 25%, dan hanya terjadi pada usia balita. Bila ingin menghendaki pertumbuhan otak sempurna sehingga diharapkan kemampuannya juga optimal (cerdas), maka kesempatan tersebut terutama selagi masih dalam kandungan.
Sebelum usia 37 minggu janin dikatakan premature, dan sejak usia 37 minggu janin sudah siap untuk dilahirkan dan disebut kehamilan aterm (cukup bulan). Kelahiran pada umumnya (normal) terjadi pada usia 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu belum lahir dikatakan kehamilan postterm (lewat waktu). Bahaya kehamilan lewat waktu adalah fungsi plasenta sudah berkurang, air ketuban habis, janin tidak mendapatkan makanan yang cukup dan bisa mati di dalam rahim.
Letak janin yang benar dalam rahim, kepala di bawah dan pantat di atas. Letak yang benar ini diharapkan sudah terjadi sejak usia 30 minggu (sekitar 7 bulan). Punggung janin bisa di kiri atau di kanan, sedangkan plasenta menempel dibagian tengah atau atas dari rahim. Bila kepala di bagian bawah, ini sangat menguntungkan proses persalinan, karena kepala adalah bagian terbesar dari janin, sehingga bila kepala keluar duluan maka bagian lain akan dengan mudah dilahirkan. Sebaliknya jika kepala di atas maka setelah badan lahir belum tentu sukses melahirkan kepala, dan bila badan sudah lahir dan kepala lebih dari 7 menit tidak bisa dilahirkan, bisa dipastikan janin akan mati tercekik. Inilah sebabnya pada kehamilan sungsang sering dilakukan operasi sesar untuk menghindari keadaan tersebut. Letak plasenta juga harus normal, bila plasenta terletak di bawah dan menutupi mulut rahim, maka bayi tidak bisa lahir dan biasanya terjadi perdarahan. Keadaan ini disebut plasenta previa dan harus dilakukan operasi bedah sesar.
Peranan gizi bagi ibu hamil
Normalnya, sang ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan yang optimal akan berdampak baik pada kehamilan maupun output persalinannya dan saat menyusui kelak. Menurut National Academy of Science, variasi kenaikan berat badan ibu hamil tergantung pada berat badan ibu sebelum hamil. Khususnya bisa diketahui dengan menilai body mass index (BMI). Untuk bisa mencukupi dan menyeimbangkan gizi pada saat hamil dan menyusui, komposisi zat gizi harus diperhatikan. Kalori dicukupi namun jangan terlalu banyak, hanya 17%, protein 25% dan vitamin dan mineral 20 – 100%.
Ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dl. Pada saat post partum minimal harus 10 g/dl. Jika ibu mengalami anemia terutama penyebab yang paling sering adalah karena kekurangan zat besi (Fe) risiko persalinan abnormal akan meningkat, demikian pula dengan risiko infeksi ibu dan kecenderungan perdarahan yang akan berdampak pada morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Kondisi anemia kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II dan III. Kondisi tersebut bisa saja disebabkan karena asupan Fe yang kurang, adanya infeksi parasit dan interval kehamilan yang pendek. Keadaan anemia seringkali menyebabkan ibu jatuh dalam kondisi mudah lelah, kekuatan fisik menurun, timbulnya gejala kardiovaskuler,, predisposisi infeksi, risiko peripartum blood loss, dan risiko gangguan penyembuhan luka. Sedangkan bagi janin kondisi kekurangan Fe hingga < 9 g/dl meningkatkan risiko persalinan preterm, intrauterine growth retardation (IUGR), dan intrauterine fetal death (IUFD). Plasenta pun terkena imbasnya yaitu bisa mengalami hipoksia kronik dan angiogenesis. Hipotesis Baker mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan pada plasenta dan pertumbuhan janin yang mempengaruhi risiko berkembangnya penyakit pada janin tersebut setelah dewasa seperti timbulnya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus.
Vitamin A untuk ibu dan bayi berguna sebagai imunomodulator bagi kekebalan mukosa. Namun penggunaanya tidak boleh terlampau banyak. Suplemen vitamin A tidak boleh melebihi dosis yang telah direkomendasikan dalam Recommended Dietary Allowance yaitu sejumlah 15.000 IU/hari. Konsumsi yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko cacat bawaan janin.
