• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Minggu, Desember 21, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Polemik Pernyataan Ketum PBNU, Haedar Nashir: Negara Kedepankan Profesionalisme, Warga Diminta Bijak

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
28 Januari, 2019
in Berita
Reading Time: 1 min read
A A
0
Polemik Pernyataan Ketum PBNU, Haedar Nashir: Negara Kedepankan Profesionalisme, Warga Diminta Bijak
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Sehubungan dengan pernyataan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dalam perayaan Harlah Muslimat NU ke-73 di Gelora Bung Karno yang menjadi polemik di ruang publik, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, berharap agar warga Persyarikatan dan umat Islam menyikapi dengan bijak dan tidak terbawa suasana polemik. Tetap ciptakan suasana tenang dan ukhuwah, tidak perlu merespon berlebihan.

Muhammadiyah berharap  bahwa semua instansi  pemerintahan Indonesia berasaskan meritokrasi atau dasar kepantasan dan karir, jangan di atas kriteria primordialisme atau sektarianisme. “Jika Indonesia ingin jadi negara modern yang maju, maka bangun good governance dan profesionalisme, termasuk di Kementerian Agama. Jangan berdasarkan kriteria golongan, apalagi dijadikan milik golongan tertentu,” tuturnya. Bangsa ini hasil konsensus bersama.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Jika primordialisme dibiarkan masuk dan dominan dalam institusi pemerintahan, maka akan menghilangkan objektivisme dan prinsip negara milik semua. “Bahayanya jika hal itu dibiarkan akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi, bahkan dapat memicu konflik atau perebutan antargolongan di Indonesia,” ulasnya. Bahkan, hal ini menjadi preseden buruk bagi bangsa Indonesia yang besar dan multikultur.

Haedar mengingatkan bahwa Indonesia jangan didominasi oleh satu golongan apalagi bermazhab golongan tertentu. “Apalagi jika pandangan golongan itu menegasikan komponen bangsa lainnya, dengan menganggap diri paling benar,  hal itu merupakan bentuk dari fatanisme dan menjurus ke radikalisme. Mau dikemanakan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika?” tanya Haedar retoris.

Namun demikian, Haedar berharap pidato Ketum PBNU tidak perlu ditanggapi berlebihan. “Pesan saya hendaknya pernyataan Kiai Said Aqil Siradj  jangan jadi polemik di lingkungan umat Islam dan masyarakat, lebih-lebih di tahun politik. Semua pihak diharapkan bijak dan tidak memperpanjang masalah ini. Kita lebih baik mengedepankan ukhuwah dan mengerjakan agenda-agenda yang positif bagi kemajuan umat dan bangsa,” tukas Haedar Nashir. (red/rbs)

Tags: Haedar NashirmuhammadiyahPBNU
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Adakan Lomba Literasi Siswa

SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Adakan Lomba Literasi Siswa

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In