Kebutuhan kalium dan fosfor umumnya pada ibu hamil tidak meningkat. Namun jika diet kalsium rata-rata kurang dari yang dianjurkan untuk orang sehat dan normal yaitu sejumlah 600 per hari ditakutkan akan meningkatkan risiko terjadinya pre eklampsia dan kualitas bayi yang menurun.
Zinc, termasuk mineral yang penting dikonsumsi oleh ibu. Diet rendah zinc akan meningkatkan risiko janin lahir prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Zinc ditengarai mampu meningkatkan berat lahir dan lingkar kepala. Untuk itu, konsumsi Zinc paling tidak harus sudah dimulai sejak hamil 19 minggu dengan dosis 15 mg/hari.
Jika mengamati suplemen ibu hamil, beberapa komponen diantaranya adalah asam folat, AA, DHA, FOS (Prebiotik) dan Ginger. Kekurangan Asam folat kurang dari 0,24 mg/hari pada kehamilan < 28 minggu akan meningkatkan risiko cacat pada janin, persalinan kurang bulan, serta berat bayi lahir rendah, misalnya meningocele. Defisiensi asam folat juga mengganggu pertumbuhan sistem saraf pusat, jika terjadi gangguan pada hari ke-16 pasca fertilisasi akan berdampak pada pembentukan kepala yang terjadi pada hari ke-22 hingga 26 sehingga bisa terjadi encephali (tidak terbentuknya batok kepala) sehyingga bayi tanpa tempurung kepala dan otak. Hal tersebut juga bisa berdampak pada gangguan pembentukan tulang belakang sehingga janin bisa menderita spina bifida (cacat pada tulang belakang).
Pada ibu yang mengalami kondisi defisiensi asam folat disertai dengan defisiensi vitamin B6, B12, penyakit ginjal, hati, serta minum obat-obatan akan terjadi hiperhomosisteinemia. Keadaan ini berpotensi menyebabkan berbagai cacat bawaan seperti kelainan jantung, pembuluh darah, kelainan saraf pusat, abortus, prematuritas, solusio plasenta, janin mati dalam kandungan (IUFD), pre-eklamsia, maupun eklamsia. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan pemenuhan kebutuhan vitamin B6, B12 dan asam folat selama hamil. Kebutuhan asam folat untuk wanita tidak hamil adalah sebesar 100 mg/hari sedangkan untuk wanita hamil adalah berkisar antara 500 – 1000 mg/hari. Bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan bayi dengan kelainan saraf pusat dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat dengan dosis 4000 mg (4 gr)/hari mulai 1 bulan sebelum hamil sampai dengan usia hamil 3 bulan. Rekomendasi yang dianjurkan CDC tahun 1992 terbagi dalam dosis profilaksis 0,4 mg / hari untuk wanita usia reproduksi serta dosis 4 mg / hari mulai 1 bulan sebelum rencana kehamilan sampai dengan trimester 1, untuk wanita dengan risiko terjadinya kecacatan syaraf janin. Asam folat banyak terdapat pada kacang-kacangan dan buah-buahan. Namun dalam makanan ini keadaan bahan asam folat yaitu poliglutamat, bersifat tidak stabil. Mengonsumsi suplemen asam folat, karena dalam suplemen ia berbentuk monoglutamat yang lebih stabil.
Lemak yang baik bagi pertumbuhan janin adalah jenis LC PUFA (long chain poly-unsaturated fatty acid) yang terdiri dari asam amino, DHA dan asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk pembentukan otak, hati dan retina. Dengan cukupnya zat-zat tersebut diharapkan bayi akan lahir dalam usia cukup bulan. AA dan DHA berperan dalam pembentukan membran sel, endothel, serta jaringan saraf. Pada kehamilan bermanfaat untuk mencapai berat lahir yang optimal, mencukupkan usia kehamilan dan mencegah preeklampsia. Pada ibu menyusui juga bermanfaat untuk mencapai tumbuh kembang bayi yang optimal.
Salah satu komposisi suplemen ibu hamil yaitu Zingiber officinale yang di Indonesia dikenal dengan nama jahe. Bahan ini sebenarnya masih dipertanyakan efek terapeutiknya. Menurut Tyler dan Foster, 1996, fungsinya saat ini merupakan obat herbal untuk memperbaiki distress saluran pencernaan. Misalnya untuk mengurangi insiden mual dan muntah selama kehamilan. Menurut Backon 1991, jahe meningkatkan aktivitas tromboksan sintetase yang berdampak pada testosteron – binding, memodifikasi hormone steroid dependent serta diferensiasi otak janin hingga saat ini jahe dipkai sebagai mengurangi mual dan tidak terbukti ada efek samping.
Salah satu lagi bahan yang bermanfaat bagi ibu hamil adalah prebiotik. Bahan berasal dari jenis fruktoolgisakarida (FOS), tidak dihidrolisis maupun diabsorbsi di saluran cerna bagian atas. Memiliki mekanisme kerja merangsang pertumbuhan bakteri komensal dalam kolon (Bifidobacteria dan Lactobacillus), merubah mikroflora menjadi bermanfaat, menjaga kesehatan usus, menambah jumlah spesimen saccharolitic serta mengurangi mikroorgansime yang patogen. Oligosakarida dalam makanan diubah mnejadi fruktosa kemudian dibuah lagi mnejadi fruktooligosakarida (FOS) sehingga berfungsi sebagai prebiotik. Prebiotik ini juga berfungsi untuk melindungi mukosa saluran cerna dari infeksi, menurunkan pH usus, menekan pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan vitamin K, mengaktifkan fungsi usus, maupun menstimulasi respon imun.
Perubahan Yang Terjadi Saat Kehamilan
Pada masa kehamilan, banyak perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh ibu hamil. Perubahan-perubahan ini antara lain:
- Perubahan kulit
Pada kulit terlihat adanya hyperpigmentatie, ialah athnya kelebihan pigmen pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada kulit ini tidak selalu sama pada setiap wanita hamil, ada yang sebagian saja dan ada pub yang semua pada tempat tersebut.
- Perubahan pada kelenjar
Yang kelihatan ialah kelenjar tiroid yang menjadi besar, jadi leher wanita itu bentuknya seperti leher pria. Perubahan ini tidak terdapat path setiap wanita hamil.
- Perubàhan pada mammae (buah dada)
Perubahan ini pasti terdapat pada sermua wanita hamil karena bersama-sama dengan kehamilan mammae menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok yang nantinya akan diberikan kepada bayi setelah lahir. Perubahan ini meliputi sebagai berikut: a. mammae membesar, tegang dan sakit, b.vena dibawah kulit mammae membesar dan kelihatan jelas, c. hiperpigmentasi (tambah hitam) pada areola mammae dan d. kelenjar Montgomerry yang tenletak dalam areola mammae membesar dan terlihat dari luar.
- Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari umur kehamilan 4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai kelihatan membesar, lebih-lebih setelah kehainilan umur 5 bülan kelihatan cepat sekali menjadi besar.
- Perubahan alat kelamin luar
Pada alat kelamin luar ini terlihat kebiruan disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti disebabkan karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju ke uterus banyak sekali, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Pembuluh darah dan alat kelamin luar adalah cabang dari uterus, jadi jika pembuluh darah uterus mengalami kongesti maka pembuluh darah alat kelamin luar pun mengalami kongesti pula. Tanda ini disebut tanda Chadwick.
- Perubahan pada tungkai
Perubahan pada tungkai ini adalah timbulnya varices pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua sering oedema pada salah satu tungkai. Oedema ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis, sebelah kanan atau sebelah kiri.
- Sikap ibu pada waktu kehamilan agak tua.
Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang tersebut menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan keadaan uterus yang membesar (Kristanti, 1981).
Keluhan yang sering dirasakan oleh ibu hamil
Mengingat adanya perubahan secara fisiologis, ibu hamil akan merasakan ketidak nyamanan baik fisik maupun psikis. Menurut Kushartanti (2004), ketidak nyamanan fisik tersebut berupa keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain:
- Mudah terengah-engah
Keluhan ini terutama dirasakan apabila uterus telah membesar sehingga mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan mengganggu ekspansi paru. Keadaan ini diperberat oleh meningkatnya kebutuhan oksigen pada ibu hamil.
- Mudah lelah
Keluhan ini dipicu oleh. meningkatnya kebutuhan aliran darah yang kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume darah ibu hamil meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut jantung meningkat hingga 20%.
- Mual dan muntah
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan aktivitas hormon yang menurunkan peristaltik usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas lambung. Penurunan peristaltik usus ini juga akan memperlambat proses pencernaan dan mengakibatkan sembelit.
- Nyeri punggung dan pinggang
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan postur tubuh dimana bentuk tulang belakang cenderung melengkung kedepan (lordose). lengkungan ini disebabkan oleh membesarnya perut. Disamping itu, keluhan ini juga dipicu oleh adanya hormon relaksin yang mengendurkan persendian dipunggung bagian bawah dan panggul. Disamping itu juga bisa terjadi nyeri panggul yang disebabkan karena semakin membesarnya uterus sehingga menekan panggul. Keadaan ini semakin diperberat dengan mengendurnya persendian dipanggul dan meregangnya otot-otot panggul.
- Tidak bisa tidur
Keluhan ini biasanya terjadi pada akhir kehamilan, karena pada saat itu terjadi penumpukan berbagai keluhan. Keluhan tersebut misalnya, susah bernafas dan nyeri punggung.
Proses Persalinan
Pada usia sekitar 40 minggu tersebut terjadilah proses persalinan. Persalinan diawali dengan adanya kontraksi rahim yang dirasakan oleh wanita berupa rasa mules hilang- timbul. Kontraksi tersebut makin lama makin sering dan makin sakit, disertai keluarnya lendir darah melalui vagina. Mulut rahim yang semula mencucu, tebal dan kaku, berubah menjadi lunak tipis dan mendatar, lama-lama membuka. Untuk pembukaan 1 cm sampai 4 cm, dibutuhkan waktu yang cukup lama bisa sampai 9 jam. Pembukaan antara 4 cm sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm) dibutuhkan hanya 4 sampai 6 jam. Setelah pembukaan lengkap, biasanya ketuban pecah, diikuti penurunan kepala dan kelahiran janin secara keseluruhan.
Posisi melahirkan yang baik adalah posisi setengah duduk, tidak tidur terlentang. Pada saat bidan atau dokter sudah menyuruh mengejan, maka ibu melahirkan harus mengejan dengan sekuat tenaga, tidak boleh bersuara, perish seperti ketika buang air besar. Pada saat kepala membuka muara vagina sering ada reflek ibu melahirkan untuk mengangkat pantatnya. Hal ini tidak diperbolehkan, karena dapat membuat robekan pada dinding vagina yang lebih berat, dan menimbulkan perdarahan.
Masa kritis bagi ibu melahirkan adalah sejak bayi lahir, sampai dengan plasenta lahir dan dua jam setelah itu. Pada saat itu sering terjadi masalah seperti plasenta sulit lepas, disertai perdarahan, rahim tidak bisa kontraksi (atonia), terjadi robekan jalan lahir dan perdarahan.
Setelah melahirkan ibu harus sesegera mungkin menyusui, karena dengan menyusui akan membantu kontraksi rahim dan menghentikan perdarahan, mempercepat nifas. Menyusui sebaiknya setiap tiga jam, dan sekali menyusui dua payudara terlampaui, agar tidak terjadi stagnasi air susu di salah satu payudara dan mengakibatkan pembengkakan payudara. Semakin sering menyusukan maka air susu semakin lancar dan produktif.
Penutup
Dengan memahami proses kehamilan, manfaat nutrisi pada bumil serta keluhan keluhan normal pada ibu hamil diharapkan seorang ibu akan lebih siap dalam merawat dan menghadapi keadaan yang tidak biasa. Penting juga dengan pengetahuan ini maka dapat diketahui apakah seorang ibu hamil berisiko mengalami kondisi kekurangan nutrisi. Hal tersebut dapat dicurigai bila menemui ibu hamil yang memiliki indeks massa tubuh yang abnormal, berat badan yang abnormal, hamil dalam usia terlalu muda, ada riwayat pernah melahirkan prematur dan BBLR, menderita penyakit kronis, kehamilan ganda, gangguan makan (Pica) dan menderita penyakit alergi (Andra, 2007).
Kesabaran dan keiklasan dalam menjalani kehamilan dan proses persalinan menjadi kunci sukses ketenangan, kegembiraan dan kesehatan bagi ibu hamil.
Penulis adalah Bupati Kulon Propo
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik “Kesehatan” majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 12 tahun 2011